Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Senin, 14 Desember 2020

Lanjutan Ke 7 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.

 Lanjutan Ke 7 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.


Ini Komentar Saya Tentang Ijmak Ulama sbb: 

Saya ingat perkataan sebagian ulama sbb:

أقول وكم من إجماعٍ نقلوه وهو أبطل من الباطل. ولنا أن نذكر مقولة الإمام أحمد: «من ادعى الإجماع فهو كاذب

Saya katakan; Banyak Ijmak yang mereka kutip ternyata paling keliru.

Kita ingat perkataan Imam Ahmad; Barangsiapa yang menyatakan Ijmak adalah pendusta.


Ibnu Hazm berkata;

المحلى [مشكول و بالحواشي] - (ج 7 / ص 345)

وَرَحِمَ اللَّهُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ فَلَقَدْ صَدَقَ إذْ يَقُولُ: مَنْ يَدَّعِي الإِجْمَاعَ فَقَدْ كَذَبَ، مَا يُدْرِيهِ لَعَلَّ النَّاسَ اخْتَلَفُوا  لَكِنْ لِيَقُلْ: لا أَعْلَمُ خِلافًا، هَذِهِ أَخْبَارُ الْمَرِيسِيِّ، وَالأَصَمِّ.

Semoga Allah memberi rahmat kepada Imam Ahmad bin Hanbal.

Sungguh benar beliau ketika berkata; Barangsiapa yang mengaku Ijmak, maka sungguh ia berdusta, apakah ia tahu, barangkali manusia berbeda pendapat.

Tapi katakan saja; Aku tidak tahu perselisihan dalam masalah ini.………."

Ini adalah berita–berita Almarisi dan Alasham(yakni kabar Burung).


Metode Teori Ijmak Ulama itu Bagaimana?

Belum jelas, apakah para ulama berkumpul di suatu  forum/tempat, lalu mereka sepakat dan dikatakan Ijmak ulama?

Bagaimana dengan pendapat ulama yang di penjara hingga tidak bisa ikut dan tidak diundang?

Bagaimana dikatakan Ijmak, bila itu Ijmak palsu?

Apakah seperti muktamar NU, lalu keputusannya dikatakan Ijmak?

Apakah seperti muktamar Muhammadiyah yg kadang keputusannya berbeda dengan muktamar NU lalu dikatakan Ijmak ulama?

Sangat keliru.

Apakah muktamar PERSIS, Salafi, LDII, al-Irsyad, DDII, HTI, IM keputusannya juga dikatakan Ijmak?

Apakah kumpulan dalam Rabithah Islami lalu diputuskan sesuatu kemudian dikatakan Ijmak?

Bagaimana dengan ulama yg ditahan oleh rezim penguasa yg sudah pasti dilarang ikut?

Atau hanya dengan melihat di kitab saja bagaimana komentar pengarangnya lalu sama dengan pengarang lain yg jumlahnya masih bisa dihitung jari, lalu dikatakan Ijmak?

Bagaimana pendapat ulama yg tidak ahli menulis kitab yg tidak tertulis dan belum diakomodasi?


Ajaran Islam sudah berjalan dari dulu(dari era Nabi dan para Sahabat serta Tabiin) sampai sekarang, terus masalah apa yg akan diputuskan dengan Landasan Syariatnya adalah Ijmak ulama, bukan dalil?

Tunjukkanlah apa saja masalah urusan Agama tsb?

Akan saya nanti dengan sabar sampai kapanpun.

Rasulullah sudah wafat dan ajaran Islam telah sempurna, lalu untuk apa ada utusan lewat Ijmak ulama untuk menambahi ajaran Rasulullah atau menguranginya?

Saya khawatir Islam ini akan terkontaminasi dengan budaya Kristen yg ada istilah Kesepakatan Uskup, Kesepakatan Paus dll.

Padahal Kesepakatan tsb untuk menyelisihi Ajaran dari Nabi Isa.


Saya ingat ayat-Nya sbb:

ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ اْلأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

"Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah".

(QS.At-Tobat 34)


Di ayat lain Allah berfirman:

وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

"Dan sesungguhnya sebagian diantara mereka menyembunyikan Kebenaran, padahal mereka mengetahuinya".

(QS.Al-Baqarah 146)


Saya Khawatir Orang Akan Berkata Seperti sbb:

Salat wajib di sajadah atau di tingkat II boleh atas ijmak ulama, lalu meninggalkan realita Tuntunan Rasulullah yg tidak pernah salat wajib di tikar.

Ayam dan telor halal dengan Ijmak ulama, padahal realitanya Rasulullah dan Ahlulbait serta para Sahabat selama hidup tidak mengkonsumsi ayam dan telor.

Orang haid haram berpuasa dengan Ijmak ulama, padahal landasannya hadis yg kacau-balau maknanya.

Berqurban dengan sapi(bukan kambing) boleh dengan Ijmak ulama, padahal tiada Tuntunan Nabi.

Tahlilan atas kematian boleh dengan Ijmak ulama.

Ziarah kubur dan tawasulannya boleh dengan Ijmak ulama.

Wahabi abad ke 18 sesat dengan Ijmak ulama.

Ada yg menambah Landasan Syariah Islam yaitu Ijmak Sukuti, Ijmak Qauli, Ijmak Kitabi(secara tertulis).

Sudah tentu nantinya akan timbul pula Ikhtilaf Sukuti, (ada khilafnya tapi ulama diam saja) ada lagi Iktilaf Qauli dan Ikhtilaf Kitabi.


Kita kembali saja kepada Landasan pokok Syariah yaitu sbb:

قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

"Katakanlah: Unjukkanlah bukti(dalil) Kebenaranmu jika kamu memang orang-orang yang benar".

(QS.Namel 64)


Di ayat lain Allah menyatakan:

أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ(156)فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

"Atau apakah kamu mempunyai bukti(dalil) yang nyata?

Maka bawalah Kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar".

(QS.As-Shoffat)


Al-Irniqi berkata;

وَاعْلَمْ اَنَّ اُصُوْلَ الدِّيْنِ اِثْناَنِ لاَ ثَاِلثَ لَهُمَا اْلكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَمَا ذَكَرُوهُ مِنْ اَنَّ اْلاَدِلَّةَ اَرْبَعَةٌ الْقُرْآنُ وَالْحَدِيْثُ وَاْلاِجْمَاعُ وَاْلقِيَاسُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ اَثَارَةٌ مِنْ عِلْمٍ

Ketahuilah, bahwa sungguh fondasi Agama ada 2, tiada ketiganya yaitu Kitabullah dan al-Sunnah.

Apa yang mereka sebutkan bahwa dalil ada 4 yaitu al-Quran, Hadis, Ijmak dan Qiyas, maka tidak memiliki landasan ilmu.


Syaikh Dr. M. Luqman as-Salafy berkata;

أن هذا الدين مبني على أساسين لا ثالث لهما . وهما القرآن والسنة

(http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=2&View=Page&PageNo=1&PageID=3458)

Intinya: Agama ini berdiri atas 2 Landasan dan tiada ketiganya yaitu al-Quran dan al-Sunnah.


وقال المرُّوذي : ( قال أحمد : كيف يجوز للرجل أن يقول : أجمعوا ؟! إذا سمعتهم يقولون : أجمعوا فاتهمهم ، لو قال : إني لم أعلم لهم مخالفاً جاز )

3 – وقال أبو طالب : قال أحمد : ( هذا كذب ما علمه أن الناس مجمعون ؟! ولكن يقول : لا أعلم فيه اختلافاً فهو أحسن من قوله : إجماع الناس )

4 – وقال أبو الحارث: ( قال أحمد :لا ينبغي لأحدٍ أن يدعي الإجماع لعل الناس اختلفوا ) 

ذكر هذه الروايات أبو يعلى في العدة وابن تيمية في المسودة

Intinya: Itulah perkataan Imam Ahmad agar kita tidak mudah mengatakan Ijmak.

Realitanya manusia masih khilaf(berselisih).


Saya suka dengan perkataan dalam web ini sbb:

الشوكاني لا يخالف في المسائل المشهورة المتفق عليها التي ثبتت بنصوص صحيحة صريحة، وإنما خلافه في حجية الإجماع كدليل شرعي، والمسائل التي دليلها الإجماع، فالحجة عنده مستند الإجماع لا الإجماع نفسه

(http://majles.alukah.net/t78918/)

"Ijmak sebagai dalil hukum saya tidak setuju, saya anti padanya, saya anggap keliru, tetapi bila landasannya  dalil terhadap suatu masalah, lalu ulama sepakat cocok  dengan pemahaman itu, maka saya salut padanya.

Bila Ijmak sendiri sebagai Hujjah hukum, maka saya katakan no all time".

Lanjutan Ke 6 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.

 Lanjutan Ke 6 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.


Ada yang mengatakan bahwa salat Jumat 2 rakaat itu dalilnya Ijmak.

Menurut saya: Ijmak itu bukan dalil, sebab kita hanya disuruh merujuk kepada al-Quran dan al-Sunnah Nabi sebagaimana dalam ayat-Nya sebagai berikut:

فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا 

"Bila kamu berbeda pendapat, maka kembalikan kepada Allah(al-Quran) dan Rasul-Nya(al-Sunnah) bila kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya atau Hari Kemudian dan itulah yang lebih utama dan lebih baik akibatnya".


Di ayat ini Allah tidak memerintahkan kita untuk kembali kepada pendapat ulama atau kesepakatannya(Ijmak), baik dulu maupun sekarang, baik ulama Arab ataupun lainnya.

Tetapi Allah memerintahkan kepada kita untuk kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya.

Bila kita kembali kepada kesepakatan ulama(Ijmak) dan kita tidak kembali kepada Al-Quran dan Hadis Nabi, maka kita ini akan menyimpang dari jalan Allah lalu kita akan berada dijalan setan.

Kita ingin kebenaran, lalu dijerumuskan oleh setan kepada kesesatan dan tidak terasa hal itu.


صَلاة الجُمُعةِ رَكعتانِ.

الدليل: مِنَ الِإِجْماع

نقَل الإجماعَ على ذلك: ابنُ المنذرِ  (1) ، وابنُ حَزمٍ  (2) ، والكاسانيُّ  (3) ، وابنُ رُشدٍ  (4) ، وابنُ قُدامةَ  (5) ، والنوويُّ  (6) ، وابنُ جُزي  (7) .

Salat Jumat 2 rakaat dalilnya Ijmak.

Konsensus ulama dikutip oleh Ibnul Mundzir (1), Ibnu Hazm (2), al-Kasani (3), Ibnu Rusyd (4), Ibnu Qudamah (5), an-Nawawi (6) dan Ibnul Juzzi (7).

1 قال ابنُ المنذر: (أجمَعوا على أنَّ صلاة الجمعة رَكعتان) ((الإجماع)) (ص: 40)


وفيات المؤلفين من المحدثين - هام جدا لمن يعمل بالتخريج (ص: 2)

ابن المنذر309

Ibnul Mundzir berkata; Mereka sepakat bahwa salat Jumat 2 rakaat, lihat kitab al-Ijma' hal.40.

Ibnul Mundzir yang wafat pada tahun 309 Hijriyah.


Komentarku: Mengapa baru dikatakan pada tahun 300 ratusan Hijriyah setelah Nabi wafat?

Mengapa tidak ada para Sahabat yang menyatakan Ijmak dalam hal ini?

Dikatakan oleh para ulama tentang Ijmak, karena tidak menjumpai dalil yang sahih tentang salat Jumat 2 rakaat, demikian dikatakan oleh tokoh ulama Saudi Syaikh al-Utsaimin.

Bila ada dalil yang cocok yang sahih, maka Ijmak tidak boleh difungsikan atau tidak boleh dilegalkan atau tidak boleh dipakai.

Kita harus mendahulukan dalil yang harus lebih dulu yang mengikuti Ayat dan Sunnah Rasul daripada Ijmak 1000 ulama, sebab rujukan kita adalah hanya 2 yaitu al-Quran dan al-Hadis Nabi.

Bila kita memakai Ijmak dan membuang Ayat atau Hadis Nabi, maka kita akan dikendalikan oleh setan sebagaimana firman Allah sbb:

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah(al-Quran), Kami adakan baginya setan(yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya".

(QS.Zukhruf 36)


Oleh karena itulah kita dahulukan dalil yang sahih dan singkirkan Ijmak bila bertentangan dengan dalil.

Apalagi 1 atau 2 ulama yang berkata; Kita harus bersungguh-sungguh dalam memegangi dalil, jangan sampai kita terpengaruh dengan banyaknya ulama yang bertentangan dengan Ayat.

Allah berfirman:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu Syariat(peraturan) dari urusan(Agama) itu, maka ikutilah Syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui".

(QS.Al-Jatsiyah 18)


قال ابنُ حزم: (أجمَعوا على أنَّ الجمعة إذا جُمِّعت على شروطها رَكعتانِ، يجهر فيهما) ((مراتب الإجماع)) (ص: 33).

وفيات المؤلفين من المحدثين - هام جدا لمن يعمل بالتخريج (ص: 2)

ابن حزم الأندلسي456

Ibnu Hazm berkata; Mereka sepakat bahwa Jumat bila dijalankan sesuai dengan syaratnya maka cukup 2 rakaat, bacaannya dikeraskan, lihat kitab Maratibul Ijma' hal.33.

Ibnu Hazm meninggal pada tahun 456 Hijriyah.


قال الكاسانيُّ: (وأمَّا بيان مقدارها، فمقدارها ركعتان؛ عرَفْنَا ذلك بفِعل رسول الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم 

وأصحابِه رضي الله عنهم مِن بعده، وعليه إجماعُ الأمَّة) ((بدائع الصنائع)) (1/269).

Al-Kasani berkata; Adapun keterangan ukuran salat Jumat 2 rakaat, kami mengetahui hal itu dari perbuatan Rasul dan Sahabatnya setelah Rasulullah meninggal dan itulah Ijmak umat, lihat kitab Badaius-Shanai hal.269 /1


قال ابنُ رشد: (اتَّفق المسلمون على أنها خُطبة، ورَكعتان بعد الخطبة) ((بداية المجتهد)) (1/160).

Ibnu Rusyd berkata; Kaum muslimin telah sepakat bahwa salat Jumat 2 rakaat dengan khotbah sebelumnya, lihat kitab Bidayatul Mujtahid 160/1.


قال ابنُ قُدامَة: (صلاة الجمعة ركعتان عقيبَ الخطبة، يقرأ في كل ركعة (الحمد لله) وسورة، ويجهر بالقراءة فيهما. لا خِلافَ في ذلك كلِّه) ((المغني)) (2/230).

Ibnu Qudamah menyatakan: Salat Jumat 2 rakaat setelah khotbah dan dibacakan tiap rakaat surat al-Fatihah dan surat dengan bacaan yang sedang, tidak ada perselisihan dalam hal ini secara keseluruhan, lihat kitab al-Mughni 230/2


قال النوويُّ: (أمَّا الأحكام؛ فأجمعتِ الأمَّة على أنَّ الجمعة ركعتان، وعلى أنَّه يُسنُّ الجهرُ فيهما) ((المجموع)) (4/530).

وفيات المؤلفين من المحدثين - هام جدا لمن يعمل بالتخريج (ص: 2) النووي676

Imam an-Nawawi yang wafat tahun 670 Hijriyah menyatakan: Umat ijmak bahwa salat Jumat adalah 2 rakaat dan disunatkan membaca dengan keras dalam 2 rakaat tersebut, lihat kitab al-Majmu' 4/530.

Komentarku: Keterangan tahun wafat para Imam itu saya kutip dari kitab Wafiatul Muallifin minal Muhadditsin.


قال ابنُ جُزي: (للجمعة ركنان: الصلاة، والخطبة؛ فأمَّا الصلاة فركعتان جهرًا، إجماعًا) ((القوانين الفقهية)) (ص: 56).

Ibnul Juzzi menyatakan: Jumat 2 rukun yaitu salat dan khotbah. Salatnya 2 rakaat dengan bacaan jahar menurut ijmak, lihat kitab al-Qawanin Fiqhiyah hal.56


Ibnu Hazm berkata;

المحلى [مشكول و بالحواشي] - (ج 7 / ص 345)

وَرَحِمَ اللَّهُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ فَلَقَدْ صَدَقَ إذْ يَقُولُ: مَنْ يَدَّعِي الإِجْمَاعَ فَقَدْ كَذَبَ، مَا يُدْرِيهِ لَعَلَّ النَّاسَ اخْتَلَفُوا  لَكِنْ لِيَقُلْ: لا أَعْلَمُ خِلافًا، هَذِهِ أَخْبَارُ الْمَرِيسِيِّ، وَالأَصَمِّ.

Semoga Allah memberi rahmat kepada Imam Ahmad bin Hanbal; Sungguh benar beliau ketika berkata; Barangsiapa yang mengaku Ijmak, maka sungguh dia berdusta.

Apakah dia tahu, barangkali manusia beda pendapat? Tapi katakan saja; Aku tidak tahu khilaf dalam masalah ini.………. Ini  adalah berita-berita al-Marisi dan al-Asham (yakni kabar Burung).


Ibnu Taimiyah berkata;

أقول وكم من إجماعٍ نقلوه وهو أبطل من الباطل. ولنا أن نذكر مقولة الإمام أحمد: «من ادعى الإجماع فهو كاذب

Saya katakan, banyak Ijmak yang mereka kutip ternyata paling keliru.

Kita ingat perkataan Imam Ahmad; Barangsiapa yang menyatakan Ijmak adalah pendusta.

----------------------------------------وقال ابن القيّم :

« وكذلك الشافعي أيضا نصّ في رسالته الجديدة على أنّ ما لا يعلم فيه خلاف لا يقال له إجماع ، ولفظه لا يعلم فيه خلاف ، فليس إجماعا 

Ibnul Qayyim berkata; Begitu juga Imam Syafii menulis nash dalam risalahnya yang baru, bahwa masalah yang  tidak diketahui terdapat khilaf(perselisihan) padanya tidak boleh dikatakan Ijmak.

Kalimatnya sbb:

"لا يعلم فيه خلاف ، فليس إجماعا"

"Tiada khilaf dalam suatu masalah, bukan menunjukkan  Ijmak".


Mendahulukan dalil dari pendapat, dari Imam as-Syafii ia menyatakan sbb:

إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي.

"Bila ada hadis sahih, maka lemparkan pendapatku ke tembok dan bila kamu lihat hadis sahih telah berada di jalan, maka itulah pendapatku".


Kembalilah kepada al-Quran dan Hadis Nabi saja tanpa Ijmak ulama dan Qiyas sebagaimana para Sahabat Nabi dulu.

Lanjutan ke 5 tentang kajian 4 rokaat salat Jumat

Lanjutan ke 5 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.


Ada hadis sbb:

١٩- [عن النعمان بن بشير:] كان رسولُ اللهِ ﷺ يَقرَأُ في الجُمُعةِ، قال هاشمٌ: في صَلاةِ الجُمُعةِ يومَ الجُمُعةِ، بـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلى}، و{هَلْ أَتاكَ حَدِيثُ الْغاشِيَةِ}، وربَّما اجتمَعَ عيدانِ فقَرَأَ بهما.

شعيب الأرنؤوط (ت ١٤٣٨)، تخريج المسند ١٨٤٤٢ • إسناده صحيح على شرط مسلم • أخرجه أبو داود (١١٢٢)، والترمذي (٥٣٣)، والنسائي (١٤٢٤)، وأحمد (١٨٤٤٢) واللفظ له

Dari Nu'man bin Basyir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca di hari Jumat, Hasyim berkata; Dalam salat Jumat di hari Jumat dengan membaca: "Sabbihisma rabbikal 'Ala dan "Hal ataka haditsul ghasiyah".

Bila berkumpul keduanya salat Jumat dan salat Ied, maka Beliau membaca keduanya.

Hadis itu dalam kitab Takhrijul Musnad dikatakan oleh Syuaib al-Arnaud sanadnya sesuai dengan persyaratan Muslim.

أخرجه أبو داود (١١٢٢)، والترمذي (٥٣٣)، والنسائي (١٤٢٤)، وأحمد (١٨٤٤٢) واللفظ له

Diriwayatkan oleh Abu Dawud (1122), at-Tirmidzi (533), an-Nasa'i (1424) dan Ahmad (18442).


جامع الأصول (5/ 689)

عن ضمرة بن سعيد المازني، عن عبيد الله بن عبد الله، فذكره

Hadis tsb hanya diriwayatkan oleh Dhamrah bin Said al-Mazini dari Ubaidillah bin Abdillah.

ضمرة بن سعيد المازني بن أبي حتة عمرو بن غزية بن عمرو بن عطية بن خنساء بن مبذول الأنصارى المازنى المدني، تابعي، وراوي حديث نبوي، من الثقات، من أهل المدينة المنورة.

Dhamrah bin Said al-Mazini bin Abi Hatta Amr bin Ghaziya bin Amr bin Atiya bin Khansa bin Mabdzul al-Anshari al-Mazni al-Madani adalah seorang Tabiin dan perawi hadis Nabi, terpercaya dan dari penduduk Madinah.

Hadis tersebut sendiriannya(tafarrud) hanya kepada Dhamrah bin Said al-Madini seorang Tabiin perawi hadis juga.

Mengapa hanya beliau saja yang meriwayatkannya?

Padahal ribuan Tabiin tidak ada yang mengerti hadis tersebut.

Ia hanya diriwayatkan oleh Dhamrah bin bin Said saja, hanya dia yang tahu dan yang lainnya tidak tahu.

Hadis sedemikian ini dikatakan munkar dan gharib atau nyeleneh, dan menurut Imam Malik; "Termasuk ilmu yang jelek".

Bila dibuat pegangan/hujjah tidak bisa, karena ia hadis munkar/gharib, sedangkan kita perlu pegangan yang masyhur sahih saja. 

Jadi hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah ketika salat Jumat membaca: "Sabbihisma rabbikal 'Ala dan Hal ataka haditsul ghasiyah" adalah hadis munkar dan lemah sekali karena hanya Dhamrah saja dari kalangan Tabiin yang meriwayatkannya. 

ابن حبان (ت ٣٥٤)، صحيح ابن حبان ٢٨٢٢ • أخرجه في صحيحه

Ibnu Hibban (no. 354), Sahih Ibnu Hibban 2822 • Beliau memasukkannya dalam kitab Sahihnya.


٣- إذا اجتَمَع العيدُ والجُمُعةُ....

ابن باز (ت ١٤١٩)، مسائل الإمام ابن باز ٢٧٠ • صحيح • شرح رواية أخرى

Ibnu Baz(w.1419), masalah Imam Ibnu Baz 270 • Sahih • Penjelasan dalam riwayat lain.


0- [عن النعمان بن بشير:] كانَ رسولُ اللَّهِ يقرأُ في الجمعةِ بِ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلى وَ هَلْ أَتاكَ حَدِيثُ الْغاشِيَةِ وربَّما اجتمعَ العيدُ والجمعةُ، فيقرأُ بِهِما فيهِما جميعًا

1- 

الألباني (ت ١٤٢٠)، صحيح النسائي ١٤٢٣ • صحيح • أخرجه مسلم (٨٧٨)، وأبو داود (١١٢٢)، والترمذي (٥٣٣)، وأحمد (١٨٣٨٣) باختلاف يسير، والنسائي (١٤٢٤) واللفظ له، وابن ماجه (١٢٨١) مختصراً • شرح رواية أخرى

Al-Albani (no.1420), Sahih an-Nasa'i 1423 • Sahih • Diriwayatkan oleh Muslim (878), Abu Dawud (1122), at-Tirmidzi (533) dan Ahmad (18383) dengan sedikit perbedaan.

An-Nasa'i (1424) dan redaksi hadis menurut Imam Nasai dan Ibnu Majah (1281) disingkat.

Penjelasan riwayat lain.


[عن النعمان بن بشير:] في العيديْنِ والجمعةِ وإذا اجتمعَ العيدانِ في يومٍ قرأَ بهما فيهما [سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ والْغاشِيَةِ]

Dari Nu'man bin Basyir dalam 2 salat Ied dan Jumat bila 2 hari raya berkumpul dalam 1 hari, maksudnya salat Jumat dan salat Ied, maka Beliau membaca keduanya yaitu: "Sabbihisma rabbikal dan Hal ataka haditsul ghasyiah".

الألباني (ت ١٤٢٠)، إرواء الغليل ٣‏/١١٧ • إسناده جيد رجاله كلهم ثقات غير حبيب وهو لا بأس به • شرح رواية أخرى

Al-Albani(w.1420), Irwa' al-Ghalil 3/117 • Sanadnya baik. Semuanya terpercaya selain Habib dan tidak ada yang salah dengan itu•

Penjelasan riwayat lain. 

التحقيق في مسائل الخلاف (1/ 506)

 قَالَ أَحْمَدُ وَحَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ إِبْرَاهِيم بن مُحَمَّد بن المبشر عَنْ أَبِيهِ عَنْ حَبِيبِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي الْعِيدَيْنِ ب {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى} وَ {هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الغاشية} وإِن وَافَقَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قَرَأَهُمَا جَمِيعًا انْفَرَدَ بِهَذِهِ الطَّرِيقِ مُسْلِمٌ وَاتَّفَقَا عَلَى الَّذِي قَبْلَهَا

"…………….., Uraian hadis Nu'man bin Basyir yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca dalam 2 salat Ied maksudnya salat Ied dan salat Jumat yakni "Sabihisma robbikal 'Ala dan Hal ataka haditsul ghasyiah sbb: 

تحفة الأشراف بمعرفة الأطراف (9/ 16)

وأما سفيان بن عيينة فيُختلف عليه. يُروى عنه عن إبراهيم، عن أبيه، عن حبيب، عن أبيه، عن النعمان، ولا نعرف لحبيب رواية عن أبيه

Dalam kitab Tuhfat al-Ashraf bi Makrifatil Athraf (9/16) adapun Sufyan bin Uyainah masih diperdebatkan/khilaf diriwayatkan darinya dari Ibrahim dari Ayahnya dari Habib dari Ayahnya dari Nu`man, dan kita tidak tahu bahwa Habib meriwayatkan hadis dari Ayahnya.


Komentarku: Hadis tersebut sanadnya kacau, sebab Habib tidak pernah mendengarkan hadis itu dari Ayahnya, tetapi disitu diterangkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan dari Habib dari Ayahnya.

Demikian ini diterangkan dalam kitab Tuhfatul Asraf.


تنقيح التحقيق لابن عبد الهادي (2/ 573)

وقال التِّرمذيُّ: وهكذا روى الثَّوريُّ ومِسْعر عن إبراهيم، وأمَّا سفيان ابن عيينة فيختلف عليه: يروى عنه عن إبراهيم عن أبيه عن حبيب عن أبيه عن النُّعمان، ولا يعرف لحبيب رواية عن أبيه (5) .

Dalam kitab Tanqihultahqiq karya Ibnu Abdul Hadi, Imam Tirmidzi juga menyatakan seperti itu, yakni Habib tidak pernah meriwayatkan hadis dari Ayahnya, intinya seperti itu.


Komentarku: Jadi sanad hadis tersebut adalah kacau. Menurut ahli hadis, hadis sedemikian ini adalah hadis yang lemah.

Hadis sahih itu harus sahih sanadnya juga redaksinya sebagaimana dalam kitab al-Baiquni diterangkankan kaidah sbb:

وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِ

"Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis".


Identitas Habib sbb: 

الأسم : حبيب بن سالم

الشهرة : حبيب بن سالم الأنصاري

النسب : الأنصاري, الكوفي

الرتبة : صدوق حسن الحديث

الوظيفة : كاتب النعمان بن بشير, الكاتب

مولي : مولى النعمان بن بشير

Nama: Habib bin Salim.

Ketenaran: Habib bin Salem al-Anshari

Nasab: Anshari, Kufi.

Rangking: Suka berkata benar dan baik hadisnya.

Tugasnya: Penulis.

Maula: Budak Nu'man bin Bashir yang telah dibebaskan.

ابن حجر العسقلاني : لا بأس به

محمد بن إسماعيل البخاري : فيه نظر

Ibnu Hajar al-Asqalani: Tidak ada yang salah dengan itu.

Muhammad bin Ismail al-Bukhari; Ada pertimbangan.


Komentarku: Menurut Imam Bukhari perawi Habib masih perlu dipertimbangkan. 

جامع الأصول (5/ 689)

* أخرجه أحمد (4/271) قال: حدثنا يحيى بن سعيد، عن شعبة، قال: حدثني إبراهيم، عن حبيب ابن سالم، فذكره، ليس فيه - محمد بن المنتشر والد إبراهيم -.

Dalam kitab Jamiul Ushul (5/689).

Hadis tsb diriwayatkan oleh Ahmad (4/271) dia berkata; Yahya bin Said mengatakan kepada kami, atas kewenangan Syu'bah dia berkata; Ibrahim mengatakan kepada ku, dari Habib bin Salim dan dia menyebutkannya: Tanpa perawi Muhammad bin al-Muntasyir ayah Ibrahim.


Komentarku: Hal sedemikian ini kacau lagi sanadnya, perawi bernama Muhammad bin Muntasyir tidak disebut, mestinya sebagai berikut:

* وأخرجه الحميدي (920) وأحمد (4/271) قالا: حدثنا سفيان، قال: حدثنا إبراهيم بن محمد بن المنتشر، عن أبيه، عن حبيب بن سالم، عن أبيه، عن النعمان بن بشير، فذكره.


* قال الحميدي: كان سفيان يغلط فيه.

* قال أبو عبد الرحمن عبد الله بن أحمد: حبيب بن سالم سمعه من النعمان، وكان كاتبه، وسفيان يخطئ فيه، يقول: حبيب بن سالم، عن أبيه، وهو سمعه من النعمان.

*Al-Humaidi berkata; Sufyan membuat kesalahan tentang itu.

*Abu Abd Rahman Abdullah bin Ahmad berkata; Habib bin Salim mendengar hadis dari Nu'man dan dia penulisnya, dan Sufyan membuat kesalahan di situ, yakni didalamnya dia mengatakan; Habib bin Salim mendengar dari Ayahnya, padahal dia mendengarnya dari Nu'man.


Komentarku: Menurut kaidah/pakem ahli hadis, hadis tersebut lemah dan tidak bisa disahihkan oleh siapapun.

Mengapa begitu? Karena sanadnya kacau.

Bila disahihkan, maka kita ini akan menyelisihi kaidah-kaidah ilmu hadis mereka.

Hadis itu bersumber dari perawi tunggal yaitu Nu'man bin Basyir dan tiada Sahabat yang tahu hadis seperti itu kecuali hanya dia saja.

Mengapa ribuan Sahabat tidak paham?

Bahkan istri-istri Rasulullah juga tidak paham?

Karena itu kita kembali saja kepada Al-Quran ayat 9 surah al-Jumuah yang menyatakan bahwa kita ini diperintahkan untuk hadir guna melakukan salat di hari Jumat, bukan melakukan salat Jumat>tetapi melakukan salat Zuhur di hari Jumat.

Kita ikut berkumpul di Masjid, lalu mendengarkan Khotbah dari Imam/Khatib, kemudian salat Zuhur.


Semoga bermanfaat dan ini sekedar kajian saya bila benar dari Allah dan bila salah maka dari kekurangan saya dalam meneliti ilmu Agama.

Diterima silakan dan ditolak pun saya tidak sakit hati.

Ini sekadar wawasan kajian tambahan untuk berhati-hati dalam menjalankan Agama untuk keselamatan kita di Dunia dan di Akhirat.

Di dunia inilah kita mengkaji ulang ajaran yang telah membudaya turun-temurun, lalu kita cocokkan/kroschek ulang dengan al-Quran, mana yang cocok dengan al-Quran itulah yang benar.


Dari Imam Malik bin Anas-(w.179H) ia berkata;

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُخْطِئُ وَأُصِيْبُ، فَانْظُرُوا فِي رَأْيِي,فَكُلُّ مَا وَاَفَقَ اْلكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَخُذُوْهُ، وَكُلُّ مَا لَمْ يُوَافِقِ اْلكِتَابَ وَالسُّنَّةَ فَاتْركُوْهُ

Sungguh aku ini hanya seorang manusia yang kadang salah dan kadang benar, maka cermatilah pendapatku, bila setiap yang sesuai dengan Kitab(al-Quran) dan al-Sunnah maka ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Kitab(al-Quran) dan al-Sunnah maka tinggalkanlah. 

Lanjutan ke 4 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.

 Lanjutan ke 4 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.

Ada hadis sbb:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ وَهُوَ ابْنُ بِلَالٍ عَنْ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ أَبِي رَافِعٍ قَالَ اسْتَخْلَفَ مَرْوَانُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَلَى الْمَدِينَةِ وَخَرَجَ إِلَى مَكَّةَ فَصَلَّى لَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ الْجُمُعَةَ فَقَرَأَ بَعْدَ سُورَةِ الْجُمُعَةِ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالَ فَأَدْرَكْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ حِينَ انْصَرَفَ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّكَ قَرَأْتَ بِسُورَتَيْنِ كَانَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ يَقْرَأُ بِهِمَا بِالْكُوفَةِ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ بِهِمَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَا حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَعِيلَ ح و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ كِلَاهُمَا عَنْ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ قَالَ اسْتَخْلَفَ مَرْوَانُ أَبَا هُرَيْرَةَ بِمِثْلِهِ غَيْرَ أَنَّ فِي رِوَايَةِ حَاتِمٍ فَقَرَأَ بِسُورَةِ الْجُمُعَةِ فِي السَّجْدَةِ الْأُولَى وَفِي الْآخِرَةِ إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ وَرِوَايَةُ عَبْدِ الْعَزِيزِ مِثْلُ حَدِيثِ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ

Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah bin Qa'nab], telah menceritakan kepada kami [Sulaiman bin Bilal] dari [Ja'far] dari [bapaknya] dari [Ibnu Abu Rafi'] ia berkata; Suatu ketika(Khalifah) Marwan meminta kepada [Abu Hurairah] untuk menggantikannya (sebagai pemimpin) di Madinah, sementara Marwan pergi ke Makkah.

Maka pada suatu hari Jum'at, Abu Hurairah mengimami kami salat Jum'at.

Ia membaca surat al-Jumu'ah pada raka'at pertama dan surat al-Munafiqun pada raka'at kedua.

Setelah selesai salat, ku temui Abu Hurairah dan ku katakan kepadanya; "Kedua surat yang anda baca tadi, pernah dibaca oleh Ali bin Abi Thalib ketika ia berada di Kufah".

Lalu Abu Hurairah berkata; "Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca kedua surat itu pada hari Jum'at".

Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dan [Abu Bakar bin Abu Syaibah] keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Hatim bin Isma'il]-(dalam jalur lain)-Dan telah menceritakan kepada kami [Qutaibah], telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz] yakni ad-Darawardi, keduanya dari [Ja'far] dari [bapaknya] dari [Ubaidullah bin Abu Rafi'] ia berkata; Marwan meminta kepada [Abu Hurairah] untuk menggantikannya. Yakni semisalnya. Hanya saja dalam riwayat Abu Hatim; "Maka ia pun membaca surat al-Jumu'ah pada sujud yang pertama, sedangkan pada sujud (raka'at) terakhir ia membaca; 'IDZAA JAA`AKAL MUNAAFIQUUNA..'"

Sedangkan pada riwayat Abdul Aziz adalah serupa dengan hadis Sulaiman bin Bilal.


2806 أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ دَاوُدَ بْنِ وَرْدَانَ، بِالْفُسْطَاطِ، قَالَ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ الْهَيْثَمِ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي هُرَيْرَةَ، إِنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رِضْوَانُ اللَّهِ عَلَيْهِ، «إِذْ كَانَ بِالْعِرَاقِ، يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سُورَةَ الْجُمُعَةِ، {إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ} المنافقون: 1»، فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: كَذَلِكَ كَانَ 47 رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَر

َأَ Z (2795) __________ تعليق الألباني : صحيح: م تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط مسلم

(2806) Memberitahu kami Ismail bin Dawud bin Wardan, di Fustat berkata; Beritahu kami Harun bin Said bin al-Haytsam berkata; Beritahu kami anak Wahb ia berkata; Beritahu kami Sufian dari Jafar bin Muhammad dari ayahnya dari Ubaidillah bin Abi Rafi, aku berkata kepada Abu Hurairah: Sesungguhnya Ali bin Abi Tholib ketika berada di Irak dalam salat Jumat membaca surat al-Jumuah dan surat al-Munafiqun, lantas Abu Hurairah berkata; Begitulah Rasulullah saw membacanya.


Komentarku: Dalam Shahih Ibnu Hibban hadis tersebut juga disahihkan oleh Syaikh al-Albani dan dikomentari oleh Syaikh al-Arnaut bahwa sanadnya yang sahih.

Kalau Syaikh al-Albani mengomentari langsung, bukan sanadnya saja tapi matannya atau redaksinya sahih oleh Syaikh al-Albani.

Kalau Syaikh al-Arnaut berkomentar: Sanadnya yang sahih.

Dalam riwayat Ibnu Hibban ternyata tidak disebutkan bahwa Marwan bin Hakam menjadikan Abu Hurairah untuk memimpin kota Madinah, tidak ada keterangan itu, sebab asalnya hadis ini dari Shahih Ibnu Hibban, lihat Arabnya sbb: 

٣- [عن أبي هريرة:] قُلْتُ لأبي هريرةَ: إنَّ عليَّ بنَ أبي طالبٍ رضوانُ اللهِ عليه إذ كان بالعراقِ يقرَأُ في صلاةِ الجمعةِ سورةَ الجمعةِ و{إِذا جاءَكَ الْمُنافِقُونَ} [المنافقون: ١] فقال أبو هُريرةَ: كذلك كان رسولُ اللهِ ﷺ قرَأ

ابن حبان (ت ٣٥٤)، صحيح ابن حبان ٢٨٠٦  •  أخرجه في صحيحه

9279 حدثنا الوليد بن أبان ثنا محمد بن عمار الرازي ثنا عبد الصمد بن عبد العزيز نا عمرو بن أبي قيس عن منصور عن أبي جعفر عن أبي هريرة قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم مما يقرأ في صلاة الجمعة بالجمعة فيحرض به المؤمنين وفي الثانية بسورة المنافقين فيفزع به المنافقين

لهيثمي (ت ٨٠٧)، مجمع الزوائد ٢‏/١٩٤  •  إسناده حسن  •  شرح رواية أخرى

(9279) Al-Walid bin Aban menceritakan kepada kita, Muhammad bin Ammar al-Razi menceritakan kepada kita, Abd al-Samad bin Abd al-Aziz menceritakan kepada kita, Amr bin Abi Qais dari Mansur dari Abu Jafar dari Abu Hurairah ia berkata; Sebagian bacaan Rasulullah dalam salat Jumat adalah surat al-Jumuah, lalu memberi support kepada orang-orang mukminin, dan dalam rakaat kedua Rasulullah membaca surat al-Munafiqun untuk menakut-nakuti orang-orang munafiq.

Hadis riwayat al-Haitsami dalam kitab Majmauz-Zawaid dan sanadnya hasan. 

Dalam kitab Majmauz-Zawaid ini juga tidak ada keterangan bahwa Marwan menjadikan Abu Hurairah Khalifah atau menggantikan beliau di Madinah.

Jadi berbeda dengan riwayat Imam Muslim di atas, dan perawi Mansur bermasalah>hadisnya lemah.


١٣- [عن أبي هريرة:] كانَ رسولُ اللهِ- صلى الله عليه وآله وسلم- مِمّا يَقْرَأُ في صلاةِ الجُمُعَةِ بالجُمُعَةِ، فيُحَرِّضُ به المؤمنينَ، وفي الثانيةِ بسورةِ المنافقينَ، فيَفْزِّعُ المنافقينَ.

الشوكاني (ت ١٢٥٥)، نيل الأوطار ٣‏/٣٤٠  •  اختلف فيه على منصور

Imam Syaukani dalam kitab Nailul Authar mengatakan; Perawi bernama Mansur masih khilaf(diperselisihkan).

Menurut saya, Mansur itu tidak menjadi guru dari Amar bin Abi Qais dan beliau tidak meriwayatkan hadis itu, tapi beliau meriwayatkan hadis sebagai berikut:

يقرا في صلاة الفجر يوم الجمعة الم تنزيل و هل اتى على الانسان قال اسحاق بن سليمان هكذا

Rasulullah dalam salat Subuh hari Jumat membaca surat "Alif Lam Mim Tanzil(as-Sajadah)" dan surat "Hal ata(al-insan)" demikian dikatakan oleh Ishak bin Sulaiman.


جامع الأصول (5/ 688)

 عن جعفر بن محمد، عن أبيه، عن عبيد الله بن أبي رافع، فذكره.

تنقيح التحقيق لابن عبد الهادي (2/ 572)

انفرد بإخراجه مسلمٌ (1)

البدر المنير (4/ 679)

قَالَ الرَّافِعِيّ: وَرُوِيَ ذَلِك من فعل عَلّي وَأبي هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهما.

أطراف الغرائب والأفراد ط. التدمرية (1/ 312)

 1672 ) حديث : أن النبي صلى الله عليه وسلم صلى يوم* الجمعة، وقرأ سورة الجمعة... الحديث. غريب من حديث إسماعيل بن أبي خالد عن أبي جعفر محمد بن علي { 66 ب} عن جابر وأبي هريرة

Dalam kitab Jamiul Ushul hadis tersebut tafarrudnya kepada Ja'far bin Muhammad dari ayahnya dari Ubaidillah bin Abi Robi.

Hadis tersebut dalam kitab Tanqihul Tahqiq karya Ibnu Abdul Hadi dikatakan; Hanya Imam Muslim yang meriwayatkan, maksudnya Imam Bukhari tidak  meriwayatkan hadis tersebut.

Dalam kitab al-Badrul Munir, ar-Rofi'i menyatakan hal itu diriwayatkan dari perbuatan Ali dan Abu Hurairah. Secara kenyataan perbuatan Ali itu hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Di kitab lainnya, tambahan perbuatan Ali di Irak tidak ada.

Dalam kitab Atraful Gharaib wal Afrad, hadis yang menyatakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca surat al-Jumuah pada hari Jumat itu termasuk hadis yang gharib(nyeleneh) dari Ismail bin Abi Kholid dan Abu Ja'far Muhammad bin Ali dari Jabir dan dari Abu Hurairah.


Sampai sekarang saya belum menjumpai landasan hujjah yang kuat untuk dibuat pegangan/dalil salat Jumat 2 rakaat.

Semua hadis yang saya jumpai tentang salat Jumat 2 rakaat itu adalah lemah/dhaif.

Bila tetap kita menjalankannya yakni salat Jumat 2 rakaat, maka kita ini menjalankan hadis yang lemah.

Jika kita kembali kepada ayat 9 surat al-Jumuah, maka disana perintahnya adalah kita ini disuruh hadir salat di hari Jumat, untuk salat di hari Jumat, bukan salat Jumat, tampak jelas ayat-Nya: Ada kalimat: "Min Yaumil Jumuah" yakni di hari Jumat, bukan salat Jumat.

Boleh jadi kalimat salat Jumat itu maksudnya salat di hari Jumat.

Saya dulu itu juga menjalankan salat Jumat 2 rakaat dan itu yang saya jumpai di banyak kitab yang saya baca,  juga dari guru saya yang di Indonesia di pondok pesantren atau di sekolah atau di Makkah.

Semuanya mengajarkan salat Jumat 2 rakaat dan mereka menjalankannya dan saya pun menjalankannya, tapi akhir-akhir ini, ya belum sampai sebulan barangkali. Saya koreksi semua hadis-hadis yang menunjukkan bahwa salat Jumat 2 rakaat itu lemah/dhaif.


Hadis tadi menyatakan bahwa Rasulullah dalam salat Jumat membaca surat al-Jumuah dan surat al-Munafiqun.

Orang berpikir berarti salat Jumat itu 2 rakaat, lalu bagaimana dengan hadis-hadis yang ada dan sudah saya terangkan kemarin bahwa salat Zuhur dan salat Ashar pun keterangannya seperti itu, yakni bacaan Rasul hanya dalam rakaat pertama dan kedua yang bisa didengar oleh para Sahabat.

Jika begitu, apakah salat Ashar dan Zuhur itu 2 rakaat?, Tentu tidak, dan hal ini sudah saya terangkan kemarin.

Dalam kitab Shahih Bukhari juga diterangkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membaca dalam 2 rakaat salat Zuhur setelah membaca surat al-Fatihah dan 2 surat yang pertama dipanjangkan dan rakaat yang kedua dipendekkan.

Begitu juga dalam salat Ashar, Rasul membaca 2 surat. Hadis ini menunjukkan bahwa bacaan Rasul dalam salat Ashar maupun Zuhur itu hanya 2 surat, lalu apakah salat Zuhur itu 2 rakaat?

Apakah salat Ashar 2 rakaat?, Tentu tidak.

Begitu juga hadis-hadis tentang salat Jumat yang bacaannya 2 surat, karena Jumat ini asalnya adalah salat Zuhur. 

Kata Imam Syafi'i, di hari Jumat asal kewajiban itu adalah salat Zuhur, salat Jumatnya tidak wajib dan kewajibannya adalah salat Zuhur sebagaimana dalam ayat: "Aqimis Sholata Lidulukis Syamsi".

Kita ini diperintahkan menjalankan salat ketika matahari telah condong ke barat, ini adalah ayat yang menunjukkan kewajiban salat Zuhur di hari Jumat maupun di hari Kamis atau di hari Sabtu.

Kewajiban salat Jumat di al-Quran itu tidak ada, yang ada di al-Quran itu hanya ada perintah hadir salat di hari Jumat yaitu salat Zuhur, bukan salat Jumat.

Lanjutan ke 3 kajian salat Jumat 4 rakaat.

 Lanjutan ke 3 kajian salat Jumat 4 rakaat.


٢- [عن عبدالله بن عباس:] أنَّ النبيَّ ﷺ كانَ يَقْرَأُ في صَلاةِ الفَجْرِ، يَومَ الجُمُعَةِ: الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةِ، وَهلْ أَتى على الإنْسانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ، وَأنَّ النبيَّ ﷺ كانَ يَقْرَأُ في صَلاةِ الجُمُعَةِ سُورَةَ الجُمُعَةِ، والْمُنافِقِينَ. 

مسلم (ت ٢٦١)، صحيح مسلم ٨٧٩  •  [صحيح]  

[Dari Ibnu Abbas] bahwa biasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika mengerjakan salat Subuh pada hari Jum'at Beliau membaca: "ALIF LAAM MIIM TANZIIL(surat as-Sajadah)" dan "HAL ATAA 'ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI(surat al-Insan)".

Dan dalam shalat Jum'at Beliau membaca surat al-Jumu'ah dan surat al-Munafiqun.

Muslim(w. 261), Sahih Muslim 879 • [Sahih]


٤- [عن عبدالله بن عباس:] كان رسولُ اللهِ يقرَأُ في صلاةِ الصُّبحِ يومَ الجُمعةِ {الم * تَنْزِيلُ} و{هَلْ أَتى عَلى الْإِنْسانِ}، وفي صلاةِ الجُمعةِ سورةَ الجُمعةِ و{إِذا جاءَكَ الْمُنافِقُونَ}

الطبراني (ت ٣٦٠)، المعجم الأوسط ٢‏/١٠١  •  لم يرو هذا الحديث عن شعبة عن الحكم إلا محمد بن يزيد تفرد به محمد بن حسان

HR.At-Tabarani(w.360) al-Mujam al-Awsat 2/101 • Hadis ini tidak diriwayatkan dari Syu'bah dari al-Hakam kecuali oleh Muhammad bin Yazid.

Tafarrudnya Muhammad bin Hassan, dia perawi tunggal. 

جامع الأصول (5/ 689)

 - (م د س ت) ابن عباس - رضي الله عنهما -: «أن النبيَّ - صلى الله عليه وسلم- كان يقرأ في الفجر يوم الجمعة {آلم. تنزيل} في الأولى، وفي الثانية: {هل أَتى على الإنسان} وفي صلاة الجمعة بـ {سورة الجمعة} و {المنافقين} » أخرجه مسلم وأبو داود والنسائي، وأخرجه الترمذي إلى قوله: «الإنسان» وأخرجه أبو داود مثل الترمذي أيضاً (1) .

Intinya: Imam Tirmidzi meriwayatkan dan tidak menyebut bacaan salat Jumat. 

Telah menceritakan kepada kami [Musaddad] telah menceritakan kepada kami [Yahya] dari [Syu'bah] dari [Mukhawwal] dengan sanad dan maksud yang sama. Dia menambahkan; "dalam salat Jum'at Beliau membaca surat Al-Jumu'ah dan "IDZAA JAA`AKAL MUNAAFIQUUN(surat al-Munafiqun)."

Intinya: Bacaan dalam salat Jumat itu tambahan perawi saja.

Menurut Abu Dawud. 

سنن أبي داود ت الأرنؤوط (2/ 302)

عن ابن عباس، أن رسولَ الله - صلَّى الله عليه وسلم - كان يقرأ في صَلاة الفجرِ يومَ الجمعة: {الم (1) تَنْزِيلُ} السجدة, و {هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ} (1).

1075 - حدثنا مُسددْ، حدثنا يحيى، عن شعبةَ، عن مُخوّل، بإسناده ومعناه، وزاد: في صلاة الجمعة بسورةِ الجمعة {إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ} (2).

Intinya: Di sini Abu Dawud meriwayatkan hadis Ibnu Abbas tadi, hadisnya Ibnu Abbas tadi ada tambahan tentang bacaan Rasulullah di hari Jumat dengan surat al-Jumuat dan al-Munafiqun itu tambahan dari perawi, bukan dari Ibnu Abbas.

Jadi tambahan itu bukan dari Ibnu Abbas berarti kurang valid.

Sanadnya hadis Ibnu Abbas itu sebagai berikut: 

صحيح مسلم (2/ 599)

(879) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مُخَوَّلِ بْنِ رَاشِدٍ، عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abdah bin Sulaiman] dari [Sufyan] dari [Mukhawwal bin Rasyid] dari [Muslim al-Bathin] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas]

Hadis Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah pada salat Jumat membaca surat al-Jumuat dan al-Munafiqun itu walaupun diriwayatkan oleh Imam Muslim, tapi realitanya adalah tafarrud(tunggal) kepada Said bin Jubair.

Jadi boleh dikatakan hadis munkar.

Dan Imam Abu Dawud sendiri dalam kitab Sunannya telah menyatakan bahwa keterangan tentang bacaan Nabi dalam salat Jumat yaitu surat al-Jumuat dan al-Munafiqun itu adalah tambahan perawi.

Hadisnya munkar dan tidak bisa dibuat pegangan.

Hadis tersebut kadang dibuat pegangan oleh orang-orang yang mengatakan bahwa salat Jumat itu 2 rakaat. Buktinya Rasulullah hanya membaca surat Jumuat dan al-Munafiqun dengan dasar hadis Ibnu Abbas itu. Padahal hadis Ibnu Abbas itu tidak valid.

Mengapa tidak valid?

Karena tafarrud kepada Said bin Jubair.

Keduanya ada keterangan dari Abu Dawud dalam kitab Sunannya, bacaan salat Jumat itu tambahan dari perawi, bukan dari Ibnu Abbas, karena itu hadis tsb tidak bisa dibuat pegangan.

Bila hadis tersebut disampaikan atau disahihkan, juga tidak bisa dibuat pegangan untuk mengatakan bahwa salat Jumat 2 rakaat, karena salat Zuhur pun kadang-kadang disebut dalam hadis bacaannya hanya untuk 2 rakaat, kadang bacaannya untuk 1 rakaat sebagaimana hadis sebagai berikut:

٨- [عن جابر بن سمرة:] أنَّ النبيَّ ﷺ كانَ يَقْرَأُ في الظُّهْرِ بـ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلى}[الأعلى:١] وفي الصُّبْحِ بأَطْوَلَ مِن ذلكَ.

مسلم (ت ٢٦١)، صحيح مسلم ٤٦٠  •  [صحيح]  

و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ سِمَاكٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَفِي الصُّبْحِ بِأَطْوَلَ مِنْ ذَلِكَ 

Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Abu Dawud ath-Thayalisi] dari [Syu'bah] dari [Simak] dari [Jabir bin Samurah] bahwa Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam membaca dalam salat Zuhur surat "Sabbihisma Rabbikal al-A'la(QS.Al-A'la)", sedangkan dalam salat Subuh dengan surat yang lebih panjang darinya.

Muslim (w. 261), Sahih Muslim 460 • [Sahih]

Hadis tersebut menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melakukan salat Zuhur dengan membaca "Sabihisma robbikal a'la dan dalam salat subuh dengan surat yang lebih panjang dari itu. Hadis riwayat Muslim.

Apakah dengan adanya hadis itu salat Zuhur hanya 1 rokaat?

Begitu juga hadis Ibnu Abbas, dimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membaca dalam salat Jumat dengan surat al-Jumuat dan al-Munafiqun, maka tidak bisa dikatakan bahwa salat Jumat 2 rakaat.

Makanya hadis tersebut tidak bisa dibuat pegangan untuk menentukan rokaat salat Jumat atau rokaat salat Zuhur


Abu Qatadah berkata;

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عليه وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنْ صَلَاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ وَيُسْمِعُ الْآيَةَ أَحْيَانًا وَكَانَ يَقْرَأُ فِي الْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الْأُولَى وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مِنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ 

Nabi saw membaca dalam 2 rakaat pertama salat Zuhur dengan surat Fatihah dan 2 surat.

Beliau memanjangkan rakaat pertama, dan yang kedua lebih pendek, terkadang kita mendengar ayatnya.

Beliau juga membaca dalam salat Ashar dengan al-Fatihah dan 2 surat.

Pada rakaat pertama Beliau panjang, dan Beliau juga memanjangkan pada rakaat pertama salat Subuh dan rakaat keduanya agak pendek.

Menurut riwayat Bukhori tanpa terkadang Nabi saw membaca dengan sedang, terkadang tidak………………..", tapi dipastikan bacaan Nabi saw dengan suara sedang  agar kepada makmum terdengar.

Dan bagaimanakah bisa diketahui oleh kita(para sahabat) bahwa Rasulullah saw membaca 2 surat dan al-Fatihah bila Beliau membacanya dengan samar?

وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ وَيُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مَا لَا يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ وَهَكَذَا فِي الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِي الصُّبْحِ

Rasulullah saw membaca ayat (bukan berbisik) dan di rakaat pertama dipanjangkan, tidak sebagaimana  di rakaat kedua.

Demikian pula apa yang Beliau lakukan waktu Subuh.  


Dalam hadis itu dikatakan bahwa bacaan Rasulullah dalam salat Ashar dan Zuhur hanya dalam 2 rokaat.

Hal ini tidak menunjukkan bahwa salat Zuhur hanya 2 rakaat, padahal yang benar salat Zuhur adalah 4 rokaat.

Salat Jumat itu sebetulnya tidak ada, Al-Quran hanya mewajibkan salat Zuhur di hari Jumat, bukan salat Jumat di hari Jumat, lihat ayat 9 surat al-Jumuat, disitu dikatakan kita disuruh hadir salat di hari Jumat.

Tidak ada ayat yang mewajibkan salat Jumat, yang ada itu ayat yang mengharuskan mendatangi salat di hari Jumat, yakni salat Zuhur itu.


Kita ini dari dulunya sudah salah dalam menjalankan salat Zuhur di hari Jumat, kita ini tertipu dengan hadis-hadis dhaif, kita tinggalkan Al-Quran dan tidak terasa bahwa kita ini telah meninggalkan Al-Quran, bahkan teman-teman kita banyak yang sudah meninggal dunia dan tidak mengerti maksud ayat 9 surat al-Jumat tsb, yaitu kita ini diundang untuk mengerjakan salat di hari Jumat, makanya ulama menyatakan bahwa waktu salat Jumat adalah salat Zuhur, mengapa begitu?

Sebab salat Zuhur itulah sebetulnya yang dimaksudkan dalam ayat 9 surat al-Jumuat itu, bukan salat Jumat.

Kita diwajibkan mengerjakan salat Zuhur dalam 1 ayat yakni "Aqimis sholata lidulukis Syamsi" ayat 78 surat al-Isra'(dirikanlah salat ketika matahari condong ke barat yakni ketika waktu Zuhur).

Itulah ayat yang mewajibkan kita untuk menjalankan salat Zuhur, kita ini mengerjakan 2 rokaat salat Jumat berarti kita meninggalkan salat Zuhur.

Lihat ayat-Nya sbb:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

"Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat di hari Jumu'at, maka bersegeralah kamu mengingat kepada Allah dan tinggalkanlah jual-beli.

Yang demikian itu lebih baik bagi mu jika kamu mengetahui".

(QS.Al-Jumuah 9)

Senin, 30 November 2020

Kajian Salat Jum'at 4 rakaat ke 2

 

 

Kajian Salat Jum'at 4 rakaat ke 2

Jadi hadits itu menurut riwayat Abu Nuaim, perawinya bernama Sufyan bin Habib. Ini tafarrud, hanya dia yang meriwayatkan, dan ini termasuk cacat yang sangat menurut ulama dulu.

Hadis sedemikian ini adalah hadis munkar dan gharib, waktu Sofyan bin Habib, ribuan manusia saat itu tidak mengerti hadits itu.

Imam Malik menyatakan bahwa hadis sedemikian ini adalah ilmu yang jelek dan yang baik adalah yang diriwayatkan oleh orang banyak

٥- [عن عمر بن الخطاب:] صلاةُ الجمُعَةِ ركعتانِ وصلاةُ الفطرِ ركعتانِ وصلاةُ الأضحى ركعتانِ وصلاةُ السفرِ ركعتانِ تمامٌ غيرُ قَصْرٍ على لسانِ محمدٍ

الضياء المقدسي (ت ٦٤٣)، السنن والأحكام ٢‏/٣٨٤    [فيه] عبد الرحمن بن أبي ليلى قال النسائي : لم يسمعه من عمر    أخرجه النسائي (١٥٦٦)، وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد (٢٥٧) باختلاف

Hadist salat Jumat 2 rokaat yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab itu ditulis oleh Addhiya al-Maqdisi dalam kitab Sunan wal Ahkam. Beliau menyatakan ada perawi bernama Abdurrahman bin Abi Laila, Imam  Nasa`i  menyatakan dia tidak mendengar dari Umar. Riwayat Imam Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad dengan perbedaan.

النووي (ت ٦٧٦)، المجموع ٤‏/٥٣٠    حسن    أخرجه النسائي (١٤٤٠)، وابن ماجه (١٠٦٤)،

وأحمد (٢٥٧) باختلاف

Imam  Nawawi dalam kitab Al-Majmu menyatakan: Hadis tersebut Hasan.

Ia juga diriwayatkan oleh an-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad dengan perbedaan.

Komentarku: Pernyataan Imam Nawawi ini tidak benar, karena Abdurrahman bin Abi Laila tidak mendengar dari Umar, dengan demikian sanadnya terputus dan hadis yang sanadnya terputus itu dikatakan hadits lemah. Dalam kitab al-Baiquni dikatakan:

وكل ما لم يتصل بحالِ   إسناده منقطع الأوصالِ

Setiap hadis yang sanadnya tidak bersambung maka dikatakan terputus.

- [عن عبدالرحمن بن أبي ليلى:] عن عمرَ بنِ الخطّابِ رضي اللهُ تعالى عنه قال: صلاةُ الجمعةِ ركعتانِ وصلاةُ الفطرِ ركعتانِ وصلاةُ الضحى ركعتانِ وصلاةُ السفرِ ركعتانِ تمامٌ غيرُ قَصْرٍ

ابن الملقن (ت ٧٥٠)، خلاصة البدر المنير ١‏/٢١٨    صحيح    شرح رواية أخرى

Hadis tersebut juga disebutkan oleh Ibnul Mulaqqin  dalam kitab Khulasoh Al-Badri Munir lalu dikatakan sahih, anehnya ada kata salat Dhuha.

Salat Idul Adha dalam hadis yang lalu diganti dengan salat Dhuha. Ini namanya redaksi hadisnya kacau.  Mengapa dikatakan hadits tersebut sahih.?

Padahal hadis itu juga diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abdillah dari Umar bin Khattab, sanadnya juga terputus, dan dalam kaidah ilmu musthalah hadits, sanad yang terputus itu dikatakan hadits lemah.

Itu adalah kekeliruan dan kita tidak mengikutinya.

عن عمر بن الخطاب:] عن عمرَ بنِ الخطّابِ رضيَ اللهُ عنهُ قال صلاةُ الجمعةِ ركعتانِ وصلاةُ الفطرِ ركعتانِ وصلاةُ الأضحى ركعتانِ وصلاةُ السَّفرِ ركعتانِ تمامٌ غيرَ قصرٍ على لسانِ نبيِّكُم محمَّدٍ

ابن الملقن (ت ٧٥٠)، تحفة المحتاج ١‏/٥٤٠    صحيح أو حسن [كما اشترط على نفسه في المقدمة]    شرح رواية أخرى

Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Ibnul Mulaqqin juga menyebut hadis tersebut dengan redaksi yang tepat, tidak diganti dengan salat Dhuha, tapi masih ditetapkan salat idul Adha dan menyatakan sahih atau Hasan.

Komentarku: Pernyataan Ibnul Mulaqqin sedemikian ini salah, walaupun beliau pengarang kitab, kesalahan tetap harus dikatakan, dan kebenaran walaupun dari orang yang tidak mengarang kitab tetap dibenarkan. Kita ini menghormati kebenaran karena kebenarannya bukan kita katakan benar terhadap kesalahan karena orang yang mengatakan adalah orang besar.

Kaidah kebenaran kita atau standar kita bukan itu.

Kita menjunjung kepada kebenaran.

- [عن عمر بن الخطاب:] صلاةُ الجمُعةِ رَكْعتانِ، وصلاةُ الفطرِ رَكْعَتانِ، وصلاةُ الأضحى رَكْعتانِ، وصَلاةُ السَّفرِ رَكْعتانِ تمامٌ غيرُ قَصرٍ على لِسانِ مُحمَّدٍ

الألباني (ت ١٤٢٠)، صحيح النسائي ١٤١٩    صحيح    أخرجه النسائي (١٤٢٠) واللفظ له، وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد

Albani menyatakan hadis tersebut adalah sahih dalam sahih kitab Nasa`i.

Ia juga diriwayatkan oleh Imam Nasa`i  dan redaksi hadits adalah riwayatnya juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad.

Komentarku: Perkataan Imam Albani ini tidak tepat, sanadnya terputus dan Imam Nasa`i sendiri mengatakan seperti itu.

Mengapa Albani menyatakan sahih dan ia telah dilemahkan oleh Imam Nasa`i sendiri.

[عن عمر بن الخطاب:] قال: صلاةُ الجمعةِ ركعتانِ، والفطرُ ركعتانِ، والنحرُ ركعتانِ، والسفرُ ركعتانِ، تمامٌ غيرُ قصرٍ على لسانِ النبيِّ صلى الله عليه وعلى آله وسلم

الوادعي (ت ١٤٢٢)، أحاديث معلة ٣٢٧    ظاهره الصحة ، ولكن عبد الرحمن بن أبي ليلى لم يسمع من عمر 

Hadis tersebut juga dimasukkan oleh al-Wadi`i pengarang dari Yaman dan muridnya Albani dalam kitabnya Ahadits Muallah-koleksi hadis-hadis yang cacat.

Abdurrahman bin Abi laila tidak mendengar dari Umar bin Khattab.

Syaikh Muqbil bin Hadi bin Qayidah al-Hamdany al-Wadi'i al-Khilaly (arab: مقبل بن هادي الوادعي) adalah salah seorang ulama besar kontemporer dari Yaman yang ahli dalam bidang ilmu Hadits. Nama kunyahnya adalah Abi Abdirrahman, lebih dikenal dengan Syaikh Muqbil (atau: Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi'i).

[عن عمر بن الخطاب:] عن عمرَ قال: صلاةُ الجمعةِ ركعتان ، وصلاةُ الأضحى ركعتان ، وصلاةُ السَّفرِ ركعتان تمامٌ غيرُ قصرٍ على لسانِ نبيِّكم .

الذهبي (ت ٧٤٨)، المهذب ٣‏/١١٢٩    رواه شريك عن زبيد على الإرسال

Imam ad-Dzahabi juga mencantumkan hadis tersebut di kitab Al-Muhadzdzab tapi ada yang kurang yaitu tidak disebutkan salat idul fitri dua rokaat.

Beliau berkata; Hadis ini diriwayatkan oleh Syarik bin Zubaid dengan mursal yakni lemah.

١٦- [عن عمر بن الخطاب:] حديثُ عمرَ: صلاةُ الجمعةِ ركعتان غيرَ قصرٍ على لسانِ محمَّدٍ

ابن حجر العسقلاني (ت ٨٥٢)، التلخيص الحبير ٢‏/٥٨٣    من حديث عبد الرحمن بن أبي ليلى عن عمر، وقال النسائي لم يسمعه من عمر، وكان شعبة ينكر سماعه منه، وسئل ابن معين عن رواية جاء فيها في هذا الحديث عنه سمعت عمر، فقال: ليس بشيء    أخرجه النسائي (١٤٢٠)، وابن ماجه (١٠٦٣)، وأحمد (٢٥٧) مطولاً.

Dalam kitab Talkhisul Habir, Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan: Hadis tersebut dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Umar.

Imam Nasa'i berkata; Abdurrahman tidak mendengar hadits tersebut dari Umar, Syu'bah sendiri menyatakan ingkar terhadap hal tsb yaitu Abd Rahman mendengarnya dari  Umar.

Ibnu Ma'in ditanya tentang riwayat itu lalu berkata; Bukan apa-apa maksudnya: Lemah dan tidak bisa dibuat hujjah.

السنن الكبرى للنسائي (1/ 271)

 - أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ، عَنْ سُفْيَانَ هُوَ ابْنُ حَبِيبٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ زُبَيْدٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ عُمَرَ، قَالَ: «صَلَاةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ، وَالْفِطْرُ رَكْعَتَانِ، وَالنَّحْرُ رَكْعَتَانِ، وَالسَّفَرُ رَكْعَتَانِ، تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»

أَدْخَلَ يَزِيدُ بْنُ زِيَادِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ بَيْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، وَبَيْنَ عُمَرَ كَعْبَ بْنِ عُجْرَةَ

Dalam kitab Sunan Kubro oleh an-Nasa'i diterangkan: Yazid bin Ziyad bin Abil Ja`d memasukkan perawi bernama Ka`ab bin Ujroh antara Abdurrahman bin Abi Laila dan Umar.

komentarku: Mengapa begitu, agar dikatakan hadis tersebut sahih, sebab Ka`ab bin Ujroh mendengar hadits dari Umar, kalau Abdurrahman sama sekali tidak mendengarnya menurut ulama ahli hadits

٢٧- [عن عبدالرحمن بن أبي ليلى:] عن عمر رضي الله عنه قال: صلاةُ السَّفَر ركعتان، وصلاة الأضحى ركعتانِ، وصلاة الفطر ركعتان، وصلاة الجمعة ركعتان، تمامٌ غيرُ قَصرٍ، على لسان محمد .

الكمال بن الهمام (ت ٨٦١)، شرح فتح القدير ٢‏/٣٢    إعلاله بأن عبد الرحمن لم يسمع من عمر مدفوع بثبوت ذلك.

Dalam kitab Syarah Fathul Qadir, Al-Kamal bin al-Hammam mengatakan: Cacatnya hadis tersebut adalah Abdurrahman tidak mendengarnya dari Umar tertolak karena hal itu sudah ada hadisnya.

Komentarku: Seandainya sanadnya sahih, ada persoalan lagi yaitu redaksi hadis tsb yang menyatakan tidak diqashar salat bepergian 2 rokaat itu bertentangan dengan ayat sebagai berikut:

وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ إِنْ خِفْتُمْ أَن يَفْتِنَكُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ إِنَّ الْكَافِرِينَ كَانُوا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِينًا

"Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagi mu".(QS.An-Nisa 101)

Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa salat 2 rakaat dalam bepergian adalah salat qashar.

Padahal dalam hadis itu dikatakan salat 2 rakaat dalam bepergian itu salat yang sempurna tanpa diqhasor.

Bila kita percaya hadis tersebut, kita berarti kafir kepada ayat 101 an-Nisa, karena itu dahulukan Alquran dan menomor duakan hadis.

Bila bertentangan, maka peganglah Alquran, sebab hadis mungkin keliru dan Alquran mesti benar, Allah berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ

"Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan AlKitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) AlKitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)".(QS.Al-Baqarah 176)

٢٨- [عن عمر بن الخطاب:] عن عمرَ أنهُ قال: صلاةُ السَّفرِ رَكعتانِ، وصلاةُ الأضحى رَكعتانِ، وصلاةُ الفطرِ رَكعتانِ، وصلاةُ الجمعةِ رَكعتانِ، تمامٌ من غيرِ قَصرٍ، على لسانِ محمَّدٍ

الشوكاني (ت ١٢٥٥)، نيل الأوطار ٣‏/٢٥٠ • رجاله رجال الصحيح إلا يزيد بن زياد بن أبي الجعد وقد وثقه أحمد وابن معين وقد روي من طريق أخرى بأسانيد رجالها رجال الصحيح

Imam Syaukani dalam kitab Nailul Authar menyatakan: Perawi-perawinya adalah perawi Sahih Bukhari.

Imam Ahmad dan Ibnu Ma'in menyatakan beliau terpercaya, dan sungguh hadis ini diriwayatkan dari jalur lain dengan sanad yang perawi-perawinya adalah perawi Sahih Bukhari.

komentar saya: Diriwayatkan oleh siapapun hadis tersebut, redaksinya adalah cacat dan bertentangan dengan ayat 176 al-Baqarah.

Ada yang memasukkan Ka`ab antara perawi Abdurrahman bin Abi Laila dan Umar, dan ada yang tidak. Dengan demikian sanad hadis tersebut adalah kacau dan ini menunjukkan hadis tersebut tidak bisa dibuat pegangan.

Sabtu, 28 November 2020

Kajian salat jumat 4 rakaat ke 1

 

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh pada akhir-akhir ini saya merubah tata cara salat Jumat , saya bersama murid-murid saya yang asalnya dua rakaat menjadi 4 rokaat. Mulai kecil saya ini melakukan salat Jumat di masjid masjid NU di giri Gresik . Begitu juga di pondok pesantren Langitan Tuban, begitu juga di Mekah di Masjidil haram saya juga menjalankan salat Jumat 2 rokaat sampai umur sekarang yaitu umur 63 tahun.

Suatu saat murid-murid saya ini bertanya kepada saya : Pak ustad apakah ada dalilnya salat Jumat 2 rakaat itu lalu saya cek hadis hadis yang menyatakan bahwa salat Jumat 2 rokaat itu lemah semuanya suatu misal hadis sebagai berikut.

عن عبدالرحمن بن أبي ليلى:] عن عُمرَ رضيَ اللهُ عنه، قال: صَلاةُ السَّفَرِ رَكعتانِ، وصَلاةُ الأَضحى رَكعتانِ، وصَلاةُ الفِطرِ رَكعتانِ، وصَلاةُ الجُمُعةِ رَكعتانِ، تَمامٌ غَيرُ قَصْرٍ على لِسانِ محمَّدٍ . قال سُفيانُ: وقال زُبَيدٌ مرَّةً: أُراهُ عن عُمرَ. قال عبدُ الرَّحمنِ على غَيرِ وجْهِ الشَّكِّ. وقال يَزيدُ- يعني: ابنَ هارونَ-: ابنُ أبي ليلى، قال: سمِعْتُ عُمرَ رضيَ اللهُ عنه.

أحمد شاكر (ت ١٣٧٧)، مسند أحمد ١‏/١٣٤إسناده ضعيف

Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Umar radhiyallahu'anhu berkata salat dalam bepergian 2 rokaat, salatIdul adha adalah 2 rokaat , salat idulfitri juga 2 rokaat, salat Jumat 2 rokaat lengkap  atau sempurna bukan qashar. Perkataan  ini dari lidah nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam.  Sofyan berkata berkata pada suatu saat :  Saya kira dari Umar Abdul Rahman Abdurrahman berkata dengan nada tidak ragu lagi dan Yazid atau Ibnu Harun atau Ibnu Abi Laila berkata : Aku mendengar Umar radhiallahu an

Hadis tersebut dikomentari oleh Ahmad Syakir dalam musnad Ahmad, sanadnya lemah.

 

[عن عمر بن الخطاب:] صلاةُ السفرِ ركعتانِ، وصلاةُ الجمعةِ ركعتانِ، وصلاةُ الفطرِ ركعتانِ، وصلاةُ الأضحى ركعتانِ، تمامٌ غيرُ قصرٍ على لسانِ محمدٍ

البزار (ت ٢٩٢)، البحر الزخار ١‏/٤٦٥ رواه عن الثوري وشعبة ولم يذكرا كعب بن عجرة عن عمر، وهما حافظان، وذكره يزيد بن زياد وهو غير حافظ أخرجه النسائي (١٤٤٠)، وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد (٢٥٧) باختلاف يسير، والبزار (٣٣١) واللفظ

 

Dari Umar bin Khattab berkata: salat dalam bepergian 2 rokaat, salat dalam salat Jumat 2 rokaat, salat idulfitri 2 rokaat dan salat idul Adha 2 rokaat,  itu salat yang sempurna tidak di qashar. Perkataan  ini dari lidah Muhammad shallallahu alaihi wasallam

 Al bazzar meriwayatkan hadis tersebut dalam kitab Al Bahri  Ia diriwayatkan dari sahuri dan Subah dan keduanya nya keduanya tidak menyebut ka'ab bin ujrah dari Umar. Padahal keduanya adalah hafiz sedang Yazid bin ziyad menyebutnya padahal beliau tidak  hafiz. Ia diriwayatkan oleh an-Nasa`i  eh dan Ahmad dengan perbedaan sedikit

 

٣- [عن عمر بن الخطاب:] عن عُمرَ: صلاةُ الجمعةِ رَكْعتانِ، وصلاةُ الفطرِ رَكْعتانِ وصلاةُ الفجرِ رَكعتانِ وصلاةُ الأضحى رَكْعتانِ وصلاةُ السَّفرِ ركعتانِ تمامٌ غيرُ قَصرٍ على لسانِ نبيِّكم

النسائي (ت ٣٠٣)، تخريج الكشاف ١‏/٣٥٤    عبد الرحمن لم يسمعه من عمر    أخرجه النسائي (١٤٤٠)، وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد (٢٥٧) باختلاف يسير

Menurut riwayat an Nasa`i  ada tambahan "

salat fajar 2 rakaat . Hadis tersebut diriwayatkan oleh an-Nasa`i  dalam kitab takhrijul kassyaf  dan ada keterangan Abdurrahman tidak mendengar hadits tersebut dari Umar. Ia diriwayatkan oleh Nasa`i  Ibnu Majah dan Ahmad dengan perbedaan sedikit

jadi ada tambahan salat fajar 2 rakaat ini dalam riwayat an Nasa`i  bukan lainnya dan ada keterangan Abdurrahman tidak mendengar dari Umar.

Ini menunjukkan bahwa hadits tersebut lemah

 

ابن حبان (ت ٣٥٤)، صحيح ابن حبان ٢٧٨٣    أخرجه في صحيحه

 

Ibnu hibban meriwayatkan hadis tersebut dalam kitab shahihnya dan beliau menyatakan sahih.

Komentar saya: Perkataan Ibnu hibban ini tidak bisa dibenarkan karena Abdurrahman bin Abi Laila tidak mendengar hadits tersebut dari Umar sebagaimana dikatakan oleh  Imam  Nasa`i  sendiri

٧- [عن عمر بن الخطاب:] صلاةُ الجمعةِ ركعتانِ، وصلاةُ المسافرِ ركعتانِ، تمامٌ غيرُ قصرٍ، على لسانِ نبيِّكمْ

ابن حزم (ت ٤٥٦)، المحلى ٥‏/٤٥    احتج به ، وقال في المقدمة: (لم نحتج إلا بخبر صحيح من رواية الثقات مسند)    أخرجه النسائي في «السنن الكبرى» (٤٩٠) واللفظ له، وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد (٢٥٧)    شرح رواية أخرى

 

Dari Umar bin Khattab berkata: Salat Jumat 2 rokaat, salatnya orang bepergian 2 rokaat. Salat yang sempurna dan tidak di qashar.  ini dari lidah nabimu Ibnu Hazem menyatakan dalam kitab Al muhalla : Bisa dibuat pegangan dan beliau berkata dalam mukadimahnya: Kami tidak berpegangan kecuali dengan hadits yang shohih dari riwayat perawi-perawi yang terpercaya. Ia diriwayatkan oleh  Imam  Nasa`i  dalam sunan kubro lafal hadis menurut riwayat Nasa`i . Ia juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad

komentar saya: Riwayat Ibnu hazm kali ini tidak menyebutkan salat idul Fitri dan idul Adha,  dengan demikian hadis tersebut dari segi redaksi kacau belau

 dan ini menunjukkan hadits yang lemah

Kita ingat kaidah dalam mustholah  sbb:

وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ    مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِ

      Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.

 

- [عن كعب بن عجرة:] قال عمرُ بنُ الخطابِ: صلاةُ الأضحى ركعتانِ، وصلاةُ الفطرِ ركعتانِ، وصلاةُ الجمعةِ ركعتانِ، وصلاةُ المسافرِ ركعتانِ، تمامٌ غيرُ قصرٍ، على لسانِ نبيِّكُم ، وقد خاب من افترى

ابن حزم (ت ٤٥٦)، المحلى ٤‏/٣٦٥    احتج به ، وقال في المقدمة: (لم نحتج إلا بخبر صحيح من رواية الثقات مسند)   

Dari ka`ab bin Ujrah berkata:  Umar bin Khattab berkata: Salat idul adha dua rakaat, salat idulfitri 2 rokaat, salat Jumat 2 rakaat, shalatnya orang bepergian 2 rakaat. Itu salat yang sempurna tidak di qashar  dari lidah nabimu dan sungguh sia-sia orang yang berdusta

Ibnu hazm berkata dalam kitab Al muhalla:  Ia bisa dibuat hujjah dibuat pegangan. Beliau berkata dalam muqaddimahnya: Kami tidak berpegangan kecuali dengan hadits yang shahih dari riwayat perawi-perawi yang terpercaya dan sanadnya bersambung.

Komentar saya: Hadis ini walaupun dari ka`ab bin ujroh dan Ka`ab ini bertemu dengan Umar bin khotob. Dengan demikian hadis tersebut sebetulnya dari segi sanad bisa disahihkan, karena Kaab bin ujroh bertemu dengan Umar, tapi kalau  Abdurrahman bin Abi Laila yang meriwayatkan itu tidak bertemu dengan Umar dan Umar tidak bertemu dengan Abdurrahman bin Abi Laila.  Kalau dengan kaab bin ujroh Umar pernah bertemu dengannya. Dari segi sanad bias sahih . tapi dari segi redaksi tidak. Mengapa demikian  ada kalimat ini “salat yang sempurna tidak di qashar

Mengapa demikian, karena Allah menyatakan bahwa salat dalam bepergian itu adalah salat yang di qashar lalu mengapa di hadis tersebut dikatakan salat yang lengkap bukan salat yang di qashar.

Bila kita percaya hadis tersebut maka kita ini akan kafir dengan ayat 101 surat an-nisa. Sebab dalam surat an-nisa itu dikatakan salat dalam  berpergian adalah salat yang di qasar bukan salat yang sempurna.

Kalau salat di dalam rumah itu 4 rokaat dan itulah salat yang sempurna. Tapi dalam hadis tersebut dikatakan salat berpergian adalah 2 rokaat salat yang sempurna. Jadi jelas menyalahi kepada ayat al-qur'an 101 Annisa

Hadis tersebut kacau redaksinya, bertentangan dengan Alquran ayat an-nisa ayat 101. Kita ikut Alquran saja dan itu lebih selamat karena Allah berfirman:

وَمَنۡ أَصۡدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِیلا

Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah

Lanjutan ke 2 kajian salat jumat 4 rakaat.

Dan hadis itu tidak boleh bertentangan dengan Alquran karena Allah berfirman

إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

Saya hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepada saya katakanlah wahai Muhammad:  Apakah orang yang buta itu sama dengan orang yang bisa melihat apakah kamu tidak berpikir . surat Al an'am ayat 50

قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ ۚ قُل لَّا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ ۙ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Di ayat lain Allah berfirman: Katakanlah sesungguhnya aku dilarang untuk menyembah apa apa yang kamu berdoa kepada selain Allah. Katakanlah aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu bila aku mengikutinya maka aku akan sesat dan aku tidak termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk 56 al.an`am

٤- [عن عمر بن الخطاب:] صلاةُ الجمعةِ رَكعتانِ، والفطرِ رَكعتانِ، والفجرِ رَكعتانِ، والسَّفَرِ رَكعتانِ، تَمامٌ غيرُ قصير على لسانِ النَّبيِّ

أبو نعيم (ت ٤٣٠)، حلية الأولياء ٧‏/٢١٩    تفرد به سفيان بن حبيب عن شعبة    أخرجه النسائي (١٥٦٦)، وابن ماجه (١٠٦٤)، وأحمد (٢٥٧) باختلاف يسير، وأبو نعيم في «حلية الأولياء»

(٧/١٨٧) واللفظ له

Menurut riwayat abu Nuaim tidak menyebut salat idul adha ,  Abu nu'aim meriwayatkan dalam kitab hilyatul Aulia. Beliau menyatakan Sufyan bin habib menunggal meriwayatkan hadis tersebut dari Syu`bah. Ia juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad dengan perbedaan sedikit, lafal hadis menurut riwayat abu Daud dalam kitabnya