On
line PBNU oleh Abdul Mun’im DZ
Para wali dan
ulama menyiarkan Islam dengan berbagai cara. Namun, seorang muballigh baik
kalangan wali ulama atau kiai memang harus memiliki kelebihan dibandaing
masyarakat yang lain. Kelebihan ilmu dengan sendirinya menjadi syarat utama,
tetapi selain itu harus memiliki keahlian ekstra yang lain, apakah suara yang
merdu, kesaktian dalam pengobatan, dan keahlian dalam menaklukkan binatang,
penjahat atau mengusir makhluk halus. Kalau tidak, kehadiran mereka tidak bisa melindungi
umat yang didatangi.
Kiai
Haji Muhammad Cholid seorang mubaligh di Banjarmasin Kalimantan Selatan setiap
saat berdakwah ke masyarakat pedalaman yang daerahnya hutan berawa.
Masyarakatnya umumnya pencari ikan, tetapi mereka memiliki ancaman serius yaitu
dengan banyaknya buaya, setiap saat ada saja orang disambar predator yang ganas itu, ketika
mandi atau mencuci di kali.
Pada
suatu ketika terjadi heboh di masyarakat. Ada
seorang disambar buaya, maka datanglah mereka kepada ayah kandung KH Idham Cholid
mantan Ketua Umum PBNU itu untuk meminta pertolongan. Mereka tidak mau tahu
apakah sang kiai seorang pawang yang memiliki ilmu menangkap buaya atau tidak,
tetapi mereka mesti minta tolong ke sana
dengan yakinnya. Melihat kenyataan itu tidak ada pilihan lain bagi Kiai Cholid
kecuali mengabulkan permintaan mereka, walaupun menantang risiko, tetapi tugas
keulamaan untuk melindungi umat mesti dijalankan.
Sang
kiai bersembahyang kemudian membaca doa, lalu dipersiapkanlah pancing dengan
umpan seekor ayam untuk mengkap buaya. Dikatakan hanya buaya penyambar yang
akan kena, sementara buaya lain tidak akan memakan umpan itu dan tidak akan
ditangkap. Akhirnya tertangkaplah buaya itu dan orang semakin kagum dan takdzim
pada Sang Kiai.
Setelah
itu orang pada berdatangan minta diajari mantera, pada sat itulah Kiai Cholid
mengajarkan mereka tentang kalimat tauhid, dan menuntun mereka bersyahadat.
Dengan cara itu orang banyak belajar mantera agar selamat dari sambaran buaya,
akhairnya orang ramai-ramai belajar agama. Dengan melalui jalan penyelamatan
dan pelindungan pada umat itulah akhirnya orang tertarik untuk memeluk agama
Islam. (Abdul Mun’im DZ)
Abdul Mun`im DZ berkata :
Para wali dan
ulama menyiarkan Islam dengan berbagai cara. Namun, seorang muballigh baik
kalangan wali ulama atau kiai memang harus memiliki kelebihan dibandaing
masyarakat yang lain. Kelebihan ilmu dengan sendirinya menjadi syarat utama,
tetapi selain itu harus memiliki keahlian ekstra yang lain, apakah suara yang
merdu, kesaktian dalam pengobatan, dan keahlian dalam menaklukkan binatang,
penjahat atau mengusir makhluk halus. Kalau tidak, kehadiran mereka tidak bisa
melindungi umat yang didatangi.
Komentarku
( Mahrus ali ) : Umumnya dari kalangan
gus – gus yang punya keahlian pengobatan yang menjamur di muka bumi
Nusantara ini selalu menggunakan khadam
mahluk halus yaitu jin dan kebanyakannya
jin kafir. Dan kebanyakan gus – gus itu berdusta, tidak memperdulikan
syariat. Ada
yang berjabat tangan dengan tamu perempuan.
