Sesepuh dan pendiri PDIP Sabam Sirait dikhabarkan menolak sosok JK
(Jusuf Kalla) untuk dijadikan cawapres oleh PDIP, sebelum adanya keputusan dari
Partai.
“Saya mendengar JK menyiapkan Rp10 triliun untuk membiayai pilpres jika
dia jadi cawapres, saya mengingatkan PDIP agar tidak tergiur dengan iming-iming
uang, karena PDIP berkomitmen membangun politik tanpa money politic, dan saya
mengingatkan kembali bahwa PDI Perjuangan didirikan untuk tidak
diperjualbelikan,” kata Sabam, seperti dikutip aktual.co
Ketika kenyataan kini benar-benar JK dijadikan cawapres oleh PDIP
mendampingi capres Jokowi, berarti bahwa PDI Perjuangan didirikan untuk
diperjualbelikan ?
Lebih buruknya lagi, PKB yang menyatakan berkoalisi dengan PDIP juga
dikenal sebagai partai yang sudah « dijual » ke boss Perusahaan
Penerbangan Lion Air, Rusdi Kirana Pria keturunan Cina beragama
Kristen, pemilik maskapai penerbangan Lion Air. Padahal PKB itu didirikan oleh
kyai-kyai NU (Nahdlatul Ulama) yang artinya kebangkitan ulama.
PKB bukan hanya dijual ke konglomerat cina kristen, namun bahkan tanpa
malu-malu pemimpin PKB Muhaimin Iskandar mengkhianati Rhoma Irama yang
dijanjikan untuk dicapreskan, namun kemudian dia batalkan. Padahal kata
orang-orang, naiknya perolehan PKB dalam pemilu caleg 2014 adalah gara-gara
Rhoma Irama yang kampanye ke mana-mana. Sehingga, dengan cara itu, Muhaimin
dapat dua keuntungan, pertama keuntungan jual PKB ke konglomerat cina kristen,
dan kedua dapat perolehan suara secara melonjak dalam pemilu caleg. Tinggal
dengan entengnya Rhoma Irama dikhianati. Akibatnya Rhoma Irama pilih
bercerai dengan PKB alias ogah bergabung dengan PDIP.
Bagaimana nasib Bagsa Indonesia bila sampai dikuasai oleh partai-partai
yang telah dijual belikan seperti itu, sedangkan tokohnya bahkan capresnya
yakni Jokowi juga pengkhianat? wallahu a’lam.
Inilah berita seputar itu.
***
Ini Komentar Sabam Soal Janji Mundur Jika JK Jadi
Cawapres Jokowi
Novrizal Sikumbang – Selasa, 20-05-2014 08:02
Jakarta, Aktual.co — Hari ini, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla
dipastikan menjadi capres-cawapres yang diusung koalisi PDIP, PKB, Hanura dan
Nasdem.
Putusan diambil, meski sebelumnya sesepuh dan pendiri PDIP, Sabam
Sirait menolak sosok JK. Tidak hanya itu, Sabam bahkan menyatakan dengan tegas
bahwa dia juga akan menolak PDIP koalisi dengan Partai Golkar .
Sabam sendiri mengaku tidak mengetahui soal keputusan akhir partainya
memutuskan Jusuf Kalla (JK) sebagai Cawapres pendamping Jokowi.
Sabam sendiri tidak hadir dalam deklarasi koalisi parpol poros PDI
Perjuangan dan deklarasi Cawapres JK di Teuku Umar. Hal ini dikarenakan dirinya
tak mengetahui hal itu.
“Saya baru tahu mereka (Jokowi-JK) naik sepeda dari Gedung Joang ke
Monas,” imbuhnya saat dihubungi, Senin (19/5).
Meski begitu, Sabam tak mau berkomentar soal janjinya yang akan mundur
jika JK jadi cawapres Jokowi. Ia malah menyerahkan sepenuhnya keputusan
tersebut kepada PDI Perjuangan.
Kata Sabam, ia orang partai yang patuh. Waktu ia memimpin, Ia minta
semua kader disiplin.
“Nah, untuk kali ini, Saya juga akan patuh. Tapi saya tidak katakan
mendukung atau tidak,” tandasnya.
Sebelumnya, Sabam mengingatkan PDIP untuk tidak memulai kesalahan
dengan mempercayai Golkar sebagai bagian dari koalisi.
“Kalau PDIP berkoalisi dengan Golkar atau menjadikan JK menjadi cawapres,
maka saya akan mundur dari PDIP, karena PDIP melupakan sejarah penindasan orde
baru dan Bung Karno yang meninggal dalam tahanan orde baru,” ujar Sabam dalam
rilis yang diterima Minggu (18/5).
Menurut Sabam, selayaknya PDIP tidak menjadikan uang sebagai tolak ukur
dalam memilih cawapres.
“Saya mendengar JK menyiapkan Rp10 triliun untuk membiayai pilpres jika
dia jadi cawapres, saya mengingatkan PDIP agar tidak tergiur dengan iming-iming
uang, karena PDIP berkomitmen membangun politik tanpa money politic, dan saya
mengingatkan kembali bahwa PDI Perjuangan didirikan untuk tidak
diperjualbelikan,” kata Sabam.
Ari Purwanto/aktual.co
(nahimunkar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik