Kajian Salat Jum'at 4 rakaat ke 2
Jadi hadits itu menurut riwayat Abu Nuaim, perawinya bernama
Sufyan bin Habib. Ini tafarrud, hanya dia yang meriwayatkan, dan ini termasuk
cacat yang sangat menurut ulama dulu.
Hadis sedemikian ini adalah hadis munkar dan gharib, waktu
Sofyan bin Habib, ribuan manusia saat itu tidak mengerti hadits itu.
Imam Malik menyatakan bahwa hadis sedemikian ini adalah ilmu
yang jelek dan yang baik adalah yang diriwayatkan oleh orang banyak
٥- [عن عمر بن الخطاب:] صلاةُ الجمُعَةِ
ركعتانِ وصلاةُ الفطرِ ركعتانِ وصلاةُ الأضحى ركعتانِ وصلاةُ السفرِ ركعتانِ تمامٌ
غيرُ قَصْرٍ على لسانِ محمدٍ ﷺ
الضياء المقدسي (ت
٦٤٣)، السنن والأحكام ٢/٣٨٤ • [فيه] عبد الرحمن بن أبي ليلى قال النسائي : لم
يسمعه من عمر • أخرجه النسائي (١٥٦٦)، وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد
(٢٥٧) باختلاف
Hadist salat Jumat 2 rokaat yang diriwayatkan oleh Umar bin
Khattab itu ditulis oleh Addhiya al-Maqdisi dalam kitab Sunan wal Ahkam. Beliau
menyatakan ada perawi bernama Abdurrahman bin Abi Laila, Imam Nasa`i
menyatakan dia tidak mendengar dari Umar. Riwayat Imam Nasa'i, Ibnu
Majah dan Ahmad dengan perbedaan.
النووي (ت ٦٧٦)،
المجموع ٤/٥٣٠ • حسن
• أخرجه النسائي (١٤٤٠)، وابن ماجه
(١٠٦٤)،
وأحمد (٢٥٧) باختلاف
Imam Nawawi dalam
kitab Al-Majmu menyatakan: Hadis tersebut Hasan.
Ia juga diriwayatkan oleh an-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad
dengan perbedaan.
Komentarku: Pernyataan Imam Nawawi ini tidak benar, karena
Abdurrahman bin Abi Laila tidak mendengar dari Umar, dengan demikian sanadnya
terputus dan hadis yang sanadnya terputus itu dikatakan hadits lemah. Dalam
kitab al-Baiquni dikatakan:
وكل ما لم يتصل
بحالِ إسناده منقطع الأوصالِ
Setiap hadis yang sanadnya tidak bersambung maka dikatakan
terputus.
- [عن
عبدالرحمن بن أبي ليلى:] عن عمرَ بنِ الخطّابِ رضي اللهُ تعالى عنه قال: صلاةُ
الجمعةِ ركعتانِ وصلاةُ الفطرِ ركعتانِ وصلاةُ الضحى ركعتانِ وصلاةُ السفرِ
ركعتانِ تمامٌ غيرُ قَصْرٍ
ابن الملقن (ت ٧٥٠)،
خلاصة البدر المنير ١/٢١٨ • صحيح
• شرح رواية أخرى
Hadis tersebut juga disebutkan oleh Ibnul Mulaqqin dalam kitab Khulasoh Al-Badri Munir lalu
dikatakan sahih, anehnya ada kata salat Dhuha.
Salat Idul Adha dalam hadis yang lalu diganti dengan salat
Dhuha. Ini namanya redaksi hadisnya kacau.
Mengapa dikatakan hadits tersebut sahih.?
Padahal hadis itu juga diriwayatkan oleh Abdurrahman bin
Abdillah dari Umar bin Khattab, sanadnya juga terputus, dan dalam kaidah ilmu
musthalah hadits, sanad yang terputus itu dikatakan hadits lemah.
Itu adalah kekeliruan dan kita tidak mengikutinya.
عن عمر بن الخطاب:]
عن عمرَ بنِ الخطّابِ رضيَ اللهُ عنهُ قال صلاةُ الجمعةِ ركعتانِ وصلاةُ الفطرِ
ركعتانِ وصلاةُ الأضحى ركعتانِ وصلاةُ السَّفرِ ركعتانِ تمامٌ غيرَ قصرٍ على لسانِ
نبيِّكُم محمَّدٍ ﷺ
ابن الملقن (ت ٧٥٠)،
تحفة المحتاج ١/٥٤٠ • صحيح أو حسن [كما اشترط على نفسه في
المقدمة] • شرح رواية أخرى
Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Ibnul Mulaqqin juga menyebut
hadis tersebut dengan redaksi yang tepat, tidak diganti dengan salat Dhuha,
tapi masih ditetapkan salat idul Adha dan menyatakan sahih atau Hasan.
Komentarku: Pernyataan Ibnul Mulaqqin sedemikian ini salah,
walaupun beliau pengarang kitab, kesalahan tetap harus dikatakan, dan kebenaran
walaupun dari orang yang tidak mengarang kitab tetap dibenarkan. Kita ini
menghormati kebenaran karena kebenarannya bukan kita katakan benar terhadap
kesalahan karena orang yang mengatakan adalah orang besar.
Kaidah kebenaran kita atau standar kita bukan itu.
Kita menjunjung kepada kebenaran.
- [عن
عمر بن الخطاب:] صلاةُ الجمُعةِ رَكْعتانِ، وصلاةُ الفطرِ رَكْعَتانِ، وصلاةُ
الأضحى رَكْعتانِ، وصَلاةُ السَّفرِ رَكْعتانِ تمامٌ غيرُ قَصرٍ على لِسانِ
مُحمَّدٍ
الألباني (ت ١٤٢٠)،
صحيح النسائي ١٤١٩ • صحيح
• أخرجه النسائي (١٤٢٠) واللفظ له،
وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد
Albani menyatakan hadis tersebut adalah sahih dalam sahih
kitab Nasa`i.
Ia juga diriwayatkan oleh Imam Nasa`i dan redaksi hadits adalah riwayatnya juga
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad.
Komentarku: Perkataan Imam Albani ini tidak tepat, sanadnya
terputus dan Imam Nasa`i sendiri mengatakan seperti itu.
Mengapa Albani menyatakan sahih dan ia telah dilemahkan oleh
Imam Nasa`i sendiri.
[عن
عمر بن الخطاب:] قال: صلاةُ الجمعةِ ركعتانِ، والفطرُ ركعتانِ، والنحرُ ركعتانِ،
والسفرُ ركعتانِ، تمامٌ غيرُ قصرٍ على لسانِ النبيِّ صلى الله عليه وعلى آله وسلم
الوادعي (ت ١٤٢٢)،
أحاديث معلة ٣٢٧ • ظاهره الصحة ، ولكن عبد الرحمن بن أبي ليلى لم
يسمع من عمر
Hadis tersebut juga dimasukkan oleh al-Wadi`i pengarang dari
Yaman dan muridnya Albani dalam kitabnya Ahadits Muallah-koleksi hadis-hadis
yang cacat.
Abdurrahman bin Abi laila tidak mendengar dari Umar bin
Khattab.
Syaikh Muqbil bin Hadi bin Qayidah al-Hamdany al-Wadi'i
al-Khilaly (arab: مقبل بن هادي الوادعي) adalah salah seorang ulama besar
kontemporer dari Yaman yang ahli dalam bidang ilmu Hadits. Nama kunyahnya
adalah Abi Abdirrahman, lebih dikenal dengan Syaikh Muqbil (atau: Syaikh Muqbil
bin Hadi al-Wadi'i).
[عن
عمر بن الخطاب:] عن عمرَ قال: صلاةُ الجمعةِ ركعتان ، وصلاةُ الأضحى ركعتان ،
وصلاةُ السَّفرِ ركعتان تمامٌ غيرُ قصرٍ على لسانِ نبيِّكم ﷺ.
الذهبي (ت ٧٤٨)،
المهذب ٣/١١٢٩ • رواه شريك عن زبيد على الإرسال
Imam ad-Dzahabi juga mencantumkan hadis tersebut di kitab
Al-Muhadzdzab tapi ada yang kurang yaitu tidak disebutkan salat idul fitri dua
rokaat.
Beliau berkata; Hadis ini diriwayatkan oleh Syarik bin
Zubaid dengan mursal yakni lemah.
١٦- [عن عمر بن الخطاب:] حديثُ عمرَ: صلاةُ
الجمعةِ ركعتان غيرَ قصرٍ على لسانِ محمَّدٍ ﷺ
ابن حجر العسقلاني (ت
٨٥٢)، التلخيص الحبير ٢/٥٨٣ • من حديث عبد الرحمن بن أبي ليلى عن عمر، وقال
النسائي لم يسمعه من عمر، وكان شعبة ينكر سماعه منه، وسئل ابن معين عن رواية جاء
فيها في هذا الحديث عنه سمعت عمر، فقال: ليس بشيء
• أخرجه النسائي (١٤٢٠)، وابن ماجه
(١٠٦٣)، وأحمد (٢٥٧) مطولاً.
Dalam kitab Talkhisul Habir, Ibnu Hajar al-Asqalani
menyatakan: Hadis tersebut dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Umar.
Imam Nasa'i berkata; Abdurrahman tidak mendengar hadits
tersebut dari Umar, Syu'bah sendiri menyatakan ingkar terhadap hal tsb yaitu
Abd Rahman mendengarnya dari Umar.
Ibnu Ma'in ditanya tentang riwayat itu lalu berkata; Bukan
apa-apa maksudnya: Lemah dan tidak bisa dibuat hujjah.
السنن الكبرى للنسائي
(1/ 271)
- أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ،
عَنْ سُفْيَانَ هُوَ ابْنُ حَبِيبٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ زُبَيْدٍ، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ عُمَرَ، قَالَ: «صَلَاةُ الْجُمُعَةِ
رَكْعَتَانِ، وَالْفِطْرُ رَكْعَتَانِ، وَالنَّحْرُ رَكْعَتَانِ، وَالسَّفَرُ
رَكْعَتَانِ، تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
أَدْخَلَ يَزِيدُ
بْنُ زِيَادِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ بَيْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى،
وَبَيْنَ عُمَرَ كَعْبَ بْنِ عُجْرَةَ
Dalam kitab Sunan Kubro oleh an-Nasa'i diterangkan: Yazid
bin Ziyad bin Abil Ja`d memasukkan perawi bernama Ka`ab bin Ujroh antara
Abdurrahman bin Abi Laila dan Umar.
komentarku: Mengapa begitu, agar dikatakan hadis tersebut
sahih, sebab Ka`ab bin Ujroh mendengar hadits dari Umar, kalau Abdurrahman sama
sekali tidak mendengarnya menurut ulama ahli hadits
٢٧- [عن عبدالرحمن بن أبي ليلى:] عن عمر رضي
الله عنه قال: صلاةُ السَّفَر ركعتان، وصلاة الأضحى ركعتانِ، وصلاة الفطر ركعتان،
وصلاة الجمعة ركعتان، تمامٌ غيرُ قَصرٍ، على لسان محمد ﷺ.
الكمال بن الهمام (ت
٨٦١)، شرح فتح القدير ٢/٣٢ • إعلاله بأن عبد الرحمن لم يسمع من عمر مدفوع
بثبوت ذلك.
Dalam kitab Syarah Fathul Qadir, Al-Kamal bin al-Hammam
mengatakan: Cacatnya hadis tersebut adalah Abdurrahman tidak mendengarnya dari
Umar tertolak karena hal itu sudah ada hadisnya.
Komentarku: Seandainya sanadnya sahih, ada persoalan lagi
yaitu redaksi hadis tsb yang menyatakan tidak diqashar salat bepergian 2 rokaat
itu bertentangan dengan ayat sebagai berikut:
وَإِذَا ضَرَبْتُمْ
فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ إِنْ
خِفْتُمْ أَن يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ
إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِينًا
"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah
mengapa kamu mengqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang
kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagi
mu".(QS.An-Nisa 101)
Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa salat 2 rakaat dalam
bepergian adalah salat qashar.
Padahal dalam hadis itu dikatakan salat 2 rakaat dalam
bepergian itu salat yang sempurna tanpa diqhasor.
Bila kita percaya hadis tersebut, kita berarti kafir kepada
ayat 101 an-Nisa, karena itu dahulukan Alquran dan menomor duakan hadis.
Bila bertentangan, maka peganglah Alquran, sebab hadis
mungkin keliru dan Alquran mesti benar, Allah berfirman:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ
اللَّهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي
الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ
"Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan
AlKitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih
tentang (kebenaran) AlKitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari
kebenaran)".(QS.Al-Baqarah 176)
٢٨- [عن عمر بن الخطاب:] عن عمرَ أنهُ قال:
صلاةُ السَّفرِ رَكعتانِ، وصلاةُ الأضحى رَكعتانِ، وصلاةُ الفطرِ رَكعتانِ، وصلاةُ
الجمعةِ رَكعتانِ، تمامٌ من غيرِ قَصرٍ، على لسانِ محمَّدٍ ﷺ
الشوكاني (ت ١٢٥٥)،
نيل الأوطار ٣/٢٥٠ • رجاله رجال الصحيح إلا يزيد بن زياد بن أبي الجعد وقد وثقه
أحمد وابن معين وقد روي من طريق أخرى بأسانيد رجالها رجال الصحيح •
Imam Syaukani dalam kitab Nailul Authar menyatakan:
Perawi-perawinya adalah perawi Sahih Bukhari.
Imam Ahmad dan Ibnu Ma'in menyatakan beliau terpercaya, dan
sungguh hadis ini diriwayatkan dari jalur lain dengan sanad yang
perawi-perawinya adalah perawi Sahih Bukhari.
komentar saya: Diriwayatkan oleh siapapun hadis tersebut,
redaksinya adalah cacat dan bertentangan dengan ayat 176 al-Baqarah.
Ada yang memasukkan Ka`ab antara perawi Abdurrahman bin Abi Laila dan Umar, dan ada yang tidak. Dengan demikian sanad hadis tersebut adalah kacau dan ini menunjukkan hadis tersebut tidak bisa dibuat pegangan.