Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Kamis, 26 Juli 2012

Ilmu Kanuragan untuk dakwah





On line PBNU  oleh Abdul Mun’im DZ
Para wali dan ulama menyiarkan Islam dengan berbagai cara. Namun, seorang muballigh baik kalangan wali ulama atau kiai memang harus memiliki kelebihan dibandaing masyarakat yang lain. Kelebihan ilmu dengan sendirinya menjadi syarat utama, tetapi selain itu harus memiliki keahlian ekstra yang lain, apakah suara yang merdu, kesaktian dalam pengobatan, dan keahlian dalam menaklukkan binatang, penjahat atau mengusir makhluk halus. Kalau tidak, kehadiran mereka tidak bisa melindungi umat yang didatangi.

Kiai Haji Muhammad Cholid seorang mubaligh di Banjarmasin Kalimantan Selatan setiap saat berdakwah ke masyarakat pedalaman yang daerahnya hutan berawa. Masyarakatnya umumnya pencari ikan, tetapi mereka memiliki ancaman serius yaitu dengan banyaknya buaya, setiap saat ada saja orang  disambar predator yang ganas itu, ketika mandi atau mencuci di kali.

Pada suatu ketika terjadi heboh di masyarakat. Ada seorang disambar buaya, maka datanglah mereka kepada ayah kandung KH Idham Cholid mantan Ketua Umum PBNU itu untuk meminta pertolongan. Mereka tidak mau tahu apakah sang kiai seorang pawang yang memiliki ilmu menangkap buaya atau tidak, tetapi mereka mesti minta tolong ke sana dengan yakinnya. Melihat kenyataan itu tidak ada pilihan lain bagi Kiai Cholid kecuali mengabulkan permintaan mereka, walaupun menantang risiko, tetapi tugas keulamaan untuk melindungi umat mesti dijalankan.

Sang kiai bersembahyang kemudian membaca doa, lalu dipersiapkanlah pancing dengan umpan seekor ayam untuk mengkap buaya. Dikatakan hanya buaya penyambar yang akan kena, sementara buaya lain tidak akan memakan umpan itu dan tidak akan ditangkap. Akhirnya tertangkaplah buaya itu dan orang semakin kagum dan takdzim pada Sang Kiai.

Setelah itu orang pada berdatangan minta diajari mantera, pada sat itulah Kiai Cholid mengajarkan mereka tentang kalimat tauhid, dan menuntun mereka bersyahadat. Dengan cara itu orang banyak belajar mantera agar selamat dari sambaran buaya, akhairnya orang ramai-ramai belajar agama. Dengan melalui jalan penyelamatan dan pelindungan pada umat itulah akhirnya orang tertarik untuk memeluk agama Islam. (Abdul Mun’im DZ)



Abdul Mun`im DZ berkata :
 Para wali dan ulama menyiarkan Islam dengan berbagai cara. Namun, seorang muballigh baik kalangan wali ulama atau kiai memang harus memiliki kelebihan dibandaing masyarakat yang lain. Kelebihan ilmu dengan sendirinya menjadi syarat utama, tetapi selain itu harus memiliki keahlian ekstra yang lain, apakah suara yang merdu, kesaktian dalam pengobatan, dan keahlian dalam menaklukkan binatang, penjahat atau mengusir makhluk halus. Kalau tidak, kehadiran mereka tidak bisa melindungi umat yang didatangi.

Komentarku ( Mahrus ali ) :  Umumnya dari kalangan gus – gus yang punya keahlian pengobatan yang menjamur di muka bumi Nusantara  ini selalu menggunakan khadam mahluk halus yaitu jin dan kebanyakannya  jin kafir. Dan kebanyakan gus – gus itu berdusta, tidak memperdulikan syariat. Ada yang berjabat tangan dengan tamu perempuan.
Tamu yang datang menjadi bengong. Gus ini punya kehebatan dalam mengobati pasien, ber arti dia dekat kepada Allah, tapi mulutnya rusak, ahlaknya  juga jelek dan mengabaikan  sariat. Itulah tanda bahwa   dia itu memiliki kesaktian itu  tidak karena dekat kepada Allah tapi karena dekat kepada setan. Imam Syafii berkata :
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى اْلمَاءِ وَيَطِيْرُ فِي الْهَوَاءِ فَلاَ تَغْتَرُّوا بِهِ حَتَّى تَعْرِضُوا أَمْرَهُ عَلىَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Bilakamu sekalian melihat seorang lelaki berjalan di atas air atau terbang di udara, maka jangan terpedaya dengannya,hingga kamu cocokkan perilakunya  dengan al quran dan hadis
قَالَ الشَّيْخُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ حَسَنٍ فِي ‏"‏فَتْحِ اْلمَجِيْدِ‏"‏‏:‏ ‏"‏وَأَكْثَرُ مَا يَقَعُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ مَا يُخْبِرُ بِهِ الْجِنُّ أَوْلِيَاءَهُمْ مِنَ اْلإِنْسِ عَنِ اْلأَشْيَاءِ اْلغَائِبَةِ بِمَا يَقَعُ فِي اْلأَرْضِ مِنَ اْلأَخْبَارِ، فَيَظُنُّهُ اْلجَاهِلُ كَشْفًًا وَكَرَامَةً، وَقَدْ اغَتَرَّ بِذَلِكَ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، يَظُنُّوْنَ اْلمُخْبِرَ بِذَلِكَ عَنِ اْلجِنِّ وَليًّا لله، وَهُوَ مِنْ أَوْلِيَاءِ الشَّيْطَانِ‏"‏
Syekh Abd Rahman bin Al Hasan dalam kitab fathul majid berkata : Banyak sekali di alami oleh umat ini adalah  para dukun yang menerima kabar dari jin tentang berita – berita yang akan  jatuh ke bumi lalu orang – orang awam  mengiranya sebagai kasyaf dan karomah. Sungguh banyak yang tertarik padanya  bahkan tertipu dengannya lalu di katakan mereka adalah waliyullah. Pada hal mereka itu walius syaithon. [1]
Dan perbuatan gus – gus selalu saya perhatikan dan mengarah kepada kesyirikan. tepatlah firman Allah :
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقَا
 Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. ( Al Jin 6 )
Tapi ada juga  orang yang ahli mengobati dengan doa – doa dari Nabi SAW dan jarang sekali yang begitu. Lebih baik pengobatan itu menggunakan bekam.



Abdul Mun`im DZ berkata :

Sang kiai bersembahyang kemudian membaca doa, lalu dipersiapkanlah pancing dengan umpan seekor ayam untuk mengkap buaya. Dikatakan hanya buaya penyambar yang akan kena, sementara buaya lain tidak akan memakan umpan itu dan tidak akan ditangkap. Akhirnya tertangkaplah buaya itu dan orang semakin kagum dan takdzim pada Sang Kiai.


Komentarku ( Mahrus ali ):
 :Untuk umpan ayam yang di taruh di pancing itu penganiayaan. Ada sebagian  orang yang memancing  ikan  dengan umpan katak, lalu perut katak di tusuk dengan kail. Ahinya katak  berenang ke air ke kanan dan kekiri. Saya lihat dia  kesakitan dan ini sama dengan menganiayanya  dan ini tidak diperkenankan.
Jabir bin Abdillah ra  berkata : Rasulullah SAW  bersabda :
 وَعُرِضَتْ عَلَيَّ النَّارُ فَرَأَيْتُ فِيهَا امْرَأَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ تُعَذَّبُ فِي هِرَّةٍ لَهَا رَبَطَتْهَا فَلَمْ تُطْعِمْهَا وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ
Neraka diperlihatkan kepadaku, aku melihat didalamnya  seorang wanita  banu Israil yang tersiksa karena kucing yang diikat, tidak diberi makan dan tidak dibiarkan  memakan serangga  bumi [2]
وَدَنَتْ مِنِّي النَّارُ حَتَّى قُلْتُ أَيْ رَبِّ وَأَنَا مَعَهُمْ فَإِذَا امْرَأَةٌ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ تَخْدِشُهَا هِرَّةٌ قُلْتُ مَا شَأْنُ هَذِهِ قَالُوا حَبَسَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ جُوعًا لَا أَطْعَمَتْهَا وَلَا أَرْسَلَتْهَا تَأْكُلُ
Neraka ditampakkan kepadaku,hingga aku berkata :  Wahai Tuhanku, aku bersama mereka.Tahu – tahu aku berjumpa dengan  orang perempuan yang kukira di cakari kucing. Aku bertanya  :”Mengapa  demikian ?”.
Mereka  berkata :”Dia  menahan kucing hingga mati kelaparan,tidak diberi makan atau dilepaskan untuk makan. [3]



[1] Al muntaqa  min fatawas syekh Al Fauzan     nomer fatwa  69
[2]  HR Muslim  904 .
[3] Muttafaq alih , Bukhori 745

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dengan baik