Rabu, 02/01/2013 15:06
Dalam
sebuah acara wayangan di Kudus beberapa tahun lalu, pelawak kondang asli Kudus,
Nurhidayat Marhaban, punya kenangan dengan Gus Dur.
Sebelum wayangan dimulai, Gus Dur yang hadir dalam acara tersebut, minta ketemu sang dalang. Permintaan dipenuhi. Keduanya bertemu.
"Kamu ya yang akan mengisi lawak di sini?" tanya Gus Dur "Iya Gus," jawab Marhaban, sambil menjabat tangan Gus Dur.
"Kalau ngelawak yang ringan-ringan saja yang bisa diterima dan bikin ketawa penonton," pesan Gus Dur.
Sebelum wayangan dimulai, Gus Dur yang hadir dalam acara tersebut, minta ketemu sang dalang. Permintaan dipenuhi. Keduanya bertemu.
"Kamu ya yang akan mengisi lawak di sini?" tanya Gus Dur "Iya Gus," jawab Marhaban, sambil menjabat tangan Gus Dur.
"Kalau ngelawak yang ringan-ringan saja yang bisa diterima dan bikin ketawa penonton," pesan Gus Dur.
"Siap
Gus!" jawab Marhaban.
"Sebentar, jangan pergi dulu. Kamu tahu ndak, burung apa yang kuat bertahan di dalam air," tanya Gus Dur memberi tebakan dalam bahasa Jawa.
"Sebentar, jangan pergi dulu. Kamu tahu ndak, burung apa yang kuat bertahan di dalam air," tanya Gus Dur memberi tebakan dalam bahasa Jawa.
"Burung
Lamis gus," jawab Marhaban.
"salah!"sahut
Gus Dur.
"Burung blekok,"Jawab Marhaban lagi.
"Burung blekok,"Jawab Marhaban lagi.
"Salah
juga! Yang benar adalah 'burungnya' wong ndawut," Gus Dur sambil
terkekeh. Ndawut adalah petani yang sedang mencabut tukulan
bibit padi yang mau ditanam di sawah. Marhaban pun terbahak-bahak. (Qomarul
Adib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik