Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Selasa, 28 Agustus 2012

Raja Saudi istirohat


Eramuslim.com | Media Islam Rujukan, Putra Mahkota Arab Saudi pangeran Salman telah ditugaskan untuk menjalankan pemerintahan negara sementara, pada saat Raja Saudi Abdullah bin Abdul Aziz melakukan "cuti khusus."

Kantor berita resmi Saudi (SPA) tidak merinci rincian perjalanan dan cuti khusus raja, tetapi hanya menyebut Raja melakukan "cuti khusus" dan "liburan pribadi."

Aktivis internet Saudi melaporkan sebelumnya bahwa Raja Abdullah dalam cutinya pertama kali akan menuju ke Maroko pada pada hari Senin kemarin sebelum berangkat ke Amerika Serikat.

Selain itu, beberapa situs berita melaporkan bahwa raja Saudi mungkin akan mengunjungi Mesir selama perjalanannya.

Namun, pernyataan istana kerajaan, mengumumkan bahwa keputusan raja untuk menjadikan pangeran Salman menjalankan pemerintahan belum jelas batas waktunya.

Pewaris takhta kerajaan, Pangeran Salman dianggap sebagai pewaris Raja Abdullah setelah kematian ssaudaranya pangeran Sultan dan Nayef dalam waktu delapan bulan.

Raja Saudi sebelumnya pernah dirawat di unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit pada bulan Juni lalu. Ia juga telah menjalani beberapa kali operasi dalam beberapa tahun terakhir.(fq/prtv)

Komentarku ( Mahrus ali )
Kerajaan itu masih diperbolehkan oleh Allah bukan di larang sebagaimana  demokrasi dalam Negara Republik > Demokrasi ala barat sangat merusak bukan membangun. Saya ingat ayat:
رَبِّ قَدْ ءَاتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ(101)
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta`bir mimpi. (Ya Tuhan). Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. Yusuf.


Minggu, 26 Agustus 2012

Neil Armstrong meninggal dunia, dia telah menemui balasannya

SURYA Online, WASHINGTON - Neil Armstrong, astronot Apollo 11 yang menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki ke Bulan meninggal dunia dalam usia 82 tahun.

Dalam pernyataan yang dikutip Washington Post, pihak keluarga mengatakan Armstrong sebelumnya menderita kompilkasi penyakit setelah menjalani operasi cardiovascular. Meski begitu, keluarga tidak memberitahukan di mana dan kapan Armstrong wafat.

Keluarga Armstrong mengganggap mantan astronot ini sebagai suami, ayah, kakek, saudara, dan teman yang penuh cinta.

Armstrong yang dikenal lewat kata-kata 'That's one small step for (a) man, one giant leap for mankind' ini dikenal sebagai pahlawan Amerika bersahaja yang dengan rendah hati menyampaikan dirinya hanya melakukan tugas saat berhasil mendarat di Bulan.

Saat Armstrong menginjakkan kaki ke Bulan 20 Juli 1969, ia memenuhi harapan yang dicanangkan Presiden John F. Kennedy, delapan tahun sebelumnya, yakni menjadikan AS sebagai negara pertama yang mengirimkan orang ke Bulan.

Keluarga Armstrong mengatakan, "Walau kita menangisi kepergian orang yang sangat baik, kita juga merayakan hidupnya yang luar biasa dan berharap ia menjadi teladan bagi anak muda di seluruh dunia untuk bekerja keras membuat impian mereka menjadi kenyataan, bersedia untuk mengeksplorasi dan mendorong batas-batas mereka, dan tanpa pamrih melayani tujuan yang lebih besar dari diri mereka sendiri."
Bagi mereka yang bertanya apa yang bisa mereka lakukan untuk menghormati Neil, kita memiliki permintaan sederhana: Hormatilah teladan pelayanannya, serta prestasi dan kerendahan hatinya. Dan saat Anda berada di luar pada malam yang cerah dan melihat bulan tersenyum pada Anda, ingatlah Neil Armstrong dan berikan kedipan mata padanya."

Ada artikel lagi sbb:

Neil Armstrong ke bulan dan masuk Islam adalah BOHONG (HOAX)

Assalamu alaikum,
Teman-teman, saudara sesama muslim, saya mohon jangan di bahas tentang Neil Amrstrong ke bulan lalu mendengar ADZAN, karena dalam beberapa situs berbahasa Inggris (yang mereview dunia Islam), kita dianggap bodoh, mereka mengangap kebodohan dunia Islam karena tidak mau menerima kenyataan ‘American Kafir’ lah yang pertama menginjakan kakinya di bulan pertama kali bukan orang muslim.
Situs/blog yang membahas Neil Armstrong menjadi muslim adalah situs-situs di Asia Tenggara (Maroko, Filipina, Indonesia, Malaysia) terutama di Indonesia, western menganggap negara-negara disini memiliki pendidikan yang rendah. Pernah kejadian saat Neil Armstrong ke Malaysia dan ditanyakan hal itu, ia heran, apakah hal seperti ini perlu dikonfirmasikan ke Neil Armstrong sendiri, karena peryataan seperti itu sangatlah aneh, ia tidak pernah ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Dan jika dijawab ia tidak pernah mendengar adzan, maka si penanya muslim yang kecewa dan tidak percaya (hal ini juga dianggap kebodohan). Ia memang pernah ke Mesir, tapi tidak untuk Naik haji ke mekkah.
Umat muslim tidak perlu seorang Neil Armstrong untuk meyakinkan dirinya bahwa agama Islam yang dianutnya adalah benar. Jika anda menyakini agama benar, maka yakinilah bahwa hal itu benar. Muslim dianggap menggunakan nama besar Neil Armstrong untuk membenarkan agamanya. (Saya menentang pernyataan itu). Masa kita dikatakan kurang meyakini agama kita sendiri sehingga perlu nama-nama besar dari dunia barat (Umat muslim, percayalah nama rasullullah sudah cukup besar buat kita dan dunia. Umat kita sendiri yang akhirnya menjadi bahan tertawaan, cukup sudah!!!.
Pencipta rumor tentang Neil Armstrong mendengar adzan ini mungkin saja adalah orang yang ingin menghancurkan dunia Islam juga (sehingga orang muslim dikatakan bodoh), untuk saudaraku sesama muslim tolong hentikan pemberitaan yang salah ini. Tolong Baca Jurnal ARABIA, wiki-islam, turntoislam.com. Dalam situs lain dikatakan umat muslim percaya cerita hoax ini karena 50-80% umat muslim berpendidikan rendah. Para ‘musuh Islam’ justru menyebarkan hoax ini untuk mendiskreditkan agama Islam. Ingat situs http://www.answering-islam.org saya baca di website muslim isinya tidak reliable lagi, karena isinya ada kontradiksi dengan Al-Quran. Jangan dibaca (percaya).
Dunia barat sangat heran dengan pemberitaan ini bahkan mereka merasa geli mendengarnya. Neil Armstrong sendiri merasa terganggu, ia menyatakan ia tidak masuk Islam dan ketika ia diundang sebagai pembicara dalam kegiatan Islam ia juga tidak mau (ia menolak secara halus karena tidak ingin menyinggung perasaan umat muslim), tetapi ia menyatakan tidak ingin berpartisipasi dalam kegiatan Islam. (dalam web Islam malah dikatakan Neil Armstrong tidak mau mengakui karena ia telah dicuci otaknya di Assylum (RSJ), kalau begini terus dibahas, maka tidak akan ada habisnya.
Terlepas dari kontroversi apakah Neil Armstrong ke bulan atau tidak, satu hal lagi yang menjadi bahan tertawaan dunia barat adalah ada juga pemberitaan Neil Armstrong menyusuri retakan di bulan yang cocok dengan cerita bahwa suatu saat nanti bulan akan terbelah dua, ditertawakan juga, karena diameter bulan itu sangatlah besar, mana mungkin ia punya waktu untuk menyusurinya. Mendengar adzan juga dikatakan tidak mungkin karena tidak ada udara di bulan sana. Dunia barat mengangap berita-berita seperti ini hoax (omong kosong). Neil memang tinggal di Lebanon, tetapi letaknya di OHIO bukan TIMTENG. Ia lelah menangapi email yang bertanya akan kebenaran hoax ini.
Dalam beberapa jurnal barat dikatakan, umat muslim memerlukan nama-nama besar/cerita palsu untuk menambah keyakinannya diantaranya;
Jaques Cousteau, Michael Jackson, Maurice Bucaille, King Offa of England dan, Mike Tyson became Muslim. Christian apologists discovered wreckage of Noah’s ark in turkey, Prophet Muhammad’s name on a piece of wood from Noah’s ark (found in Russia) ,and Prophet Muhammad’s name foretold in Hindu Scriptures. ALL THESE ARE SIMPLY BOGUS SPECULATIONS.
Baca yanabi.com :
#Originally posted by: shariq ali
can anyone provide this info to mufti abu bakr siddique of tv programme aap ke masailhe said it on air that armstrong was a muslim
This is not true. He is either,
1. Misinformed or
2. Lying
In case of no. 1, mufti sahab should not be passing on such rumours on a global media portal, without thorough investigation himself lest they lead to the embarassment of the entire Muslim ummah.
In case of no. 2, Allah Bhala Karay. It is a sad state of affairs.
#Message yang lain
Allah (swt) Alone knows the contents of Armstrong’s heart (the good and the bad) and I beseech Him (swt) that He (swt) makes it as easy for said astronaut to accept the Inevitible Truth as He (swt) made it for me, Ameen.
Wasalaam,YD
#Originally posted by: Naqee Ahmed
i also heared that Before NeilArmstrong there was the other person who have stepped on the moon.Not sure on this,Just heared so from many.Anyways dont take this as a main conversation now!!!
Saya setuju dengan pendapat Naqee Ahmed, benar atau tidaknya:
JANGAN DI BAHAS LAGI KARENA DAPAT MEMBUAT UMAT MUSLIM MALU SENDIRI.
Wassalam

Komentarku ( Mahrus ali )

   Berita tentang Neil Armstrong bisa kebulan itupun masih simpang siur, karena masalah tsb termasuk dalam nuansa politik saat itu dimana Amirika dan Sofyet saling berlomba – lomba dalam mengembangkan persenjataan. Agar Sofyet menghabiskan dananya untuk pergi ke bulan, maka dibuatlah sekenario seperti itu. Bagi saya, orang kafir itu suka dusta, benci kejujuran. Karena itu berita dari mereka harus di filter ulang., tidak boleh di percaya langsung, bahkan haram.  Dan kebanyakan beritanya  dusta. Ingatlah ayat ini:

إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta. ( Annakhel 105 ).

Jumat, 24 Agustus 2012

Sms dari Mekassar, baca takbir waktu hutbah.


Bismillah..Ada buku sy baca penjelasannya begini ustdz : Diantara para khatib ada yg selalu membaca takbir di tengah tengah khutbah,krn menyangka bahwa h al itu adlh sunnah dari nabi saw.mereka berdalil dgn hadits Sa'ad al Qarzha,ia berkata : "pada banyak kesempatan khutbah,nabi saw bertakbir dan beliau me mperbanyak bertakbir dlm khutbah dua hari raya,"(HR.Ibnu majah 1287 dgn sanad yg dhaif)..hadits ini Dhaif.dikarenakan dua cacat,yaitu : 1..Abdurrahman bi n Sa'ad bin Ammar :dia Dhaif...yg ke 2 : Abu Sa'ad Ammar : Dia majhul,tdk diketahui biografinya..Al Imam Bushiri bkt : Sanad hadits ini dhaif." (lihat ki tab ibni Majah 1/422)..dgn demikian hadits ini tdk bisa dijadikan hujjah. ! Apkh benar penjelasan diatas ustdz ?...Dari Ardi di makassar.JazaaKALLAHU


Saya jawab: Benar ya Ardi.

Rabu, 15 Agustus 2012

Mendanai kebid`ahan mendapat dosa besar, bukan pahala.


MENGUNGKAP BISNIS PROYEK MAULID NABI
Topik pembahasan kali ini adalah seputar anggaran Maulid Nabi.
Seseorang (Bapak Taufiq – klender, jakarta) bercerita ketika disodorkan kepadanya sebuah proposal Maulid Nabi, berikut sebagian isi proposal atau anggarannya:
Anggaran Proposal Maulid 1433H
1. Sewa tenda dan kursi Rp. 3.000.000,-
2. Akomodasi dan Konsumsi Rp. 5.000.000,-
3. Uang saku Habib Rp. 30.000.000,-
4. Uang keamanan Rp. 5.000.000,-
5. Lain-lain tidak terduga Rp. 6.000.000,-
Total Anggaran Rp. 49.000.000,-
Maka bapak itu berkata kepada si penyodor proposal/panitia, “…dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Panitia, maaf saya tidak bisa memberi infaq untuk acara ini, tapi kalo ada hal lain… seperti warga yang terkena musibah, sakit dan butuh pertolongan.. saya insya Allah yang terdepan”.
Bapak itu juga berkata mengenai hal ini, “…ditempat saya belum seberapa… ada di daerah kalimalang -saya lupa nama masjidnya- anggaran untuk habib (penceramah) Rp.70juta.. total anggaran sekitar 200jutaan..”
(Sumber: dari status fb ust. Naharuddin Syuhada, https://www.facebook.com/naharuddin.syuhada/posts/2424448789044)
Anggaran yang direncanakan panitia peringatan maulid Nabi biasanya mencapai belasan hingga duapuluhan juta rupiah. Pos yang cukup menonjol dari anggaran panitia maulid ini, biasanya untuk nasi kebuli, honor penceramah (narasumber) dan habib yang jumlahnya bisa lebih dari satu, bahkan ada yang belasan.
Bagi sebagian masjid atau mushalla, peringatan maulid Nabi tanpa menghadirkan sejumlah habib terasa kurang afdhol. Karena, para habib dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (versi syi’ah) melalui jalur Husein ra hingga ke pasangan Ali bin Abi Thalib ra dan Fatimah Az-Zahra ra (putri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Kehadiran para habib tadi, bukan sebagai narasumber atau penceramah, tetapi bagai ornament/ hiasan. Mereka duduk sejajar narasumber dan menghadap jama’ah, hingga acara selesai. Usai acara, panitia membagi-bagikan amplop berisi uang dan kotak makanan untuk dibawa pulang untuk jajaran yang menghadap jama’ah itu, selain hidangan yang sudah dilahap di tempat. Di beberapa masjid atau mushalla, peringatan maulid Nabi ada juga yang dibarengi dengan santunan kepada sejumlah anak yatim. Konsekuensinya, anggaran panitia akan membengkak dan secara otomatis kian membebani warga sekitar. Dan kadang anak yatim itu hanya sebagai semacam daya pikat, sedang uang yang untuk anak yatim tidak seberapa.
Apa hubungan akhlaq Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nasi kebuli, para habib, “musik islami” dan petasan? Yang jelas, peringatan maulid Nabi bagi sebagian kalangan adalah kesempatan makan nasi kebuli, dan hidangan lainya yang jarang diperoleh di rumah sendiri. Bagi sebagian lain, ini merupakan momentum untuk mendapatkan “pahala” sekaligus rezeki tambahan dengan jadi tukang parkir dadakan dan seabagainya.
Bagi yang setuju dengan moment peringatan maulid Nabi seperti ini, mereka antara lain berdalih, hal itu merupakan bagian dari da’wah kultural. Mungkin maksudnya untuk menyampaikan nilai-nilai Islam bisa melalui perantaraan media kebudayaan. Memperkenalkan atau menyegarkan ingatan tentang sosok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat ditempuh melalui nasi kebuli dan petasan, selain ceramah, pembacaan barzanji, suguhan “musik Islami” dan sebagainya.
Ibarat memasukkan obat ke dalam tubuh, perlu media pengantar. Misalnya, obat batuk, media pengantarnya sirup dan air. Sehingga tidak terasa pahit di lidah. Hal yang sama juga bisa ditempuh untuk memasukkan racun ke dalam tubuh, sehingga tidak terasa pahit di lidah. Begitulah fenomena da’wah kultural: seolah positif padahal negatif.
(Sumber: Artikel Perayaan Maulid, http://nahimunkar.com)
Tidak cukup sampai disitu, karena itu hanya sebagian contoh kecil yang ada di masyarakat kita khususnya, yang membuktikan bahwa bid’ah (dalam hal ini adalah acara Maulid Nabi) begitu mahal dan menyulitkan bagi kita. Masih ada beberapa contoh lainnya dan ini benar-benar terjadi di lingkungan kita. Sebagian contoh lainnya adalah:
1. Kelas Ekonomi Kebawah.
- ANGGARAN BIAYA MAULID NABI MUHAMMAD 1429
Biaya Penceramah : Rp. 600.000
Biaya Qori & Marawis : Rp. 300.000
Biaya Konsumsi Tamu 5.000 * 150 : Rp. 750.000
Total Biaya Spanduk 100.000 * 2 : Rp.200.000
Transportasi Jemput Penceramah : Rp. 50.000
Biaya Tak terduga : Rp. 100.000
Total Biaya Keseluruhan Rp. 2.000.000
(Sumber: http://groups.yahoo.com/group/yalmics/message/17)
2. Kelas Ekonomi Menengah.
- Baksos dan Peringatan Maulid Nabi 1432
Penceramah Rp.3.000.000
Qari Rp.500.000
Jemputan ustadz/qari Rp.700.000
Konsumsi Rp.6.250.000.
Dan lain-lain.
Total Rp.40.750.000
(Sumber: http://irmap-alwustho.blogspot.com/2011/01/proposal-peringatan-maulid-nabi.html)
- Anggaran Maulid Nabi Masjid Agung Jawa Tengah
Total Rp. 40.351.000,- (penceramah Habib)
(Sumber: http://sufijayabooks.blogspot.com/2010/05/proposal-menyambut-maulid-nabi-muhammad.html)
- Anggaran Maulid Nabi Masjid Jami Nurul Fajri
Kesekretariatan Rp.500.000
Acara (Honorium Mubalig) Rp.5.000.000
Konsumsi Rp.6.000.000
Peralatan & perlengkapan Rp.4.000.000,00
Publikasi,dekorasi dan dokumentasi Rp.2.000.000
Transportasi Rp.1.000.000
Humas Rp.500.000
Biaya tak terduga Rp.1.000.000
Jumlah Rp.20.000.000
(Sumber: http://masjidjaminurulfajri2leanfriends.blogspot.com/2012/01/proposal-maulid-2012.html)
3. Kelas VIP.
- Total Anggaran Peringatan Maulid, HUT, dan lain-lain di kota Jantho sebesar Rp.200juta.
“…dana senilai Rp200 juta digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti lomba karnaval, gotong royong dan perlombaan sejumlah olahraga. Selain itu, sebagian besar dana itu digunakan untuk puncak acara yang digelar di Lapangan Bungong Jeumpa, Kota Jantho, termasuk peringatan Maulid Nabi yang dibuat Pemkab Aceh Besar,” kata Asisten I Setdakab Aceh Besar Abu Bakar malam kepada Pikiran Merdeka, Sabtu (5/5).
(Sumber: http://pikiranmerdeka.com/read/1631/2012/05/07/hut-kota-jantho-habiskan-rp200-juta)
- Di Madiun, Jawa Timur, peringatan maulid Nabi dibiayai dari dana APBD Madiun sebesar Rp 70 juta. Bentuknya, berupa Pawai Taaruf yang antara lain diikuti sejumlah pelajar di sana, dilanjutkan dengan berebut tumpeng. Kegiatan ini sudah menjadi tradisi masyarakat Madiun setiap tahunnya, khususnya dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang biasanya berlangsung sejak pukul 07:00 wib hingga siang hari. Bagi yang percaya, tumpeng yang diperebutkan setiap maulid tersebut bisa memberikan berkah.
(Sumber: http://nahimunkar.com/4241/perayaan-maulid/)
- Peringatan Maulid di Mataram.
Menurut H. Zainur yang juga Kepala Lingkungan Gapuk, Dasan Agung, kuda-kudaan tersebut didatangkan dari Lombok Timur dan Lombok Tengah beserta pengusungnya dan rata-rata disewa Rp300.000 per unit dengan jumlah 30 kuda-kudaan sekitar 30 unit. Saat ini masyarakat Kota Mataram, Lombok sedang merayakan Maulid yang dirayakan secara tradisional dengan menyediakan berbagai jenis makanan khas tradisional Lombok termasuk kue. Setiap Kepala Keluarga (KK) hampir rata-rata merayakan maulid baik dirumah masing-masing maupun secara bersamaan di masjid dengan mengundang tamu dari luar lingkungan dan dirayakan sehari suntuk.
Dana yang dihabiskan untuk perayaan maulid minimal Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per KK, sementara untuk kebutuhan daging sapi setiap KK sekitar 15 kg belum termasuk daging ayam, telur dan sayur-mayur.
(Sumber: https://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,22037-lang,id-c,warta-t,Pawai+Arak+arakan+Maulid+di+Mataram+Meriah-.phpx)
Komentar ana: Jika 1 KK saja menghabiskan dana 1,5 juta sd 2 juta, bagaimana jika jumlahnya ada 1000 KK, berapa total uang yang dihabiskan secara keseluruhan???
4. Zaman dulu.
Menurut Abu Syamah dalam kitab al-Ba’its ala Inkaril Bida’ wal-Hawadits mengatakan: Orang yang pertama melakukan hal tersebut di Mosul (Mushil) adalah syaikh Umar ibn Muhammad al-Mulla salah seorang shalih yang terkenal, maka penguasa Arbil meniru beliau.” Para sejarawan termasuk Ibnu Katsir dalam Tarikhnya menyebutkan bahwa perayaan maulid yang diadakan oleh Raja Muzhaffar ini dihadiri oleh kaum shufi, melalui acara sama’ (pembacaan qashidah dan nyanyian-nyanyian keagamaan kaum shufi) dari waktu zhuhur hingga fajar, dia sendiri ikut turun menari/ bergoyang (semacam joget-ala shufi). Dihidangkan 5000 kambing guling, 10 ribu ayam dan 100.000 zubdiyyah (semacam keju), dan 30.000 piring kue. Biaya yang dikeluarkan untuk acara ini –tiap tahunnya- sebesar 300.000 Dinar (1 dinar = 4,25 gr emas. Jadi kalau 300.000 dinar = 1,3 juta gr emas). Syaikh Umar ibn Muhammad al-Mulla yang menjadi panutan sultan Muzhaffar adalah seorang shufi yang setiap tahun mengadakan perayaan maulid dengan mengundang umara, wuzara (para mentri) dan ulama (shufi). Ibnul Hajj Abu Abdillah al-Abdari berkata, “Sesungguhnya perayaan ini tersebar di Mesir pada masanya, dan ia mencela bid’ah-bid’ah yang ada di dalamnya.” (Al-Madkhal: 2/11-12. http://nahimunkar.com/4212/sejarah-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam-2/)
Terakhir untuk kita, masihkah kita betah atas amalan-amalan yang memberatkan dan menyusahkan untuk kita sendiri? apalagi jika amalan-amalan tersebut adalah amalan-amalan ciptaan atau kreasi manusia, alias bid’ah, bukan berasal dari amalan-amalan yang bersumber dari wahyu ilahi?
Mau sampai kapan kita seperti ini?  Melihat saudara-saudara kita diperalat dan diperbodoh oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan dalam berbisnis, tidakkah kita iba terhadap mereka??
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ [البقرة/9]
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS Al-Baqarah: 9).
Wallahu a’lam.
Oleh Abu Fahd Negara Tauhid
Komentarku ( Mahrus ali ):

Untuk mengetahui kesyirikan dalam maulid baca lagi disini:
2 menit lalu

Dana sebesar itu bukan menambah pahala, tapi menambah dosa, karena di buat untuk menegakkan kebid`ahan bukan menegakkan sunnah. Jadi pada intinya untuk menghalangi tegaknya sunnah dan lestarikan bid`ah. Dan ini sangat bahaya bukan bisa menyelamatkan. Ingatlah ayat:
لِيَحْمِلُواْ أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلاَ سَاء مَا يَزِرُونَ ﴿٢٥﴾
025. (ucapan  mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.

Minggu, 12 Agustus 2012

Bersatulah, jangan berpecah belah


IQRA'

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,,,,,,,,,,

    Saya tidak mengatakan diri saya sebagai seorang ahli 'ilm , karena memang saya bukanlah ahlu 'ilmu, melainkan hanya penuntut 'ilmu. maka Janganlah engkau MENIMBA dan BERTANYA tentang 'ilmu kepadaku. Janganlah pula jadikan postingan-postingan saya sebagai rujukan 'ilmu bagi antum. Tapi timbalah dan tanyalah 'ilmu kepada ahlinya. Apa-apa yang kupostingkan di website ini yang berisikan kebenaran, maka terimalah. Apa-apa yang bertentangan dengan kebenaran, maka tolaklah, dan luruskanlah saya dengan 'ilmu dan hujjah.

Jumat, 10 Agustus 2012
Larangan Taqlid Dan Fanatisme Golongan Dalam Islam
PERINTAH UNTUK MENGIKUTI SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DAN LARANGAN DARI FANATISME DAN TAQLID



Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarganya dan semua sahabatnya.

Saudara-saudara yang saya cintai karena Allah. Saya bersaksi di hadapan Allah, bahwa saya mencintai antum semua dan orang-orang shalih di negeri ini semata karena Allah. Saya datang ke Indonesia untuk yang ketiga kalinya. Dan saya –alhamdulillah- mendapatkan kebaikan yang sangat banyak di negeri ini. Saya berdoa semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits qudsi :

وَجَبَتْ مَحَبَّتِي فِي الْمُتَجَالِسِينَ فِيَّ وَ وَجَبَتْ مَحَبَّتِي فِي الْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ

Orang-orang yang duduk di satu majelis karena Aku, maka mereka pasti mendapatkan kecintaan dariKu. Orang-orang yang berkumpul karena Aku, maka telah mendapatkan kecintaan dariKu.

Sudah kita ketahui bersama, orang yang masuk ke dalam agama Islam harus mengatakan :

أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلا الله, وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

Dua kalimat tersebut merupakan kalimat yang sangat agung. Seseorang tidak bisa dikatakan muslim, kecuali jika dia telah mengucapkan dua kalimat tersebut, memahami dan melakukan konsekuensi dari kedua kalimat itu.

Dan makna perkataan أَشْهَدُ أَنْ لا إلَهَ إلا اللهadalah tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Maka wajib bagi seorang muslim untuk merealisasikan ubudiyahnya kepada Allah. Ubudiyah kepada Allah adalah kecintaan yang sempurna, taat dan tunduk terhadap perintahNya. Oleh sebab itulah, semua para nabi datang membawa panji Islam.

Allah berfirman.

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

Sesungguhnya agama yang Allah diridhai di sisiNya adalah Islam. [Ali Imran : 19].

Allah berfirman.

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ

Dan barangsiapa yang menginginkan agama selain Islam, maka tidak akan pernah diterima (agama itu) darinya. [Ali Imran : 85].

Semua agama di atas bumi adalah agama yang batil, kecuali Islam. Allah tidak akan menerima dan rela untuk hambaNya, kecuali agama Islam ini. Agama ini wajib dijalankan dan diamalkan oleh kaum muslimin. Allah berfirman.

شَرَعَ لَكُم مِّنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ

Allah telah mensyariatkan bagi kalian agama seperti yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: “Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya. Amat berat bagi kaum musyrikin agama yang kamu serukan mereka kepadanya. Allah memilih orang-orang yang dikehendakiNya kepada agamaNya dan memberikan petunjuk kepada (agama)Nya orang-orang yang kembali (kepadaNya). [Asy Syura : 13].

Dalam ayat lain, Allah berfirman.

Allah menentukan untuk (diberi) rahmatNya orang-orang yang Dia kehendaki. [Al Baqarah : 10]

Allah memilih orang-orang tertentu dari kalangan ahli tauhid dan ahli din.
Namun syi’ar (slogan) seorang muslim adalah tauhid dan Sunnah. Karena itu, keimanan seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika dia telah mengatakan :

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّّ اللهُ

Dengan itulah, tauhid akan terwujud, dan juga dengan kalimat :

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Makna kalimat ini, ialah tidak ada orang yang berhak diikuti, kecuali Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Maka, seorang muslim tidak boleh menjadikan seorang syaikh, madzhab, kelompok, jama’ah, nalar, pendapat, (aturan) politik, adat, taqlid, budaya, warisan nenek moyang, sebagai panutan dan diterima begitu saja tanpa melihat dalil. Seorang muslim tidak bisa dikatakan muslim yang sempurna, sampai ia melaksanakan ubudiyah (penghambaan diri) hanya untuk Allah saja dan menjadikan Rasulullah n sebagai orang yang dia ikuti. Barangsiapa yang menisbatkan diri kepada salah satu madzhab, kelompok atau jama’ah atau akal, maka ucapannya “Asyhadu anna Muhammad Rasulullah” masih dianggap kurang dan tidak sempurna.

Pernyataan yang telah kami sebutkan itu merupakan ketetapan semua ulama Islam, terutama para imam yang empat, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Ahmad, semoga Allah memberikan rahmat kepada mereka semua.

Imam Abu Hanifah berkata: ”Haram bagi seseorang mengemukakan pendapat kami, sampai dia mengetahui dari mana kami mengambilnya”.

Dan Imam Malik, sambil memberikan isyarat ke arah makam Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berkata : ”Semua orang, perkataannya bisa diambil dan bisa ditolak, kecuali perkataan orang yang ada di dalam kuburan ini,” yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Imam Syafi’i berkata : ”Jika ada hadits shahih, maka itulah madzhabku”.

Pada suatu hari, datang kepadanya seseorang dan berkata: “Wahai, Imam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda begini dan begini (sambil menyebutkan hadits) dalam masalah ini. Lalu, apa pendapatmu, wahai Imam?” Maka Imam Syafi’i marah besar dan berkata : ”Apakah engkau melihat saya keluar dari gereja? Apakah engkau melihatku keluar dari tempat peribadatan orang Yahudi? Engkau menyampaikan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka aku tidak berkata apa pun, kecuali seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam“.

Karena itulah, salah satu muridnya yang bernama Yunus bin Abil A’la Ash Shadafi dalam satu majelis pernah ditanya tentang satu masalah. Maka dia menjawabnya dengan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu ada yang bertanya : ”Apa pendapat Imam Syafi’i dalam masalah tersebut?” Beliau menjawab: ”Madzhab Imam Syafi’i ialah hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena saya pernah mendengar beliau berkata : ”Jika ada hadits shahih, maka itulah madzhabku”.

Begitu pula Imam Ahmad, beliau adalah orang yang selalu mengikuti atsar dan dalil. Beliau tidak pernah berhujjah, kecuali dengan dalil dari firman Allah atau sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikian ini merupakan kewajiban bagi seorang alim, mufti dan orang yang meminta fatwa. Karena Allah memerintahkan orang-orang yang tidak memiliki ilmu agar bertanya.

فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui. [An Nahl : 43].

Akan tetapi, (sebagian) kaum muslimin berhenti sampai ayat ini saja. Mereka lupa dan tidak melanjutkan ayat tersebut. Padahal kelanjutan dari ayat tersebut adalah :

بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ

Dengan keterangan-keterangan dan kitab-kitab. [An Nahl : 44].

Maksudnya, jika Anda tidak mengetahui, maka bertanyalah kepada orang yang mengetahui dengan disertai dalil, hujjah dan bukti-bukti. Itulah makna firman Allah :

بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ

Agama dan hukum Allah tidak diambil kecuali berdasarkan keputusan (ijma’), penjelasan dan kaidah-kaidah para ulama yang dilandasi dengan dalil-dalil syar’i. Dari situ, tumbuhlah persatuan. Persatuan yang wajib digalang oleh kaum muslimin harus bertumpu pada tauhid dan ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Persatuan secara fisik yang kita serukan harus didahului oleh persatuan atau kesamaan pemahaman. Pemahaman kita harus dilandasi dengan tauhid dan ittiba’ hanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan inilah makna dari firman Allah.

أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ

Tegakkanlah agama dan jangan kalian berpecah belah tentangnya. [Asy Syura : 13].

Allah melarang kita berpecah-belah, dan jangan sampai ada sesuatu yang memecah-belah kita. Allah juga melarang kita meninggalkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitahukan kepada kita, bahwa pada akhir jaman nanti akan ada beberapa kaum yang mengingkari Sunnah. “Aku akan mendapati salah satu dari kalian bersandar di atas kursinya sambil berkata “Dihadapan kita ada Kitab Allah. Jika kita mendapatkan sesuatu yang halal di dalamnya, maka kita akan halalkan. Dan jika kami menemukan sesuatu yang haram, maka kami haramkan”. Ketauhilah, bahwa aku telah diberi sesuatu yang sama dengan Al Qur’an”. [HR Abu Daud dan Tirmidzi].

Kedudukan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sama dengan Al Qur’an. Di dalamnya disebutkan hal-hal yang halal dan haram. Orang yang mengingkari Sunnah, hukumnya kafir, keluar dari agama. Orang yang mengingkari Sunnah, berarti mengingkari Al Qur’an.

Kita lihat, bagaimana Al Qur’an bisa sampai kepada kita? Al Qur’an sampai kepada kita dari generasi ke generasi. Para tabi’in mengambilnya dari para sahabat, dan para pengikut tabi’in mengambilnya dari para tabi’in. Begitu seterusnya, sehingga Al Qur’an bisa sampai kepada kita.

Pada masa-masa terakhir ini, telah terjadi perbedaan. Kami menemukan beberapa kaum di antara mereka ada yang mengingkari Sunnah. Di antara mereka ada yang membacanya dengan niat mencari barakah dan tidak beramal dengan sunnah. Ada sebagian orang, yang sama sekali tidak perduli sama sekali dengan Sunnah, dan dia beranggapan bahwa yang dimaksud dengan Sunnah adalah satu hukum yang tidak ada sangsinya. Demikian ini merupakan dugaan yang salah.

Sebab, para ulama, jika mengatakan “Sunnah” secara mutlak, maka maknanya tidak lepas dari dua hal.

Pertama : Sunnah, sebagai sumber syari’at (hukum). Dalam hal ini, kedudukan Sunnah sama dengan Al Qur’an, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

أَلاَ إِنِّي أُوْتِيْتُ الكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ

Kedua : Sunnah yang berarti sebagai salah satu hukum syar’i yang lima, yang berada di bawah wajib dan di atas mubah. Berdasarkan (makna) yang kedua ini, pelakunya akan diberi pahala, dan yang meninggalkannya tidak mendapat sangsi.

Jika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dalil yang benar, maka lebih baik dia mengikuti jalan para sahabat, karena kebaikan hanya dari jalan mereka. Kemudian kebaikan ini diriwayatkan dan diambil oleh para tabi’in. Akan tetapi, pada jaman tabi’in, kebaikan tersebut tercampuri dengan noda dan bid’ah yang mulai muncul. Sehingga, muncullah kelompok-kelompok seperti Rafidhah, Qadariyah dan kelompok-kelompok sesat lainnya. Padahal, kebanyakan orang umumnya masih berada di atas kebaikan tersebut. Seiring dengan perjalanan waktu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan tentang keterasingan agama ini. beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

Sesungguhnya agama (Islam) muncul dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka keberuntungan bagi orang-orang yang asing. Ditanyakan kepada nabi n : “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Sekelompok orang yang sedikit, yang berada di kalangan orang yang banyak. Mereka memperbaiki Sunnah-ku yang telah dirusak oleh orang.” [HR Tirmidzi]

Oleh karenanya, ketika Imam Ahmad mendengar seseorang berkata – saat fitnah banyak bermunculan, di antaranya bid’ah yang menyatakan Al Qur’an adalah makhluk dan fitnah lainnya, : “Ya, Allah. Matikanlah aku di atas Islam.” Maka Imam Ahmad berkata kepadanya : ”Katakanlah, ‘Ya, Allah. Matikanlah aku di atas Islam dan Sunnah’.”

Kita memohon dan berdo’a kepada Allah, semoga kita dimatikan di atas Islam dan Sunnah, dan semoga kata-kata terakhir dalam hidup kita ialah laa ilaaha illallah

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga memberitahukan kepada kita, bahwa setiap satu jaman berlalu dan datang jaman lain, maka semakin berat fitnah yang melanda umat ini dan perpecahan akan semakin nampak. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm berkata kepada sahabatnya :

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي – أي من يطول به العمر- فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا

Sesungguhnya, barangsiapa yang hidup di antara kalian (panjang umurnya), maka dia akan mendapatkan perbedaan yang sangat banyak. [HR Abu Daud].

Perpecahan tersebut telah terjadi, dan ini adalah penyakit. Dan tidak ada satu penyakit, (kecuali) pasti ada obatnya. Obat dari penyakit ini, ialah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam lanjutan hadits itu sendiri.

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku, dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah (peganglah) sunnah tersebut dengan gerahammu.

Jadi, Sunnah para khulafa’ dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah satu. Karena itulah Rasulullah n bersabda : فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي , lalu setelah itu Beliau berkata “عَضُّوْا عليها” dengan lafazh satu (tersirat dalam sabda beliau ini bahwa sunnah Rasulullah dan sunnah khulafa’ Ar Rasyidin adalah satu –red) dan tidak berkata “عَضُّوْا عَلَيْهِمَا” (gigitlah keduanya, maksudnya peganglah ia dengan sekuat-kuatnya).

Pada hakikatnya, semua ini merupakan agama Allah. Karena, sebagaimana Allah memilih Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai utusanNya dari kalangan manusia, maka Allah juga memilih untuk nabiNya sahabat-sahabat yang pilihan. Allah mengutus Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada mereka untuk mengajar dan membersihkan mereka, sebagaimana yang telah Allah firmankan :

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

Dia-lah yang mengutus kepada umat yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membaca ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya berada dalam kesesatan yang nyata. [Al Jumu’ah : 2].

Orang yang mencela Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, berarti dia telah mencela Allah. Orang yang mencela sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh dia telah mencela Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Agama ini adalah dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan pemahaman para salaful umah, dari para sahabat dan tabi’in, seperti difirmankan Allah.

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalannya orang-orang mukminin, Kami biarkan dia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An Nisaa’: 115].

Yang dimaksud jalan orang-orang mukminin, ialah para sahabat dan orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari kalangan para tabi’in dan pengikut tabi’in sampai hari kiamat tiba. Keberadaan mereka, akan terus ada sampai hari kiamat datang, seperti yang akan kita jelaskan, insya Allah.

Agama ini adalah agama yang nilai-nilainya dipraktekkan, bukan agama filsafat atau teori semata. Agama ini telah tegak pada masa-masa yang lalu, sejak zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, era sahabat dan para tabi’in. Apa yang menjadi agama pada masa itu, maka pada sekarang ini, hal tersebut juga merupakan bagian dari agama. Dan jika pada zaman mereka ada satu hal yang bukan dari agama, maka sekarang ini, hal tersebut juga bukan termasuk dari agama yang dicintai dan diridhai Allah.

Agama ini adalah Kitab Allah, dan Kitab Allah memerintahkan agar kita mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Rasulullah, memerintahkan kita untuk mengikuti sahabat Rasulullah. Ini semua dicintai dan diridhai Allah. Begitulah yang difahami Imam Syafi’i dan ulama lainnya.

(Suatu waktu), Imam Syafi’i datang ke Masjidil Haram di Mekkah untuk menunaikkan ibadah haji. Beliau duduk dan berkata kepada orang-orang yang ada : “Tanyalah kepadaku. Tidak ada orang yang bertanya tentang sesuatu kepadaku, kecuali aku akan menjawabnya dengan Kitabullah”.

Maka ada orang awam berdiri dan bertanya : “Wahai, imam. Ketika aku masuk Masjidil Haram, aku menginjak dan membunuh satu serangga. Padahal orang yang dalam keadaan ihram tidak boleh membunuh sesuatu. Akan tetapi, aku telah membunuh seekor serangga. Apa jawabannya dari Kitabullah ?”.

Setelah memuji Allah dan shalawat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Imam Syafi’i berkata : Allah berfirman :


Apa-apa yang telah diperintahkan Rasul, maka haruslah kalian mengambilnya. [Al Hasyr:8].

Sementara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي

Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. [HR Abu Daud]

Dan di antara Khulafaur Rasyidin adalah Umar bin Khaththab. Kemudian beliau membawakan sebuah riwayat bahwa ada seseorang bertanya kepada Umar bin Khaththab tentang seseorang yang membunuh seekor serangga dalam keadaan ihram. Maka Umar menjawab, ”Tidak ada denda (sangsi) apa pun atas kamu”. Maka Imam Syafi’i berkata : “Jawabanku dari Kitabullah, wahai orang yang berbuat (seperti) itu, sesungguhnya engkau tidak mendapat sangsi apapun. Itulah jawaban dari kitab Allah.”

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kita, bahwa akan terjadi perpecahan pada umat ini. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan, Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, Nashara akan terbagi menjadi 72 golongan. Dan kaum muslimin, akan terpecah menjadi 73 kelompok. Rasulullah kemudian berkata, semua kelompok itu –semuanya- akan masuk ke dalam neraka, kecuali satu kelompok saja. Ditanyakan kepadanya: “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu orang-orang yang berada di atas jalanku dan jalan para sahabatku pada hari ini.”

Perpercahan itu juga telah dijelaskan oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Para sahabat benar-benar menekuni agama ini dengan amalan nyata. Karena sesuatu yang bersifat teori, akal dan pemahaman bisa berbeda-beda. Namun, jika berbentuk praktek dan amalan, maka itu merupakan hal yang terbaik dalam menafsirkan firman Allah dan ucapan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam . Perbedaan seperti ini sudah ada ketika muncul para imam dan Daulah Islam. Para fuqaha (ahli fiqih) jatuh ke dalam perbedaan tersebut. Namun perbedaan yang terjadi pada di kalangan mereka memiliki ketentuan-ketentuan dan kaidah-kaidah yang sesuai dengan syar’i, sehingga tidak ada saling mencela dan perpecahan.

Para fuqaha, terutama para imam yang empat, mereka saling mencintai. Kita juga harus mencintai mereka, berlepas diri dari orang-orang yang mencela mereka. Namun kita juga yakin, di antara mereka, tidak ada satu pun yang ma’shum. Semoga Allah memberikan rahmatNya kepada mereka.

Akan tetapi, setelah itu, pada masa akhir-akhir ini muncul fanatisme dan taqlid buta kepada imam-imam tersebut. Sehingga ada sebagian orang yang bermadzhab Syafi’i berkata, bahwa orang yang bermadzhab Syafi’i tidak boleh menikah dengan wanita yang bermadzhab Hanafi. Dan orang yang bermadzhab Hanafi tidak boleh menikah dengan wanita yang bermadzhab Syafi’i. Sehingga terjadilah fanatisme yang tercela dan taqlid buta yang tidak dicintai dan diridhai Allah.

Umat ini terpecah dengan perpecahan yang sangat dahsyat. Setiap golongan umat ini tidak beribadah kepada Allah, kecuali dengan madzhab satu imam. Kemudian pemahaman agama hanya diambil dari catatan-catatan dan buku-buku ulama terdahulu tanpa kembali kepada dalil-dalil yang syar’i. Sehingga semakin menambah perbedaan dan perpecahan umat ini, karena persatuan tidak akan mungkin terwujud kecuali jika dilandasi dengan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Seiring dengan bergulirnya waktu, maka perbedaan yang ada semakin keras dan dahsyat.

Ketika kekuatan dan kekuasaan Islam hilang, muncul sekelompok orang yang ingin memperbaiki keadaan dan mendirikan agama ini. Masing-masing kelompok menempuh metode tersendiri, sehingga terjadi perpecahan dan perbedaan yang tajam di antara mereka. Padahal ahlul haq (orang-orang yang berada di atas kebenaran) masih ada. Dan sebelumnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menceritakan tentang orang-orang tersebut dalam haditsnya :

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ

Masih akan terus ada satu kelompok pada umatku, mereka akan tetap berada di atas kebenaran sampai hari kiamat datang. [HR Bukhari dan Muslim].

Pada asalnya, kaum muslimin harus menjadi umat yang bersatu di atas tauhid dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam seperti yang telah kami jelaskan. Dan juga, satu sama lain harus saling mencintai karena agama Allah. Ketika terjadi perselisihan antara seorang Muhajirin dan seorang Anshar, dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar orang Anshar berkata “Wahai orang-orang Anshar!” dan yang Muhajirin berkata “Wahai orang-orang Muhajirin!”

Sebutan Muhajirin dan Anshar adalah dua nama yang syar’i dan dicintai Allah. Allah telah menyebutkan dalam KitabNya, artinya : Dan orang-orang yang terdahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, maka Allah telah ridha kepada mereka dan mereka juga telah ridha kepada Allah. [At Taubah : 100]

Namun ketika terjadi perbedaan antara keduanya dan masing-masing memanggil kelompoknya, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada mereka : “Apakah kalian melakukan adat jahiliyah, padahal aku berada di tengah-tengah kalian?”

Sabda Beliau “kalian telah melakukan adat jahiliyah” ini ditujukan kepada orang yang mengatakan “Wahai orang-orang Anshar” dan yang berkata ”Wahai orang-orang Muhajirin”.

Jadi, seharusnya umat ini bersatu dan menjadikan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah n sebagai penentu hukum di antara mereka. Keduanya adalah agama yang diamalkan oleh para sahabat. Mengamalkan agama dengan pemahaman dan amalan para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Orang-orang yang mengikuti para sahabat akan terus ada, seperti disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ

Masih akan terus ada satu kelompok pada umatku, mereka akan tetap berada di atas kebenaran sampai hari kiamat datang.

Hadits ini harus kita cermati. Dengan memahaminya, maka orang akan merasa tenang, tidak goncang dan bingung. Hadits ini penting.

Berikut penjelasannya:
Pertama : Disebutkan di dalamnya “masih akan terus ada”, yang artinya “tidak akan terputus”. Maka siapa pun yang mengajak kepada kebenaran, lalu dakwahnya sampai kepada seorang tertentu, dan sebelumnya tidak ada kelompok atau jama’ah kecuali setelah orang tersebut muncul, maka dia tidak termasuk di dalam hadits ini. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : ”Masih akan terus ada pada umatku”. Dan ahlul haq tidak pernah mengajak, kecuali kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan pemahaman para salafush shalih. Kelompok yang disebutkan Rasulullah n ini akan terus ada dan memiliki sanad (jalur periwayatan) yang sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kedua, sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam “akan tetap eksis atau menang”. Ini tidak berarti mereka haruslah golongan yang kuat atau menang dengan kekuatan materi. Akan tetapi, mereka tetap menang dengan hujjah, dalil, keterangan, penjelasan dan kaidah-kaidah para ulama. Mereka tetap teguh di atas kebenaran. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan tentang keadaan mereka dalam sabdanya :

لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ

Tidak mempengaruhi mereka orang-orang yang tidak memperdulikan mereka.

Dan dalam riwayat Musnad Imam Ahmad:

إِلاَّ لَعْوَاءُ تُصِيْبُهُمْ

(Kecuali jika musibah yang menimpa mereka).

Maka kelompok manapun, di negeri manapun, dan kapanpun mereka berada sementara musuh-musuh mereka berhasil mengecilkan nyali dan menekan mentalnya, maka mereka ini bukan yang termasuk dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata “tidak mempengaruhi mereka orang-orang yang mencela dan mengganggu mereka”.

Kelompok yang disebutkan ini adalah yang berada di atas agama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang mendapat pertolongan dan akan menggenggam masa depan yang bagus. Allah telah menceritakan dalam KitabNya, dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Sunnah-nya yang shahih, bahwa masa depan akan menjadi milik agama ini. Dan agama ini akan menang dan merambah seluruh wilayah. Barangsiapa yang menduga bahwa Allah tidak akan menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaknya dia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah dia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya. [Al Hajj : 15].

Makna ayat ini (ialah): Wahai, seluruh manusia. Barangsiapa yang menduga Allah tidak akan menolong Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan agamanya, maka lebih baik dia menggantung dirinya dengan tali di atap rumahnya, lalu membunuh dirinya. Karena Allah benar-benar menolong Nabi dan agamaNya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm pernah ditanya : “Kota manakah yang lebih dulu dibebaskan, Qostantiniyah (Konstantinopel yaitu di Turki) atau Roma (ibukota Italia)?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : “Qostantiniyah) dahulu, kemudian Roma.”

Dan (Qostantiniyah) telah dibebaskan semenjak tahun 1543M, dibebaskan lebih dari 800 tahun setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan kabar tersebut dalam haditsnya. Dan kita sedang menunggu penaklukkan kota Roma, sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menceritakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tsauban :

سَتَكُوْنُ فِيْكُمْ النُّبُوَّةُ مَاشَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ تَنْقَضِي, ثُمَّ تَكُوْنُ فِيْكُمْ خِلاَفَةٌ رَاشِدَةٌ مَاشَاءَ اللهُ لَهَا أَنْ تَكُوْنَ ثُمَّ تَنْقَضِي, ثُمَّ يَكُوْنُ فِيْكُمْ مُلْكٌ مِيْرَاثِي مَاشَاءَ اللهُ لَهُ أَنْ يَكُوْنَ ثُمَّ يَنْقَضِي, ثُمَّ يَكُوْنُ لَكُمْ مُلْكٌ عَضُوْدِي –ملك جبري –مَاشَاءَ اللهُ لَهُ أَنْ يَكُوْنَ ثُمَّ يَنْقَضِي , ثُمَّ تَكُوْنُ فِيْكُمْ خِلاَفَةٌ عَلَى نَـهْجِ النُّبُوَّةِ

Akan datang pada kalian masa kenabian sesuai dengan kehendak Allah, setelah itu habis masanya. Lalu akan datang zaman Khilafah Rasyidah sesuai dengan kehendak Allah, lalu setelah itu habis masanya. Lalu datang masa kerajaan yang turun menurun sesuai dengan kehendak Allah, lalu setelah itu habis masanya. Lalu datang masa kerajaan dengan cara paksaan (peperangan) dengan kehendak Allah berdiri, lalu setelah itu habis masanya. Kemudian datang masa Khilafah yang berada di atas jalan kenabian.

Di samping Allah mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendirian khilafah yang berada di atas jalan kenabian tersebut, Allah juga mempersiapkan sebab-sebabnya. Di antara sebabnya, adalah Allah memberikan kemudahan kepada para ulama untuk menjelaskan hadits-hadits shahih dan jalan para salafush shalih dari umat ini.

Para imam-imam (ulama) tersebut yang diawali oleh Bukhari, lalu Muslim, Nasaa-i, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Mereka semua bukanlah dari golongan bangsa Arab. Bukhari dari negeri Bukhara, Muslim dari Naisabur, Nasaa-i dari Nasaa’, Abu Dawud dari Sijistan, Ibnu Majah dari Qozwin. Mereka semua adalah orang ajam (bukan Arab). Mereka adalah para ulama hadits, muncul setelah masa para imam empat, (yaitu): Syafi’i, Malik, Abu Hanifah, dan Ahmad. Pada zaman para fuqaha, Sunnah belum dibukukan dalam satu buku, namun setelah zaman mereka.

Kemudian Allah menurunkan keutamaanNya untuk kita di negeri Syam dengan munculnya Syaikh Imam dalam ilmu hadits (yaitu) Abu Abdir Rahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati Al Albani. Beliau datang dari negeri Albania, dibawa hijrah oleh ayahnya ke Damaskus guna menjaga agamanya. Kemudian diusir dari Damasqus, lalu menuju ke Yordania. Beliau tinggal (disana) lebih dari 50 tahun. Setiap hari selama lebih dari 18 jam, beliau melakukan penelitian terhadap hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , baik dari buku-buku cetakan atau dari manuskrip-manuskrip kuno. Selama itu, beliau mengarang dan menjelaskan hadits-hadits Nabi .

Setelah itu, dengan keutamaan Allah, muncul ulama-ulama sunnah di negeri-negeri kaum muslimin. Mereka mengajak untuk kembali kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnah para sahabatnya. Inilah tanda-tanda khilafah yang telah diceritakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan yang akan kembali kepada umat ini, Insya Allah. Khilafah tersebut berada di atas jalan kenabian, jalan para sahabat dan tabi’in yang datang setelah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Oleh sebab itu, wahai saudara-saudaraku! Jika ingin menolong dan menyebarkan agama kita, maka kita harus mempelajari Al Qur’an. Karena dengan menghafal dan menjaganya, hati akan menjadi mulia. Dengan memahami dan mentadabburinya (menghayatinya), akal pikiran menjadi mulia. Kita juga harus menghafal dan menjaga hadits-hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , atsar para sahabat dan tabi’in. Mengetahui perkataan-perkataan mereka dalam menghukumi masalah-masalah. Kita juga harus selalu mempelajari agama Allah dengan dalil-dalilnya yang syar’i dan shahih. Kita jangan bersikap fanatik kepada seseorang, madzhab, kelompok dan jama’ah. Kita harus bersikap lembut, memberi nasihat, menunjukkan rasa cinta kepada saudara-saudara kita yang terjerumus ke dalam jurang fanatisme terhadap satu kelompok. Jika kamu menolak nasihat kami, maka jangan kamu berikan semua akalmu kepada yang engkau ikuti, teapi sisakan sedikit, agar kamu bisa bertadabbur dan berpikir. Jika kamu merasa berat untuk melihat kebenaran kecuali dari tempat yang sempit dan kamu merasa tertahan di tempat tersebut, maka hendaklah kamu menjaga kunci tempat tersebut di tanganmu atau di sakumu; jangan engkau buang jauh dan jangan berikan kepada orang lain. Karena, jika pada suatu saat kamu mengetahui mana yang benar, maka kamu bisa keluar dari tempat tersebut dalam keadaan tenang dan bebas. Dan kamu bisa melihat kebenaran dari tempat yang luas dengan dalilnya yang shahih dan syar’i. Akhirnya, engkau akan berjalan di atas jalan para ulama.

Dan ketahuilah dengan seyakin-yakinnya, wahai saudara-saudaraku! Sesungguhnya akhir umat ini tidak akan menjadi baik, kecuali jika mencontoh umat yang pertama. Tidak ada jalan untuk memperbaiki umat ini, kecuali dengan jalan para ulama, duduk di majlis para ulama, mempelajari agama dengan pemahaman mereka dan mengamalkannya, kemudian menyebarkannya. Maka dengan itu, kaum mukminin akan bergembira dengan pertolongan dari Allah. Saya mengharap kepada Allah, agar kita dijadikan dari salah satu sebab ditolongnya agama ini, dan sebab penyebarluasan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Semoga Allah memberikan manfaat kepada kita dan menjadikan kita berguna bagi orang lain, juga menjadikan apa yang telah kita katakan dan kita dengar ini menjadi hujjah (pembela) untuk kita, bukan penggugat diri kita. Semoga Allah menjadikan itu semua sebagai timbangan kebaikan kita, dan menjadikan timbangan kita berat karenanya, Insya Allah.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang larangan taqld dan fanatisme , silahkan klik Di Sini
Oleh
Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426H/2005M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Naskah ini diangkat dari ceramah Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman di Universitas Islam Negeri Malang, pada tanggal 7 Desmber 2004. Ditranskrip ulang dan diterjemahkan oleh al akh Nashiruddin.
Diposkan oleh Hariyadi Dzun Nurain di 23:59

Komentarku ( Mahrus ali ):
Untuk hadis ini, setahu saya lemah sekali.Yaitu hadis:

فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan Sunnah-ku, dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah (peganglah) sunnah tersebut dengan gerahammu.

Bisa di lihat dalam pembahasan selanjutnya.