Oleh: Irfan S Awwas
Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis
Mujahidin
(Arrahmah.com) – Pembantaian rezim
Bashar Al-Asad terhadap rakyat Muslim di Suriah sungguh dahsyat. Seorang
sahabat warga Suriah yang bermukim di Indonesia, dan belum lama ini
kembali dari Suriah bercerita sambil berlinan air mata, tentang cara-cara
penyiksaan tentara rezim Bashar. Begitu dahsyatnya, bahkan setanpun tidak
melakukan kekejaman semacam itu.
Awal mula terjadinya jihad melawan
rezim Bashar, ketika seorang anak kecil dikelupas kulitnya, lalu ditumpahkan
cairan ketubuh yang mengelupas, sehingga sakitnya tiada terperikan. Tentara
Bashar sambil berteriak menuhankan Bashar Al-Asad, siksaan demi siksaan
dilakukan terhadap para tawanan yang dituduh menentang rezim Bashar Asad, padahal
orang-orang ini hanyalah penduduk kampung.
Akan tetapi, opini yang berseliweran
di kalangan umat Islam Indonesia
mengenai konflik Suriah saat ini, sungguh tragis. Dalam suatu pengajian, seorang
penceramah bernama Ustadz Mudzakkir, Solo, seakan mencoba memadamkan semangat
jihad yang ingin membantu saudara Muslim di bumi Syam itu. Seolah-olah
perlawanan rakyat terhadap kedurjanaan rezim Bashar sebagai antek-antek Amerika.
Dalam transkrip ceramah yang beredar
di media online, sang penceramah mengatakan:
“Di sana…
Ahlussunnah yang dibantai banyak, yang tidak dibantai pun banyak. Termasuk
terakhir yang tidak dibantai, karena tidak memihak kepada salah satu itu adalah
Al-Buthi, penyusun kitab yang terkenal itu. Cuma Al-Buthi ini tidak mau
berpihak kepada penguasa Suriah, dan tidak mau berpihak kepada oposisi, lawannya.
Lha rupanya kaum oposisi tidak suka kepada orang yang begini ini tidak suka. Empat
hari kemudian difatwakan, ‘Orang ini munafik,’ kata dia.”
Jika transkrip ceramah itu benar, maka
logikanya: Koruptor banyak, tapi yang tidak korupsi lebih banyak. Apakah
berarti korupsi tidak perlu diberantas? Demikian pula orang yang melakukan zina
banyak dan yang tidak berzina juga banyak. Apakah berarti perzinahan harus
ditolerir dan dianggap halal? Pertanyaannya, yang dipersoalkan jumlah
pembantaian atau pembantaian rezim Bashar terhadap rakayatnya? Jika yang
mengundang keprihatinan banyak pihak adalah adanya pembantaian itu, maka
sekalipun hanya satu orang muslim yang dibantai adalah kewajiban muslim lainnya
untuk membela menurut kemampuan. Kita tidak boleh meremehkan kebiaban suatu
rezim terhadap rakyatnya sendiri.
Mengenai Al-Buthi, informasinya
masih perlu klarifikasi. Sebab informasi lain menyebutkan, Al-Buthi di bunuh
oleh tentara rezim Bashar Asad, mungkin saja untuk memfitnah dan mengadu domba
pihak oposisi.
Kalau Rohingya, sudah jelas pembantaian itu, saudara-saudara saya di
Solo saya ajak bangkit malah ndak mau. Sebab Rohingya miskin, tidak punya apa-apa.
Mengapa Rohingya tidak bangkit membela?
Sejumlah gerakan Islam telah melakukan demonstrasi di Jakarta, bahkan tokoh-tokoh gerakan itu
bertemu dengan Dubes Myanmar di Jakarta. Menurut Dubesnya, empat juta jumlah
umat Islam bukan hanya di Rohingya, tapi di seluruh Myanmar. Dan yang tersisa di
Rohingya sekarang sebanyak 700 ribu orang. Jadi, tidak benar bahwa tidak ada
umat Islam yang membela Rohingya, dan pembelaan sama sekali bukan pertimbangan
negeri miskin atau kaya.
Lha Suriah sekarang ini kenapa kok bangkit, karena Amerika sudah gregeten
sama pemerintah Suriah (lalu) oposisi dibiayai, disuruh melawan. Kalau kita
kemudian membantu oposisi jadinya kita termakan oleh hasutan Amerika. Makanya
ketika ada demo soal Suriah di Solo, saya bilang, “Kalau itu tujuannya untuk
menolong, menyerukan supaya mereka menghentikan pertempuran dan kemudian
menolong orang-orang pengungsi, setuju! Tetapi kalau pake memaki salah satu
pihak saya tidak setuju. Karena kalau memaki saudara-saudara kita yang di
oposisi tidak mungkin. Memaki mereka si Bashar, pemakiannya ini dibiayai oleh
Amerika, jadi kita membantu pekerjaannya Amerika dan kehendaknya Amerika. Kalau
bangsa Suriah, masih ada yang Syiah, ada yang Ahlussunnah. Dan pembantaian
terjadi bukan hanya di Suriah. Di Pakistan juga saling bantai, di Irak juga
begitu keadaannya. Lha apa kita mau ikut-ikut begitu?
Pernyataan ini justru bukti kongkrit
korban propaganda Amerika. Atau bagian dari propaganda Amerika untuk melemahkan
dukungan terhadap perlawanan jihad rakyat Muslim terhadap rezim Bashar. Apakah
ada kepentingan Amerika dengan membantu oposisi di Suriah? Itu urusan Amerika. Ada atau tidaknya
dukungan Amerika, oposisi melawan Bashar sudah lebih dahulu terjadi. Oposisi di
Suriah tidak hanya satu, tapi mereka disatukan oleh aspirasi yang sama, yaitu
melawan rezim Bashar yang telah membantai rakyatnya secara amat biadab.
Propaganda yang sama juga terjadi
ketika kaum Muslimin melawan rezim atheis Soviet di Afghanistan. Propagandis
Amerika mengatakan, Usamah bin Laden adalah antek Amerika. Padahal perjuangan
melawan Soviet dan bonekanya di Afghanistan
adalah jihad melawan penjajah komunis.
Dan sekarang para propagandis Syiah
di Libanon, Suriah, Indonesia melakukan hal yang sama, agar
tidak mengecam rezim Bashar, dengan alasan tidak mau terjebak membantu program
politik Amerika melawan rezim Syiah Nushairiyah Bashar Al-Asad. Oleh karena itu,
umat Islam jangan tertipu dengan propaganda demikian. Kewajiban setiap Muslim
untuk membela saudara Muslim lainnya di belahan bumi manapun untuk melawan
kezaliman dan meninggikan kalimat Allah Swt. Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu!
Jogjakarta,
2 Juni 2013
Irfan S Awwas
(samirmusa/arrahmah.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik