Ada
hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak
untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke
muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain
dengan ceria menikmati masa kecil. Ketika hari itu datang, manusia pun
kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang
telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan “ Hari Ulang Tahun “.
Namun
sebenernya dari mana asal perayaan ulang tahun itu sendiri muncul,
hingga tidak sedikit ummat muslim merayakannya , pertanyaan ini yang
mungkin sebelumnya tidak pernah terfikirkan, mari kita telusuri sekilas .
Ulang
tahun atau Milad (dalam bahasa arab) pertama kali dimulai di Eropa.
Dimulai dengan ketakutan akan adanya roh jahat yang akan datang pada
saat seseorang berulang tahun, untuk menjaganya dari hal-hal yang jahat,
teman-teman dan keluarga diundang datang saat sesorang berulang tahun
untuk memberikan do’a serta pengharapan yang baik bagi yang berulang
tahun. Memberikan kado juga dipercaya dapat memberikan rasa gembira bagi
orang yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat
tersebut.
Banyak simbol-simbol
yang diasosiasikan atau berhubungan dengan ulang tahun sejak ratusan
tahun lalu. Ada sedikit penjelasan mengapa perayaan ulang tahun harus
menggunakan kue.
Artemis Diana Salah satu cerita mengatakan, karena waktu dulu bangsa Yunani menggunakan kue untuk persembahan ke kuil DEWI BULAN, Artemis.
Mereka menggunakan kue berbentuk bulat yang merepresentasikan bulan
purnama. Cerita lainnya tentang kue ulang tahun yang bermula di Jerman
yang disebut sebagai “Geburtstagorten” adalah salah satu tipe
kue ulang tahun yang biasa digunakan saat ulang tahun. Kue ini adalah
kue dengan beberapa layer yang rasanya lebih manis dari kue berbahan
roti.
Simbol lain yang selalu
menyertai kue ulang tahun adalah penggunaan lilin ulang tahun di atas
kue. Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka ke Dewi Artemis
juga meletakan lilin-lilin di atasnya karena membuat kue tersebut
terlihat terang menyala sepeti bulan (gibbons, 1986). Orang Jerman
terkenal sebagai orang yang ahli membuat lilin dan juga mulai membuat
lilin-lilin kecil untuk kue mereka. Beberapa orang mengatakan bahwa
lilin diletakan dengan alasan keagamaan/religi. Beberapa orang jerman
meletakan lilin besar di tengah-tengah kue mereka untuk menandakan “Terangnya Kehidupan” (Corwin,1986). Yang lainnya percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka ke surga.
Saat
ini banyak orang hanya mengucapkan pengharapan di dalam hati sambil
meniup lilin. Mereka percaya bahwa meniup semua lilin yang ada dalam
satu hembusan akan membawa nasib baik. Pesta ulang tahun biasanya
diadakan supaya orang yang berulang tahun dapat meniup lilinnya.
Ada
juga mitos yang mengatakan bahwa ketika kita memakan kata-kata yang
ada di atas kue, kata-kata tersebut akan menjadi kenyataan. Jadi dengan
memakan “Happy Birthday” akan membawa kebahagiaan.
Tradisi
mengirimkan kartu ucapan itu sendiri dimulai di Inggris sekitar 100
tahun yang lalu (Motomora, 1989). Pada awal mulanya hanya raja saja yang
dirayakan ulang tahunnya (mungkin disinilah awal mulanya tradisi topi
ulang tahun bermula). Seiring waktu berlalu, anak-anak juga di
ikutsertakan dalam pesta ulang tahun. Pesta ulang tahun untuk anak-anak
pertama kali terjadi di Jerman dan dinamakan “kinderfeste”.
Dapat disimpulkan bahwa melalui sejarahnya perayaan ulang tahun ini adalah ritual kaum kuffar ( paganism ) terhadap DEWI BULAN ( Artemis ),
namun ironis sekali ada sebagian bahkan kalangan umum ummat islam
menjadikan hari ini ( ulang tahun ) sebagai ritual wajib tiap tahunnya. .
.
SIAPAKAH DEWI ARTEMIS ???
Artemis
(bahasa Yunani: Ἄρτεμις) dalam mitologi Yunani adalah dewi perburuan,
alam liar, hewan liar, perawan, dan perbukitan. Dia adalah pembawa dan
penghalau penyakit pada perempuan serta merupakan Dewi yang menolong
dalam proses kelahiran. Dia merupakan putri dari Zeus dan Leto, serta
saudari kembar Apollo. Dia digambarkan sebagai pemburu dan membawa busur
dan anak panah. Rusa dan pohon siprus dikeramatkan baginya. Menurut beberapa pendapat, Artemis berasal dari masa pra-Yunani. .
Pada perkembangan selanjutnya, Artemis dihubungkan dengan Selene,
dewi bulan Yunani yang sering digambarkan dengan bulan sabit di
kepalanya. Pada akhir masa Hellenistik, dia juga dianggap sebagai dewi
kelahiran (diadaptasi dari tugas Eileithyia). Dalam mitologi Romawi dia
dikenali sebagai Diana, dan dalam mitologi Etruska dia dikaitkan dengan dewi Artume. Selain itu, dia juga dikaitkan dengan dewi Hekate.
Artemis
disembah sebagai dewi kelahiran dan kesuburan (seperti dewi
Eileithyia) di beberapa tempat. Dia disembah seperti itu karena dia
ikut membantu ibunya dalam melahirkan Apollo. Pada masa klasik di
Athena, Artemis dihubungkan dengan Hekate. Artemis juga dikaitkan
dengan dewi Karyatis.
Artemis
adalah dewi utama bagi orang - orang Hyperborea, Arkadia dan juga
wanita - wanita Amazon yang dikenal ganas dan gemar serta handal dalam
berperang. Di Arkadia, ia dipuja sebagai Soteira (penyelamat) dan Agrotera
(pembur) dan merupakan dewi pemimpin Para Nymph yang merupakan pelayan
setianya juga penjaga dari segala hal yang ada di alam liar seperti
pohon dan sungai. Di Arkadia terdapat sebuah gunung yang diberi nama
Artemisios yang dipuncaknya terdapat sebuah kuil untuk memuja Artemis
yang sangat menggemari olahraga di gunung. Arkada pun menjadi tempat
sakral dkarenakan di sanalah Artemis sering berburu, berlatih, serta
bertemu dengan Pan untuk mendapatkan anjingnya. ( Selengkapnya :
http://id.wikipedia.org/wiki/Artemis )
Lihatlah
siapa sebenarnya artemis ??? Apakah pantas kita ummat muslim mengikuti
tradisi kaum kuffar ( paganisme ) dengan meniru ritual;-ritual mereka
???
Rasulullah pernah bersabda:
"Kamu
akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam
lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para sahabat
bertanya,"Apakah yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai
Rasulullah?"Rasulullah menjawab:"Siapa lagi jika bukan mereka?!".
Sikap Yang Islami Menghadapi Hari Ulang Tahun
Kemungkinan pertama,
perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya
dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara
tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu.
Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi
dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih
dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam
pembicaraan masalah bid’ah.
Karena
syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah
bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk
ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga
kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama,
karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Perlu
diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru,
bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena
perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits:
أَنَا
فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ
حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ
رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku
akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku
beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman)
untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas
berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman,
‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’
“ (HR. Bukhari no. 7049)
Kemungkinan kedua,
perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah,
melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun.
Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang
dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul
Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu
diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam
pun memiliki Ied sendiri.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Kemudian,
Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya
hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah,
jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3
macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut?
Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]
Maka
orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia
bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan
berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai
Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena
seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan
Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman)
salah satunya:
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]
Rabi’
bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah
perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur
dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.
Jika
ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh
tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang
yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya
ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya.
Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini
tercakup dalam ayat:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Kamu
tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan :
“Panjang
umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau
dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik
orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara
orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk
amalannya.
Karena
itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur
panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga
Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam
ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya
umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur
yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah
menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta
menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id]
Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu.
Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang
panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak
perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui
yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi
diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari
diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan
renungan tahunan.
Wallahu’alam. (Sumber: http://www.almanhaj.or.id/content/1584/slash/0 ; http://www.saaid.net/Doat/alarbi/6.htm )
-----------------------------------------------------------
Fatwa Ulama :
Apa
hukum merayakan berlalunya satu atau dua tahun atau lebih atau kurang
dari dua tahun dari kelahiran seseorang yang biasa disebut ulang
tahun atau meniup lilin. Dan apa hukumnya menghadiri pesta perayaan
ini. Apakah bila seseorang diundang pada acara tersebut wajib
menghadirinya ataukah tidak. Berilah kami jawaban. Dan semoga Allah
memberi pahala bagi Anda.
Alhamdulillah. Dalil-dalil
syariat dari kitab dan sunnah menunjukkan bahwa perayaan hari ulang
tahun termasuk bid'ah yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada
asalnya dalam syariat yang suci dan tidak boleh memenuhi undangan
tersebut karena hal itu berarti mendukung dan mendorong kepada
kebid'ahan dan Allah Ta'ala berfirman:
"Atau
apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu yang menetapkan syariat bagi
mereka berupa agama yang tidak diizinkan oleh Allah."
Dan firman Allah:
"Kemudian
Kami jadikan kamu di atas syariat dari urusan itu maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka tidak akan dapat menolak dari
kamu dari siksa Allah sedikitpun. Dan sesungguhnya orang-orang yang
dhalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.
Dan Allah adalah Pelindung bagi orang-orang yang bertaqwa." (Q.S Al
Jatsiyah : 18).
Dan Allah berfirman:
"Ikutilah
olehmu apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan janganlah
kamu mengikuti penolong lain selain-Nya. Sedikit sekali di antaramu
yang mengambil pelajaran."
Ada hadits yang shahih dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahwa sesungguhnya beliau bersabda:
"Barangsiapa yang mengamalkan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka dia tertolak."
Dikeluarkan oleh Muslim di dalam shahihnya.
Dalam hadits lain beliau bersabda:
"Sebaik-baik
ucapan adalah kitab Allah dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam . Dan sejelek-jelek urusan adalah
hal yang diada-adakan dan setiap kebid'ahan adalah sesat."
Hadits-hadits yang semakna dengan ini sangat banyak.
Kemudian
perayaan ini selain bid'ah munkaroh yang tidak ada asalnya dari
syariat juga di dalamnya terkandung tasyabbuh (menyerupai) dengan
Yahudi dan Nashara tentang peringatan hari lahir. Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wassalam telah bersabda mewanti-wanti dari sunnah
dan jalan hidup mereka:
"Kalian
pasti akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian sejengkal
demi sejengkal sehingga seandainya mereka masuk ke lubang biawak pun
pasti kalian akan memasukinya." Mereka bertanya: "Wahai Rasulullah,
apakah mereka itu Yahudi dan Nashara ?" Beliau menjawab: "Siapa lagi
?" Dikeluarkan oleh Bukhari Muslim daalam Shahihain.
Dan makna " Siapa lagi ?" artinya merekalah orang-orang yang dimaksud dengan perkataan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam ini.
Semoga
ini bisa menyadarkan kita semua bahwa perayaan ulang tahun ini tidak
memberi faedah sedikitpun bagi kita yang ada malah kekufuran, Ingatlah
saudaraku syari'at islam ini telah sempurna, maka sempurnakanlah ibadah
kita dengan aturan dan ketentuan yang telah diterangkan dengan terang
benderang Dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri MEMPERHATIKAN apa yang telah diperbuatnya UNTUK HARI ESOK (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
-Sahabatmu-
Thifal Izzah Ramadhani
Catatan :
Tulisan ini atas permintaan seorang sahabat, yang sayang terhadap
sahabatnya, dan semoga Allah memberikan petunjuk dan hidayahnya pada
kita semua. . .Aamiin.