Tamu
yang datang menjadi bengong. Gus ini punya kehebatan dalam mengobati pasien,
ber arti dia dekat kepada Allah, tapi mulutnya rusak, ahlaknya juga jelek dan mengabaikan sariat. Itulah tanda bahwa dia itu memiliki kesaktian itu tidak karena dekat kepada Allah tapi karena
dekat kepada setan. Imam
Syafii berkata :
إِذَا
رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَمْشِي عَلَى اْلمَاءِ وَيَطِيْرُ فِي الْهَوَاءِ فَلاَ
تَغْتَرُّوا بِهِ حَتَّى تَعْرِضُوا أَمْرَهُ عَلىَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Bilakamu
sekalian melihat seorang lelaki berjalan di atas air atau terbang di udara,
maka jangan terpedaya dengannya,hingga kamu cocokkan perilakunya dengan al quran dan hadis
قَالَ
الشَّيْخُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ حَسَنٍ فِي "فَتْحِ
اْلمَجِيْدِ": "وَأَكْثَرُ مَا يَقَعُ فِي هَذِهِ اْلأُمَّةِ مَا
يُخْبِرُ بِهِ الْجِنُّ أَوْلِيَاءَهُمْ مِنَ اْلإِنْسِ عَنِ اْلأَشْيَاءِ
اْلغَائِبَةِ بِمَا يَقَعُ فِي اْلأَرْضِ مِنَ اْلأَخْبَارِ، فَيَظُنُّهُ
اْلجَاهِلُ كَشْفًًا وَكَرَامَةً، وَقَدْ اغَتَرَّ بِذَلِكَ كَثِيْرٌ مِنَ
النَّاسِ، يَظُنُّوْنَ اْلمُخْبِرَ بِذَلِكَ عَنِ اْلجِنِّ وَليًّا لله، وَهُوَ
مِنْ أَوْلِيَاءِ الشَّيْطَانِ"
Syekh
Abd Rahman bin Al Hasan dalam kitab fathul majid berkata : Banyak sekali di
alami oleh umat ini adalah para dukun
yang menerima kabar dari jin tentang berita – berita yang akan jatuh ke bumi lalu orang – orang awam mengiranya sebagai kasyaf dan karomah.
Sungguh banyak yang tertarik padanya
bahkan tertipu dengannya lalu di katakan mereka adalah waliyullah. Pada
hal mereka itu walius syaithon. [1]
Dan
perbuatan gus – gus selalu saya perhatikan dan mengarah kepada kesyirikan.
tepatlah firman Allah :
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ
مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقَا
Dan bahwasanya ada beberapa
orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan. ( Al Jin 6 )
Tapi
ada juga orang yang ahli mengobati
dengan doa – doa dari Nabi SAW dan jarang sekali yang begitu.
Lebih baik pengobatan itu menggunakan bekam.
Abdul Mun`im DZ berkata :
Sang
kiai bersembahyang kemudian membaca doa, lalu dipersiapkanlah pancing dengan
umpan seekor ayam untuk mengkap buaya. Dikatakan hanya buaya penyambar yang
akan kena, sementara buaya lain tidak akan memakan umpan itu dan tidak akan
ditangkap. Akhirnya tertangkaplah buaya itu dan orang semakin kagum dan takdzim
pada Sang Kiai.
Komentarku ( Mahrus ali ):
:Untuk umpan ayam yang di taruh di pancing itu
penganiayaan. Ada
sebagian orang yang memancing ikan
dengan umpan katak, lalu perut katak di tusuk dengan kail. Ahinya
katak berenang ke air ke kanan dan
kekiri. Saya lihat dia kesakitan dan ini
sama dengan menganiayanya dan ini tidak
diperkenankan.
Jabir bin Abdillah ra berkata : Rasulullah SAW bersabda :
وَعُرِضَتْ عَلَيَّ النَّارُ فَرَأَيْتُ فِيهَا
امْرَأَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ تُعَذَّبُ فِي هِرَّةٍ لَهَا رَبَطَتْهَا
فَلَمْ تُطْعِمْهَا وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الْأَرْضِ
Neraka diperlihatkan kepadaku,
aku melihat didalamnya seorang wanita banu Israil yang tersiksa karena kucing yang
diikat, tidak diberi makan dan tidak dibiarkan
memakan serangga bumi [2]
وَدَنَتْ مِنِّي النَّارُ حَتَّى قُلْتُ
أَيْ رَبِّ وَأَنَا مَعَهُمْ فَإِذَا امْرَأَةٌ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ
تَخْدِشُهَا هِرَّةٌ قُلْتُ مَا شَأْنُ هَذِهِ قَالُوا حَبَسَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ
جُوعًا لَا أَطْعَمَتْهَا وَلَا أَرْسَلَتْهَا تَأْكُلُ
Neraka ditampakkan kepadaku,hingga
aku berkata : Wahai Tuhanku, aku bersama
mereka.Tahu – tahu aku berjumpa dengan
orang perempuan yang kukira di cakari kucing. Aku bertanya :”Mengapa
demikian ?”.
Mereka berkata :”Dia
menahan kucing hingga mati kelaparan,tidak diberi makan atau dilepaskan
untuk makan. [3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik