Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Senin, 31 Desember 2012

FPI: Wahid Institute cari duit dengan menebar fitnah



Bilal

Senin, 31 Desember 2012 07:10:51

JAKARTA (Arrahmah.com) - Sekjen Front Pembela Islam (FPI), Sobri Lubis, tak ambil pusing dalam menanggapi pernyataan Wahid Institute yang menobatkan FPI sebagai organisasi masyarakat yang paling banyak melakukan pelanggaran kebebasan beragama di tahun 2012.

 "Biasa itu, LSM cari duitnya seperti itu, menyebar berita fitnah, karena kalau enggak begitu nanti mereka enggak bisa isi perutnya," ujar Sobri kepada Okezone, Sabtu (29/12/2012).

Kata Sobri, pernyataan dari pihak Wahid Institute melalui Koordinatornya yaitu Rumadi, aneh. Kekerasan beragama yang kerap dilakukan warga Nahdatul Ulama (NU) di Jawa Timur justru tak masuk dalam catatan akhir tahun mereka. Padahal hal itu juga kerap terjadi, namun tak disorot.

"Kekerasan NU di Jatim banyak, kekerasan polisi juga banyak tapi dia tidak mau ungkapkan, emang mereka duitnya dari sana, itu dapur mereka," tuturnya.

Sementara terkait pelarangan ibadah bagi jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin di Bogor Jawa Barat, Sobri menegaskan bahwa pembangunan gereja tersebut ilegal atau tak sesuai hukum. Sobri memastikan, FPI tak akan mempermasalahkan pembangunan rumah ibadah jika sesuai prosedur.

"Dekat markas FPI ada lima gereja, semua rukun, enggak ada yang kita persoalkan," tegasnya.

Lanjut Sobri, terkait GKI Yasmin, warga menolak lantaran jemaat ingin membangun gereja didekat pemukiman mereka dengan mengatasnamakan dari pihak gereja, padahal pihak gereja sendiri tak mengizinkan. Hal itu lah yang membuat gesekan-gesekan dimasyarakat.

"Itu namanya penipuan, pelanggaran hukum. Wahid Institute justru membela, dan menjelek-jelekan umat Islam, menjelek-jelekan pemerintah," tuturnya.

Oleh karenanya, sambung Sobri, FPI tak ambil pusing atas pernyataan dari Wahid Institute. "Anjing menggonggong kafilah berlalu," tutupnya. (bilal/arrahmah.com)

Komentarku ( Mahrus ali): 
Itulah Wahid Institute yang anti FPI, tidak mendukungnya, memfitnahnya bukan menyebar kebaikannya. Ia anti penyebaran kebaikan dan suka terhadap penyebaran kedurhakaan untuk mencari ridha barat lalu di benci oleh ahli hadis dan al Quran bangsa Timur, dibenci Allah dan diridhai setan. Ingat saja firmanNya;

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ(8)
Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Shof

HABIB ALWI BIN SALIM ALAYDRUS







Oleh Achmad Fahrizal Zulfani Al Hanif


Lahir Di Malang  pada Tahun 1341 H/1923 M. Wafat 22 Rabiul Tsani 1416 H (19 September 1995). Dimakamkan di pemakaman umum Kasin, Malang. Pendidikan Madrasah Attaraqqie Malang. Putra/Putri 4 Orang.
Perjuangan/Pengabdian :
Kepala Madrasah Attaraqqie Malang, Ketua Majelis Tahkim Masjid Agung Jami' Malang, Rois Syuriyah NU Cabang Kota Malang, Perintis Majelis Taklim Al Islami Kota dan Kabupaten Malang, dan mengajar di beberapa masjid, termasuk di Masjid Agung Jami' Malang.
Ulama Kharismatik, yang Gigih Berdakwah
Nama Al Ustadz Al Habib Alwi bin Salim bin Ahmad Alaydrus di kalangan masyarakat Kota dan Kabupaten Malang sangat berpengaruh. Bahkan, karena kealiman ilmunya, tokoh ulama kharismatik, yang akrab dipanggil Ustadz Alwi ini sangat disegani. Tidak hanya para habaib, kiai, ustadz, dan tokoh masyarakat, tapi para pejabat. Karenanya, beliau dijadikan panutan dalam menentukan suatu hukum Islam yang berkembang saat itu.   
Ustadz Alwi dilahirkan di Malang pada tahun 1341 Hijriyah, bertepatan pada tahun 1923 M. Ketika usia 4 tahun, beliau telah ditinggal wafat ayahnya, Al Habib Salim bin Ahmad Alaydrus. Beliau merupakan putra kedua, dari tiga bersaudara, masing-masing Habib Ahmad bin Salim Alaydrus, dan Habib Hasan bin Salim Alaydrus, semuanya telah dipanggil Allah SWT.
Menurut Habib Sholeh bin Ahmad Alaydrus, keponakan Ustadz Alwi, sewaktu kecil, Ustadz Alwi belajar Al Qur'an dari Syekh Ahmad Kodah, dan menuntut ilmu di Madrasah Attaraqqie di Embong Arab, yang kini menjadi Jl Syarif Al Qodri. Diantara guru-guru beliau, Habib Hasyim, Habib Muhammad, Habib Aqil bin Ali bin Yahya (mereka bertiga itu bersaudara).
Sekitar akhir tahun 1944 M, Ustadz Alwi belajar kepada Al Ustadz Imam Al Habr Al Quthub Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih ra, Pendiri dan Pengasuh Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah Malang. Pada waktu itu, Habib Abdul Qodir Bilfaqih baru pindah dari Mojokerto ke Malang, dan kemudian oleh Habib Sholeh bin Muhammad Mauladdawilah (ayahanda Habib Baqir bin Sholeh Mauladdawilah) diangkat menjadi Kepala Madrasah Attaraqqie.
Sejak itu, Ustadz Alwi mendapat perhatian khusus dari Habib Abdul Qodir Bilfaqih. Sebab Habib Abdul Qodir mengetahui, jika Ustadz Alwi bakal mewarisi ilmu kakeknya, yakni Al Imam Al Kutub Al Habib Abdullah bin Abi Bakar Alaydrus Al Akbar, seorang ulama besar yang meninggal di Kota Tarim, Hadramaut, Yaman Selatan.
"Karenanya, kemanapun Habib Abdul Qodir Bilfaqih berdakwah dan mengajar, ustadz Alwi selalu bersamanya. Hal tersebut berjalan sekitar 18 tahun. Selama itu, beliau menggali berbagai macam ilmu agama, baik yang tersurat maupun yang tersirat dari Habib Abdul Qodir. Kemudian, Ustadz Alwi diminta menggantikan posisi Habib Abdul Qodir sebagai Kepala Madrasah Attaraqqie,'' kata Habib Sholeh bin Ahmad Alaydrus, yang juga cucu menantu Habib Abdul Qodir Bilfaqih.

Namun, dalam perjalanannya, karena selain mengajar di Attaraqqie beliau juga mengajar ngaji di masjid-masjid dan berbagai daerah di Kota dan Kabupaten Malang, jabatan Kepala Madrasah Attaraqqie digantikan kakaknya, yakni Habib Ahmad bin Salim Alaydrus (ayahanda Habib Sholeh bin Ahmad Alaydrus) pada 1968. Itupun karena permintaan umat Islam di Malang yang haus akan ilmu-ilmu dan hikmah yang disampaikan Ustadz Alwi.
Setelah itu, beliau mencurahkan waktu dan harta bendanya untuk kepentingan dakwah dan kajian-kajian ilmu, terutama akhlak dan fiqih. Banyak para kiai sepuh, dan kiai muda, termasuk juga para ustadz dan masyarakat yang mengkaji ilmu di kediaman rumah beliau di Tanjung No 7, yang sekarang menjadi Jl. IR Rais Malang.
Beliau juga mengajar di Masjid Agung Jami' Malang mulai sekitar tahun 1969-an, dengan rujukan kitab Riyadhus Sholihin. Di sela-sela kesibukan berdakwah, beliau juga menjadi Ketua Majlis Tahkim Masjid Agung Jami' Malang pada 1986-1995, dan menjadi Rois Syuriyah NU Cabang Kota Malang mulai tahun 1971 sampai 1977.
Pada 1 Oktober 1981, Ustadz Alwi bersama H. Samsul Arif  Zaki dan 11 orang lainnya, yang waktu itu masih aktif di Pengurus NU, GP Ansor Cabang Kota Malang mendirikan Majlis Taklim Al Islami, yang kemudian kelompok pengajian itu menyebar ke berbagai daerah.
Upaya menegakkan ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jama'ah, yang bernafas Islamiyah, Sunni, dan Syafi'iyah, pada tahun 1989 ustadz Alwi mendirikan Pesantren Darut Taklim wad Dakwah di Bumiayu, Kedungkandang, yang tanahnya dibeli sendiri, dan kini diteruskan keluarganya, terutama untuk pengajian ibu-ibu muslimat, yang diasuh oleh ustadah (istri Ustadz Alwi).
Tokoh ulama, yang hidup sederhana dan ahli fiqih ini, menurut Habib Sholeh, sangat berhati-hati dalam menerapkan hukum Islam. ''Beliau tidak pernah m
Bahkan, saking hati-hatinya ulama yang mempunyai referensi ribuan kitab ini, dalam menerapkan syariat Islam, sewaktu gigi depannya tanggal (patah). Beliau tidak mau mengimami shalat berjamaah, karena dikhawatirkan ketika melafalkan ayat-ayat Al Qur'an itu tidak fasih.
Kegigihan beliau dalam berdakwah untuk menyebarkan ajaran Rasulullah SAW memang sangat tinggi. Meski dalam keadaan kurang sehat, ataupun keadaan hujan, perjalanan ke daerah-daerah pelosok desa, jika sudah waktunya,  maka dalam keadaan apapun akan berangkat. Tak peduli harus berjalan kaki, hingga naik kuda ke daerah Baran, Tajinan, Buring dan beberapa daerah pegunungan di kawasan Buring.
Pernah suatu ketika, setelah ngaji di Ponpes Darus Sa'adah, Gubugklakah, Poncokusumo, Ustadz Alwi malam itu memaksa harus pulang. Padahal waktu itu sudah pukul 20.30 WIB, dengan alasan karena bakda Shubuh harus mengajar ngaji di rumahnya. ''Akhirnya beliau diantar mobil. Namun, sekitar 15 menit kemudian sopir sudah datang. Sewaktu melihat jam, ternyata masih pukul 20.45 WIB, dengan terheran-heran sopir itu mengatakan, jika ia telah mengantarkan bukan orang sembarangan. Mengingat perjalanan Poncokusumo-Malang yang biasanya ditempuh sekitar 2 jam PP itu hanya ditempuh sekitar 15 menit,'' kata Ustadz H Nur Hasanuddin, santri Ustadz Alwi, yang juga Pengasuh Ponpes Darus Sa'adah, seraya menambahkan jika sejak saat itu, sopir yang 'nakal' tersebut langsung tobat dan taat beribadah.
Ustadz Alwi dipanggil Allah SWT pada Selasa 22 Rabiul Tsani 1416 H, bertepatan pada 19 September 1995 sekitar pukul 04.30 WIB, setelah adzan Shubuh di kediamannya dalam usia 72 tahun, dan dimakamkan di Pemakaman Umum Kasin. Beliau wafat karena sakit gagal ginjal, sempat dirawat di rumah sakit RST Soepraoen, Sukun Malang. Beliau meninggalkan seorang istri dan empat anak, diantaranya dua putra, yakni Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus, dan Asadullah bin Alwi Alaydrus, yang belajar di Hadramaut, Yaman, serta dua orang putri. (*)
Sumber: http://zulfanioey.blogspot.com/2012/09/habib-alwi-bin-salim-alaydrus.html


Komentarku ( Mahrus ali): 
  Kesan saya setelah membaca sejarah hidupnya, Ust Habib Alwi bin Salim ini termasuk tokoh yang di gemari kalangan ahli bid`ah, bukan  kalangan ahlus sunnah. Dan beliau sendiri juga tokoh mereka bukan kroconya. Beliau termasuk figur yang fanatik kepada golongan dan menjadi pimpinannya. Ayat ini, yang mengancam beliau:

وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَ تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ(31)مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ(32)
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.  Surat Rum 31-32

Minggu, 30 Desember 2012

Riwayat hidup Habib Zein Al Jufri



Habib Zein Al Jufri dikenal sebagai orang yang tidak banyak bicara, suka beramal shalih, dan akhlaqnya sangat tinggi, la menghormati para ulama, menyayangi para pemuda, dan lembut kepada anak-anak.
Diantara ciri khas akhlak beliau yang terlihat ialah “Kalau datang di suatu majelis, beliau duduk di belakang, dan tidak ingin merepotkan orang lain dengan melangkahi tempat duduk orang lain,” ujar Habib Ahmad Al-Jufri.

Banyak orang merasa ditolongnya. Seperti ketika terjadi banjir di Semarang, ada seseorang yang kebanjiran mendapatkan bantuan beras dan pakaian dari Habib Zen. Di lain waktu orang itu datang ke Habib Zen dan berterima kasih karena sudah dibantu ketika banjir. la mengatakan, ia bertemu Habib Zen pada waktu banjir itu. Saat itu Habib Zen mengenakan sarung, baju, dan peel putih, persis seperti yang dimiliki Habib Zen. “Padahal pada saat itu, saya tahu, Abah ada di dalam kamar rumah karena sakit,” kata Habib Ahmad.

Habib Zen Al-Jufri lahir di Kawasan Petek, Semarang Utara, pada 1911, la adalah salah satu dari empat anak Habib Ali bin Ahmad bin Umar Al-Jufri, Leluhurnya, Habib Umar Al-Jufri, berasal dari Taris, kota kecil antara Seiwun dan Syibam, datang ke Semarang bersama anaknya yang masih kecil, Ahmad. Habib Umar lalu berdagang dan berdakwah di Semarang. Kemudian ia mengawinkan anaknya, Ahmad, dengan putri patih Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Kakeknya inilah yang kemudian membangun rumah gedung di Jalan Petek, yang pada waktu itu merupakan rumah yang tergolong mewah dan besar. Ahmad adalah seorang pedagang yang berhasil, sehingga banyak meninggalkan harta benda.

Zen Al-Jufri kecil bersekolah di madrasah di Semarang, kemudian melanjutkan ke Madrasah Syama’il Al-Huda di Pekalongan dan di Surabaya.

Pada umur belasan tahun, ia pernah belajar ke Hadhramaut, tepatnya di kota Taris, dan salah satu gurunya adalah Habib Idrus Al-Jufri, Palu, pendiri Perguruan Al-Khairat. Di Hadhramaut, ia hanya belajar selama tiga bulan. Kemudi¬an ia diajak pulang ke Indonesia oleh Habib Idrus Al-Jufri.

Di tanah air, Habib Zen masih melanjutkan belajarnya kepada banyak guru, khususnya di Jakarta. Di antaranya, Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, Kwitang, tetapi yang cukup teratur ia mengaji kepada Habib Abdur¬rahman Assegaf. Sedang di Pekalong¬an, ia belajar kepada Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas. Setelah itu ia kembali ke Semarang.

Rumahnya di Jalan Petek di Se¬marang merupakan persinggahan para habib bila lewat ke ibu kota Jawa Tengah itu. Hampir setiap Sya’ban, Habib Abubakar Assegaf, Gresik, Habib Salim Bin Jindan, Jakarta, Habib Ali bin Husein Alatas, Bungur, Habib Soleh Tanggul, dan yang lainnya, menginap di rumah¬nya. “Kalau para pembesar dari kalangan habaib datang ke rumah Abah, pasti kami adakan pembacaan Maulid dan rauhah,” tutur Habib Ahmad.

Kepada para tokoh habaib itu, Habib Zen selalu berujar, “Masukkan nama ana di hati antum, supaya antum cintai.”
Habib Abubakar Assegaf Gresik menjawab, “Melihat langsung wajah antum, nama antum tersimpan dalam hati ana.” Waliyullah dari Gresik itu menambahkan, “Akhlaqmu, Zen, sebagaimana namamu.” (Zen dalam bahasa Arab berarti “perhiasan” atau “bagus”).

Pada tahun 1950-an, Habib Zen membaca kitab Ihya’ Ulumiddin untuk beberapa pendengar, dan menjelaskan dalam bahasa Arab. Namun karena jama’ah semakin bertambah, pengajian diganti de¬ngan membaca kitab-kitab Habib Abdullah Al-Haddad, seperti An-Nashaih Ad- Diniyyah, dan ditambah Tanbihul Ghafilin.
Pengajian itu berjalan hingga Habib Zen meninggal pada Desember 1992, dimakamkan di Pemakaman Bergota, Semarang.
Seorang janda di Gresik sehari sebelum Habib Zen meninggal berujar, “Orang yang menjatah saya sekarang sudah tidak ke sini lagi.”

Habib Zen memang tidak pemah meninggalkan Haul Habib Abubakar Assegaf Gresik. Di tempat itu, ia suka memberikan jatah uang kepada orang miskin.

Kini banyak generasi muda yang hanya mengenal namanya tetapi belum tahu manaqibnya. Menurut Habib Hasan Al-Jufri dan dua rekannya, Habib Abddurahman Bin Smith, M.A., dan Habib Ghazi Shahab, Habib Zen Al-Jufri adalah ulama besar yang dikenang umatnya bukan karena semata-mata ilmunya, melainkan lebih karena akhlaqnya yang luhur.

Narasumber : “Habib Ahmad bin Zein Al Jufri” (Anak Habib Zein Al Jufri)


Komentarku ( Mahrus ali):
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
mengadakan pembacaan Maulid dan rauhah,” tutur Habib Ahmad.
Komentarku ( Mahrus ali): 

Ahlak, loman, suka bantu kaum lemah bukan orang kuat, adalah perangai terpuja bukan tercela. Hal itu  akan menjadi lebih baik bila di sertai dengan akidah yang elok, bukan akidah yang penuh dengan kesyirikan sepi dari ketauhidan.
Kasihan sekali seorang habib yang mestinya lebih paham tentang kesyirikan ternyata terlibat dalam dunia gelap kesyirikan, bukan dunia terang tauhid. Tentang kesyirikan dalam maulid perlu di klik disini:
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
Membaca kitab Ihya’ Ulumiddin
Komentarku ( Mahrus ali): 
Untuk mengetahui kesesatan kitab Ihya` Klik lagi disini:


Untuk kitab: An-Nashaih Ad- Diniyyah, dan ditambah Tanbihul Ghafilin.

Dua  kitab itu adalah kitab ahli tasawuf yang menyesatkan bukan mengarahkan jalan yang lurus.

Sabtu, 29 Desember 2012

Tragedi Dier Ba'labah, rezim Suriah kembali membantai sedikitnya 200 warga sipil



Muhib Al-Majdi

Ahad, 30 Desember 2012 08:00:45

HOMS (Arrahmah.com) – Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, kekhawatiran penduduk sipil dan para aktivis kemanusiaan di propinsi Homs akan terjadinya pembantaian di kota Dier Ba'labah akhirnya terbukti.

Setelah pasukan rezim Nushairiyah Suriah dan milisi Syiah Shabihah berhasil memasuki kota Dier Ba'labah, Homs pada Sabtu (29/12/2012), mereka melakukan pembantaian biadab terhadap warga sipil muslim yang masih berada dalam kota yang terkepung selama lebih dari enam bulan tersebut.

Aktivis kemanusiaan di propinsi Homs melaporkan kepada kantor berita Islam Asy-Syam bahwa lebih dari 200 warga sipil muslim dibantai oleh pasukan rezim Nushairiyah dan milisi Syiah Shabihah di Dier Ba'labah. Di sebuah sekolah di kota itu, para aktivis kemanusiaan berhasil menemukan lebih dari 150 jenazah warga yang dibantai dan dibakar oleh pasukan jagal rezim.

Sementara itu seorang aktivis kemanusiaan menyatakan kepada kantor berita Sky News Arabic bahwa pembantaian dilakukan oleh pasukan rezim Suriah setelah mereka berhasil memasuki kota Dier Ba'labah. Bombardir artileri berat selama beberapa hari penuh telah melumpuhkan penduduk kota. Mujahidin FSA sendiri telah mundur dari kota itu beberapa hari sebelumnya akibat kehabisan amunisi.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia memperkirakan jumlah korban sangat mungkin bertambah mengingat sampai saat ini pasukan rezim Suriah dan milisi Syiah Shabihah masih bertahan dalam kota. Wartawan kantor berita Ugarit News telah berhasil mencapai kota Dier Ba'labah dan melaporkan langsung keadaan ratusan korban yang sangat mengenaskan tersebut.

(muhib almajdi/arrahmah.com)

Lanjutan Khutbah Syeikh Qaradhawy Di Al Azhar Mesir




Banyak hal telah berubah setelah revolusi di Mesir, dan hal-hal tabu yang telah menjadi salah satu yang diperbolehkan. Berikut adalah pernyataan Presiden Federasi Cendekiawan Muslim Dunia , Sheikh Yusuf al-Qardhawi berdiri berkhutbah di sebuah mimbar masjid Al azhar setelah puluhan tahun dilarang, sebelum mengadakan konferensi untuk mendukung revolusi Suriah.
Dalam khotbah Jumat itu – khotbah kedua yang disampaikan oleh al-Qardhawi Al-Azhar sampai saat ini berumur 87 tahun – beliau mengajak semua rakyat Mesir dari semua agama, kelompok, partai dan kekuatan politik untuk menjaga persatuan rakyat dan rasa persaudaraan dan kepatuhan terhadap persaudaraan Islam. Beliau mengkritik dukungan Iran untuk “rezim Suriah yang zalim lagi brutal”, dan beliau mengatakan  ”Semua  orang yang mendukung Assad adalah orang berdosa dan akan mengundang…”
Qardhawi menuntut kelompok rakyat Mesir untuk berdamai dan meninggalkan perpecahan karena Alquran melarang perpecahan dan keterpisahan, ia juga memuji perbedaan pendapat dan ide dengan syarat untuk kepentingan publik dan menghormati pendapat mayoritas.
Beliau juga menekankan bahwa Revolusi 25 Januari, “Mengajarkan orang-orang untuk mempengaruhi satu sama lain, dan kita bukan malaikat, dan semua orang punya salah, pemerintah salah, rakyat salah, dan oposisi juga salah .. tapi kita tidak harus terus dalam kesalahan”
(zae/al jazeera)

Jumat, 28 Desember 2012

Syaikh Ali al-Shobuni: Di Suriah Syiah bunuhi anak-anak, wanita, dan robohkan masjid

SURABAYA (Arrahmah.com) - Di antara ciri khas akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta'ala, mencintai Rasulullah dan menitai para sahabat Rasul shalallahu alaihi wa sallam. Sedangkan orang yang melaknat para Sahabat, melaknat Abu Bakar, Umar dan Aisyah Radhiallahu anhum bukanlah termasuk Muslim.
Demikian dikatakan oleh ulama kontomporer, Syeikh Muhammad Ali al-Shobuni dalam dialog bertema "Memahami Akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah" usai shalat Jum'at di Masjid al-Akbar Surabaya pada Jumat ( 28/12/2012) kemarin seperti dikutip dari hidayatullah.com
Dalam dialog yang dipandu oleh KH. Abdurrahman Navis, Lc,  anggota MUI Jawa Timur, Syeikh al-Shobuni mengecam keras kelompok Rafidhah. Menurut ulama kelahiran Suriah itu, Rafidhah itu penentang Allah, kafir dan terlaknat.
Dalam kesempatan itu, Syeikh al-Shobuni juga menceritakan sedikit tentang keadaan Muslim Sunni di Suriah, di mana menurutnya, kaum Muslim di Suriah sedang mengalami cobaan dan penderitaan.
Ia mengaku telah dicekal lima tahun tidak boleh masuk Suriah oleh pemerintah Bashar Assad yang berpaham Syiah.
Diceritakan, mereka kaum Rafidhah berlaku kejam dan melakukan tindakan keji. Membunuh anak-anak, wanita dan merobohkan masjid-masjid.
"Apakah ini yang disebut Muslim. Mereka kaum terlaknat, dan thoghut," ujar penulis kitab Tafsir Ayatil Ahkam dan Shofwatu Tafasir ini.
Ia menerangkan, kebiasaan buruk tersebut bukanlah ciri Muslim. 
"Akidah Ahlus Sunnah tidak mengajarkan membunuh anak-anak, wanita dan mengutuk para sahabat," tegasnya.
Di hadapan para jamaah shalat Jum'at Syeikh yang disebut-sebut mufassir abad ke-21 ini berpesan bahwa perbedaan di antara ulama' Ahlus Sunnah adalah perbedaan pada soal ijtihad.
"Perbedaan di kalangan Asy'ari, Maturidi dan lainnya termasuk perbedaan di antara fuqaha seperti membaca bismillah pada fatihah Shalat itu bukan perbedaan prinsip", tegas ulama yang pernah mengajar di Ribath Sayyid Muhammad al-Maliki Makkah.
Di antara mereka, tidak ada yang mengutuk para sahabat. "Mencela sahabat dan mengubah-ubah al-Qur'ah itu bukan Ahlus Sunnah wal Jamaah".
Mengutuk sahabat seperti kaum Rafidhah bukan akhlak Ahlus Sunnah. "Bagaimana mungkin seorang Muslim yang baik melaknat sahabat. Padahal para sahabat diridhai oleh Allah swt, dan Islam menyebar hingga saat ini berkat jasa sahabat. Justru merekalah (Rafidhah) yang terlaknat", pungkasnya.
Syeikh Ali al-Shobuni, adalah mufassir kenamaan yang hidup di abad ke-21. Karyanya Tafsir Ayatil Ahkam dipelajari oleh pelajar di seluruh dunia.
Mendunia
Syeikh al-Shobuni merampungkan program magisternya di universitas Al-Azhar dengan mengambil tesis tentang perundang-undangan dalam Islam pada tahun 1954 M. Kini, ia bermukim di Makkah dan tercatat sebagai salah seorang staf pengajar tafsir dan ulumul Qur'an di fakultas Syari'ah dan Dirosat Islamiyah universitas Malik Abdul Aziz. Selain dikenal sebagai pakar ilmu al-Qur'an, Bahasa Arab, Fikih, dan Sastra Arab, Syeikh Ali al-Shobuni pernah ditetapkan sebagai tokoh Muslim Dunia 2007 oleh DIQA. (bilal/arrahmah.com)

Fatwanya disesatkan, MUI bantah tudingan Wahid Insitute




JAKARTA (Arrahmah.com) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH.Ahmad Cholil Ridwan, membantah tuduhan Wahid Institute yang menempatkan MUI dalam posisi atas, dalam tindak kekerasan agama melalui fatwa-fatwa yang dikeluarkan.

"Enggak benar itu, fatwa itu kan atas dasar ayat-ayat Alquran dan hadist nabi, jadi fungsi dari fatwa adalah untuk menyelamatkan umat dari kesesatan," kata Kiyai Cholil, saat berbincang dengan Okezone, Jumat (28/12/2012).

Sebelumnya, Koordinator Program Wahid Institute, Rumadi Ahmad, berpendapat bentuk tindakan intoleransi yang paling sering dilakukan MUI adalah fatwa-fatwa keagamaan yang menyesatkan kelompok lain, dimana MUI juga meminta pemerintah melarang kelompok tersebut. Selain itu, MUI juga sering melakukan tindakan penyebaran rasa benci terhadap aliran-aliran yang mereka sesatkan.

Terkait hal tersebut, Kiyai Cholil berpandanganngan bahwa MUI berkewajiban untuk selalu melindungi umat dari organisasi atapun golongan yang memang ada untuk menyesatkan umat seperti Ahmadiyah yang mengklaim memiliki nabi terakhir setelah nabi Muhammad.

"Sekali lagi saya tekankan bahwa fatwa yang dikeluarkan MUI itu untuk menjaga umat, dan MUI berkewajiban akan itu. Seperti Ahmadiyah yang menjadi agama sendiri, itu kan sesat, ya kami harus mengingatkan umat, melindungi umat, fatwa itu memiki dasar yang pasti yakni ayat Allah dan Hadist nabi," ujarnya.

Selain MUI, FPI juga dituding sebagai ormas lain yang menonjol sebagai pelaku pelanggaran nonpemerintah. Bahkan FPI berada diposisi teratas dalam hal pelanggaran beragama berdasarkan data Wahid Institute. (bilal/arrahmah.com)



Komentarku ( Mahrus ali): 

Peninggalan Gus dur Wahid Insitute adalah yang menonjol dalam membela kekufuran untuk ganyang Islam, bela barat, anti kepada ajaran Islam yang murni dari Timur. Itu peninggalan yang dimurkai oleh Allah bukan diridhaiNya. Ingatlah ayat ini:




لِيَحْمِلُواْ أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلاَ سَاء مَا يَزِرُونَ ﴿٢٥﴾

025. (ucapan  mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.

Kamis, 27 Desember 2012

Yaa rabbi wardlo anis sulaalah









يَارَبِّ وَارْضَ عَنِ السُّلاَلَةِ
Yaa rabbi wardlo anis sulaalah
Wahai Tuhanku ridalah kepada keturunan Rasulullah 
( Apakah habaib termasuk ahlul bait ? )




Sebetulnya mendoakan keturunan Rasulullah   agar mendapat rahmat terdapat dalam ajaran sholawat kepada  Rasulullah   sbb:

حَدِيْثُ  أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، أَنَّهُمْ قَالُوْا: يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: قُوْلُوْا: اللهُمَّ صَلِّ عَلَى  مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى  آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى  مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى  آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ


.Abu Humaid Ash Sa’idi ra berkata: “Mereka berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana cara bershalawat kepadamu?”
Sabda beliau saw: “Ucapkan: “Allah-humma shalli ‘alla muhammadin wa awajihi wa dzurriyatihi kamaa shalaita ‘alaa aali ibrahim wabaarik ‘alaa muhammadin wa azwajihi wa dzurriyyatihi, kamaa barakta ‘alaa aali ibrahim innaka hamiidun majiid.” (“Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad, beserta isteri-isterinya dan anak cucunya, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah limpahkan berkah kepada Muhammad berserta isteri-isterinya dan anak cucunya, sebagaimana Engkau melimpahkan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”). [1]

Sedang sholawat pada  Rasulullah   di perintahkan dalam ayat:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى  النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. Al Ahzab: 56).

Admin di burdah25.multiply.com menulis sbb:

  Banyak diantara kita sudah mengira bahwa Dzurriyatur Rasul (keturunan dari pada nabi Muhammad SAW) itu sudah tidak ada. Bahkan dengan mengatasnamakan perkembangan teknologi, banyak diantara kaum muslimin dan muslimat yang tertipu dengan tipu daya yang tidak beralasan. Terlebih lagi, semakin maraknya faham-faham yang tidak mempercayai dzurriyatur rasul itu ada, membuat deretan pemahaman tentang ahlul bait semakin rendah. Hanya dengan mengandalkan ‘bukti yang otentik’, banyak dari kalangan umat islam meragukan atas keturunan Rasulullan SAW.

     Apakah seperti ini wajah umat islam sekarang? Wajah yang tidak mencintai Rasul-nya, dan dengan rela membiarkan manusia yang agung terputus sanad-nya. Apakah mungkin Allah SWT membiarkan keturunan sang ‘kekasih-nya’ terputus begitu saja ? Muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah SWT, marilah kita kaji sejenak pembahasan sejarah dibawah ini. Sesungguhnya Sayyidina Siti Fatimah r.a mempunya tiga orang putra, Al Hasan r.a, Al Husain r.a serta Muhsin r.a. Dan dua orang putri Ummu Kulsum r.a dan Zainab r.a. Adapun Sayyidina Hasan r.a dan husain r.a dalam buku-buku sejarah dikenal sebagai tokoh-tokoh Ahlul Bait, yang meneruskan keturunan Rasulullah SAW. Salah satu keistimewaan atau Fadhal Ikhtisos yang didapat oleh Sayyidah Siti Fatimah r.a adalah bahwa keturunannya atau Dzurriayturnya disebut sebagai Dzurriyah Rasulullah SAW. Sebagaimana sesuai dengan keterangan Rasulullah SAW, bahwa anak-anak Fatimah r.a itu bernasab kepada Rasulullah SAW. Sehingga berbeda dengan orang-orang lain yang bernasab kepada ayahnya. Rasulullah SAW bersabda: Artinya:

“Semua bani Untsa (Manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fatimah, maka kepada akulah(Rasulullah SAW) bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (H.R. Tobroni).


Imam Suyuti dalam kitab “Aljamik As Shohir” Juz 2 halaman 92. Menerangkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda: Artinya: “Semua Bani Adam (Manusia) mempunyai ikatan keturunan dari ayah kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah ayah mereka dan akulah Asobah mereka (Ikatan keturunan mereka).” (H.R. At-Tobroni dan Abu Ya’la).

    Dalam tafsir Al-Manar Syekh Muhammad Abduh mengutip sabda Rasulullah SAW: Artinya: “Semua anak adam (Manusia) bernasab (ikatan keturunan) keayahnya kecuali anak-anak Fatimah, maka akulah(Rasulullah SAW) ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka".
    Itulah sebabnya, keturunan Sayyidah Siti Fatimah r.a (dalam hal ini para habib) disebut Dzurriyyaturrosul atau keturunan Nabi Muhammad SAW. Dibawah ini nukilan Fatwa dari seorang ulama besar dan mufti resmi kerajaan Saudi Arabia yang bermazhab WAHABI, yaitu AL-Alamah Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz yang dimuat dalam majalah “AL-MAIDAH” hal 9 no 5692 tanggal 24 oktober 1982. Seorang dari Irak menanyakan kepada beliau mengenai kebenaran golongan yang mengaku sebagai Sayyid atau sebagai anak cucu keturunan Rasulullah SAW. Jawab Syeikh Abdul Aziz Bin Baz: “Orang-orang seperti merka itu terdapat diberbagai tempat dan Negara. Mereka juga dikenal dengan gelar “Syarif”.

    Sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka itu berasal dari Ahlul Baiti Rasulullah SAW. Diantara mereka ada yang sisilahnya berasal dari Sayyidina Al-Hasan r.a dan ada yang berasal dari Sayyidina Al-Husain r.a. ada yang dikenal dengan gelar Syarif dan juga dengan gelar Sayyid. Hal itu merupakan kenyataan yang diketahui umum di negeri yaman dan negeri-negeri lainnya. Adapun mengenai menghormati mereka, mengakui keutamaan mereka dan memberikan kepada mereka apa yang telah menjadi hak mereka, maka semua itu  merupakan perbuatan  baik. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW berulang-ulang mewanti-wanti
“Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahlulbaitku,… Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahlulbaitku,… Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahlulbaitku,…”

    Demikain sebagian dari Fatwa Syeikh Abdul Aziz bin Baz mengenai masih adanya keturunan Rasulullah SAW. Begitupun dengan Al-Allamah Dr. Muhamad Abduh Yamani, seorang ahli sejarah Ahlul Bait. Beliau adalah mantan menteri penerangan kerajaan Saudi Arabia. Dalam bukunya yang berjudul “Allimu Awladakum Mahabbatan Ahli Baitinnabi” halaman 30 cetakan ke-2, ketika beliau membahas Sayyid dan Syarif, beliau menulis: Sayyid dan syarif adalah keturunan Sayyidah Fatimah r.a dan Sayidina Ali Karomawlloohi wajhah. Tidak ada beda antara kedua gelar dari segi nasab dan kemuliaan hubungan dengan sayyidina Muhammad SAW. Mereka semua berasal dari keturunan Rasulallah SAW dan dapat dihargai, dihormati dan dicintai serta dimuliakan. Demikain sedikit keterangan Dr. Muhammad Abduh Yamani mengenai keberadaan keturunan Siti Fatimah binti Rasulullah SAW yang tersebar diberbagai Negara. Khususnya di Indonesia banyak yang menyebutnya dengan sebutan HABIB.

    Delapan dari sembilan wali Songo yang dikenal sebagai penyebar agama Islam di Jawa adalah keturunan Rasulullah SAW. Karena jasa merekalah 90% dari rakyat Indonesia sekarang ( ±200 Juta) beragama Islam. Keberadaan mereka diIndonesia bagaikan penyelamat bangsa. Hal ini sesuai dengan keterangan Rasulullah SAW, dimana beliau pernah bersabda: Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya perumpamaan Ahlul Baiti ku diantara kalian adalah seperti kapal Nuh diantara kaumnya. Barang siapa menaikinya ia pun selamat dan siapa pun tertinggal olehnya ia pun tenggelam” (H.R. Muslim)

    Jelas sudah bahwa para Habib adalah keturunan dari Rasulullah SAW berdasarkan keterangan diatas. Semoga bagi mereka yang masih belum bisa mengakui bahwa Sayyid, Syarif dan juga para Habaib adalah Dzurriyatur Rasul(Keturunan Nabi Muhammad SAW) Allah berikan Taufiq serta Hidayah kepada mereka semua agar mereka selamat serta mendapatkan keberkahan dalam hidup nya. Amin…..[2]





Komentarku ( Mahrus ali ):

Admin menulis hadis sbb:

“Semua bani Untsa (Manusia) mempunyai ikatan keturunan ke ayahnya, kecuali anak-anak Fatimah, maka kepada akulah(Rasulullah SAW) bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.” (H.R. Tobroni).

Arabnya  sbb:
كُلُّ بني أُنْثَى فَإِنَّ عَصَبَتَهُمْ لأَبِيهِمْ ، مَا خَلا وَلَدَ فَاطِمَةَ فَإِنِّي أَنَا عَصَبَتَهُمْ ، وَأَنَا أَبُوهُمْ ".
Sanadnya sbb:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن زَكَرِيَّا الْغَلابِيُّ ، حَدَّثَنَا بِشْرُ بن مِهْرَانَ ، حَدَّثَنَا شَرِيكُ بن عَبْدِ اللَّهِ ، عَنْ شَبِيبِ بن غَرْقَدَةَ ، عَنِ الْمُسْتَظِلِّ بن حُصَيْنٍ ، عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ:
Bercerita kepada kami  Muhammad bin Zakariya Al gholabi, bercerita kepada kami Bisyir bin Mahran, Bercerita kepada kami  Syarik bin Abdillah dari Syabib bin Ghorqodah dari Al mustadhil bin Hushain dari Umar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah   bersabda: …………….
Jalaluddin Assuyuthi berkata:

أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِى (3/44 ، رقم 2631).  قَالَ الْهَيْثَمِى (4/224): فِيْهِ بِشْرٌ بْنُ مَهْرَانَ وَهُوَ مَتْرُوْكٌ.
  Hadis tsb di ririwayatkann oleh Thabrani  44/3 – 2631.  Al Haitsami  berkata: 224/4:  Sanadnya terdapat perawi bernama Bisyir bin Mahran  yang  di tinggalkan oleh ulama. Jadi hadis tsb lemah.  

Ada hadis sbb:
كُلُّ بَنِى آدَمَ يَنْتَمُوْنَ إِلَى عَصَبَةٍ إِلاَّ وَلَدَ فَاطِمَةَ فَأَنَا وَلِيُّهُمْ وَأَنَا عَصَبَتُهُمْ (الطَّبْرَانِى ، وَالْخَطِيْبُ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ حُسَيْنٍ عَنْ فَاطِمَةَ اْلكُبْرَى)
Seluruh banu Adam bersambung kepada ashobah atau keturunan lelaki  kecuali anak  Fathimah, akulah walinya  dan aku ashobahnya .  HR Thabrani  dari Fathimah binti Husain  dari Fathimah al kubro.  [3]  HR Abu Ya`la  6741, Al Khathib 285/11.  

Al haitsami berkata: Sanadnya  terdapat perawi bernama  Syaibah bin Nu`amah,  tidak boleh berhujjah kepadanya [4]

Komentarku:  Hadis tsb  lemah dan tidak bisa di buat pegangan.  

Apa yang di nyatakan oleh Imam Suyuthi dalam kitab “Aljamik As Shohir” Juz 2 halaman 92 dan Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar tidak ada landasannya yang sahih, jadi tidak usah di perhatikan lagi, dan tidak berdalil.  
Sebab keturunan tidak harus dari ayah tapi juga mungkin dari ibu  karena ayat:

وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ(36)فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَامَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
dan aku ( ibu Maryam )  mohon perlindungan untuknya ( Maryam )  serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.[5]
Nabi Isa juga termasuk keturunan Maryam – dari ibunya dari seorang perempuan sekalipun tidak dari ayahnya  dan  memang beliau di lahirkan  tanpa ayah, cukup ibu belaka  dan semua keturunan Rasulullah   di manapun berada  juga dari perempuan dan memang anak Rasulullah   yang lelaki meninggal seluruhnya .  
Lihat firman Nya lagi:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ ءَاتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا(30)وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا(31)وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا(32)وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا(33)ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ(34)
Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.[6]
قبر العذراء - إلى يسار الشارع نجد درجاً ينزل إلى ساحة محاطة بالأسوار العالية. في آخر الباحة ترتفع كنيسة مكرسة لانتقال العذراء. هذه الكنيسة كانت ملكا للفرنسيسكان منذ عام ١٣٦٣م. وأخذها الروم عام ١٧٥٧م.
Kuburan Ibu Maryam – ibu Nabi Isa as.   dari sumber Syi`ah dan saya tidak menjumpai data lagi kecuali dari padanya.  Wallahu a`lam.

Jadi untuk anak khalifah Usman bin Affan yang dari Ruqayyah atau Zainab, dan anak Fathimah bernama Ummu Kultsum, Zainab dan Muhsin juga termasuk keturunan Rasulullah   dan ini yang di tinggalkan banyak orang dan di lupakannya.  Sebab Khalifah Usman bin Affan  juga punya anak  seperti Aban bin Usman bin Affan Al qurasyi al umawi [7] Amar bin Usman bin Affan [8] Id bin Usman bin Affan [9]
Al walid bin Usman bin Affan [10]




[1] Bukhari, 60, kitabul Anbiya’, 10, bab kami diberitahu oleh Musa ibnu Ismail
Allu`lu` wal marjan 123/1 . Al albani berkata : Muttafaq alaih
Lihat di kitab karyanya : Misyaktul  mashobih  201/1 - nomer hadis  920

[2] burdah25.multiply.com
[3] Jami ul ahadis 324/ 15
[4] Jami`ul ahadis 325/15
[5] Ali imran 33- 37
[6] Maryam 30-34
[7] Tahdzib al kamal  16/2
[8] Tahdzib al kamal  339/2
[9] Tahdzib al kamal  439/2
[10] Tahdzib al kamal  409/18

Revolusi Irak telah dimulai dari kota Ramadi dan Fallujah




BAGHDAD (Arrahmah.com) – Puluhan ribu rakyat muslim sunni Irak menggelar aksi demonstrasi menentang pemerintahan rezim boneka Syiah pimpinan Perdana Mentri Nouri Al-Maliki. Demonstrasi dimulai sejak Ahad (23/12/2012) dari kota Ramadi dan Fallujah, demikian laporan stasiun TV Al-Jazera.
Selama lima hari terakhir demonstrasi puluhan ribu rakyat muslim sunni terjadi serentak di propinsi Anbar, Shalahudin, Diyala, Fallujah, Ninawa dan wilayah-wilayah berpenduduk mayoritas muslim sunni lainnya di Irak.
Demonstrasi bermula dari kota Fallujah dan Ramadi, wilayah antara jalur Baghdad menuju wilayah perbatasan Irak-Yordania pada Ahad (23/12). Setelah itu setiap hari terjadi demonstrasi puluhan ribu warga muslim sunni di wilayah-wilayah lainnya.
Dalam demonstrasi di kota Fallujah pada hari Ahad, puluhan ribu warga muslim sunni memenuhi jalan raya internasional yang menghubungkan Fallujah dengan Baghdad. Mereka mendoakan para syuhada' Irak dan Suriah. Mereka juga menuntut rezim Syiah Nouri Al-Maliki mundur dan membebaskan ribuan rakyat muslim sunni yang dipenjarakan secara zalim oleh rezim Syiah Irak.  
Komentarku ( Mahrus ali): 
Klik lagi disini: untuk melihat demontrasi sunni kepada rezim Syi`ah Irak
http://arrahmah.com/read/2012/12/27/25722-demonstran-irak-bebaskan-1400-muslimah-yang-dipenjarakan-secara-zalim.html

Rabu, 26 Desember 2012

Kristen di Maroko: Sejarah dan Toleransi Beragama



MUANNIF RIDWAN*

Maroko sangat dikenal sebagai negeri eksotik di ujung barat dunia Islam. Maroko merupakan salah satu negara kerajaan dengan penduduk mayoritas muslim. Bahkan Pemerintah Kerajaan Maroko hanya mengakui Islam sebagai agama resminya.

Agama Islam di negeri ini dikembangkan dengan menghargai tradisi lokal, seperti yang dilakukan oleh para dai atau wali songo ketika menyebarkan Islam di Nusantara. Maka tak heran jika ada ritual-ritual keagamaan yang mirip dengan keislamaan di Indonesia.

Maroko juga dikenal sebagai negara Arab yang gaul, nuansa Eropanya sangat kuat, tetapi tak kehilangan akar tradisi Arab dan Islam. Kebebasan berpendapat dan tradisi berpikir sangat terbuka di negeri Ibnu Batutah ini. Pemerintah tidak memaksa rakyatnya untuk berpola pikir secara kaku atau seragam. Barangkali salah satunya adalah karena faktor penguasa Maroko saat ini, Raja Muhammad VI, seorang lulusan Eropa yang berpikiran Modern. Ia bertekad untuk memodernkan Maroko, namun tetap melandaskannya kepada ajaran Islam.

Raja yang hampir berusia 50 tahun itu sedang berupaya mempertahankan tradisi keagamaan yang berusia ribuan tahun dengan arus globalisasi. Maka tak heran, jika di negeri bekas jajahan Perancis dan Spanyol ini, simbol-simbol tradisi Islam tetap kelihatan. Aktifitas religius selalu semarak. Aneka ritual tarekat sufi bebas berekspresi. Di tengah kuatnya arus modernisasi dan globalisasi yang berhembus kencang dari Barat. Bahkan kaum wahabi Maroko pun kadang-kadang sering kewalahan untuk mempengaruhi “Islam Tradisional” ini.

Kristen di Maroko

Walaupun Maroko dikenal sebagai negera kerajaan dengan penduduk mayoritas muslim, yaitu 98,7 %. Namun pada tahun 2009 sensus mencatat ada 1,1 % atau 380.000 dari penduduknya beragama Kristen. Untuk mudah mengetahuinya, biasanya mereka itu mempunyai rumah dengan ciri khas yang sering dinamai dengan al Mallah.

Kristen di Maroko telah lama muncul, yaitu sejak masa kerajaan Romawi. Yang dikenal dengan Kristen Babar yang menganut aliran Qibtiyah. Saat penaklukan Islam di Maroko yang dipimpin oleh ‘Uqbah ibn Nafie’ antara tahun 681 dan 683 M. mereka perlahan mulai sembunyi-sembunyi dalam membawa misinya.

Sekitar abad ke 19 dan 20 atau pada masa penjajahan Perancis terhadap Maroko, kaum Kristen mulai berdatangan kembali ke Maroko dengan jumlah yang sangat banyak. Kelompok ini kemudian disebut dengan al aqdam as sauda’ (Pendatang gelap). Mereka ini kebanyakan dari Italia, Spanyol, Perancis, dan bahkan dari Eropa timur. Mayoritas kelompok ini adalah para penganut Kristen Katholik.

Sementara pada tahun 1830 jumlah Kristen-Eropa di Maroko masih sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 250 orang dan yang tinggal di kota Tanger sebanyak 220 orang. Jumlah ini melonjak pada tahun 1858 menjadi 700 orang. Kemudian pada tahun 1864 menjadi 1400 orang dan hingga tahun 1910 mencapai 10.000 orang.

Saat ini umat Kristen di Maroko sering mengadakan ritual keagamaannya di dua gereja, yaitu Gereja Romawi Katholik dan Protestan. Mereka mayoritas tinggal di Casablanca dan kota-kota lainnya seperti Rabat, Tanger, Meknes, Marrakech dan Essaouira. Kebanyakan dari mereka adalah berasal dari Eropa yang tinggal sejak awal pejajahan dan ditambah dengan penduuk asli Maroko yang dulunya beragama Islam. Mereka sering melakukan ritual-ritual keagamaannya dengan sembunyi-sembunyi bertempat di gereja khusus yang hanya di ketahui kalangan mereka, dan Mayoritas dari mereka ini menganut ajaran kristen protestan dengan ajaran yang khas.

Toleransi Antar Umat Beragama

Sepanjang sejarah, praktek Tasamuh (toleransi) antar umat beragama di Maroko sangat dikenal dengan baik sejak abad ke 3 sebelum masehi. Sebagaimana Raja Maroko pernah megizinkan kaum Yahudi Israel untuk kembali lagi ke Maroko dan memberikan kesempatan tinggal. Bahkan Raja pun memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin mengubah kewarganegaraannya menjadi warga Negara Maroko.

Dalam undang-undang Kerajaan Maroko, Pasal tiga mengatakan, “Setiap warga Negara dijamin dan diberikan kebebasan untuk melaksanakan agamanya masing-masing”. Walaupun demikian, saat ini ada undang-undang baru yaitu al Qanun al Jina’i (hukum pidana) yang melarang warga asli Maroko untuk pindah agama, dari Islam ke agama lain. Kecuali bagi warga maroko yang sudah memeluk ajaran Kristen sejak dulu, dan kini diberikan kesempatan bagi mereka untuk mengamalkan ajarannya secara terang-terangan.

Bahkan saat ini di Maroko ada Majlis al Kanais al Khomsi (Forum perkumpulan lima Gereja), yaitu semacam wadah pertemuan agama-agama Kristen di Maroko yang terdiri dari lima gereja yang berbeda-beda, dan forum perkumpulan ini sangat diakui secara resmi dan dilindungi oleh undang-undang Kerajaan Maroko.
Foto: Raja Maroko Mohamed Sadis sedang mengunjungi Gereja
*Penulis adalah mahasiswa S1 Jurusan Islamic Studies, Univ. Imam Nafie’, Tanger-Maroko
Komentarku ( Mahrus ali): 
Biasa dan lagu lama bukan lagu baru, bila negara mayoritas muslim,maka di kumandangkan toleransi beragama, tapi bila mayoritas kristen, maka  toleransi itu hilang, sampai ada di negara kafir, mendirikan masjid sangat di batasi bahkan ada yang di larang mendirikan masjid lagi, lalu perizinannya sangat sulit.
Bagaimana di Prancis, Belanda, mana toleransinya. Ingatlah ayat:

إِنْ يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا لَكُمْ أَعْدَاءً وَيَبْسُطُوا إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُمْ بِالسُّوءِ وَوَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ(2)
Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir.Mumtahanah 2