Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Senin, 14 Desember 2020

Lanjutan Ke 6 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.

 Lanjutan Ke 6 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.


Ada yang mengatakan bahwa salat Jumat 2 rakaat itu dalilnya Ijmak.

Menurut saya: Ijmak itu bukan dalil, sebab kita hanya disuruh merujuk kepada al-Quran dan al-Sunnah Nabi sebagaimana dalam ayat-Nya sebagai berikut:

فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا 

"Bila kamu berbeda pendapat, maka kembalikan kepada Allah(al-Quran) dan Rasul-Nya(al-Sunnah) bila kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya atau Hari Kemudian dan itulah yang lebih utama dan lebih baik akibatnya".


Di ayat ini Allah tidak memerintahkan kita untuk kembali kepada pendapat ulama atau kesepakatannya(Ijmak), baik dulu maupun sekarang, baik ulama Arab ataupun lainnya.

Tetapi Allah memerintahkan kepada kita untuk kembali kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya.

Bila kita kembali kepada kesepakatan ulama(Ijmak) dan kita tidak kembali kepada Al-Quran dan Hadis Nabi, maka kita ini akan menyimpang dari jalan Allah lalu kita akan berada dijalan setan.

Kita ingin kebenaran, lalu dijerumuskan oleh setan kepada kesesatan dan tidak terasa hal itu.


صَلاة الجُمُعةِ رَكعتانِ.

الدليل: مِنَ الِإِجْماع

نقَل الإجماعَ على ذلك: ابنُ المنذرِ  (1) ، وابنُ حَزمٍ  (2) ، والكاسانيُّ  (3) ، وابنُ رُشدٍ  (4) ، وابنُ قُدامةَ  (5) ، والنوويُّ  (6) ، وابنُ جُزي  (7) .

Salat Jumat 2 rakaat dalilnya Ijmak.

Konsensus ulama dikutip oleh Ibnul Mundzir (1), Ibnu Hazm (2), al-Kasani (3), Ibnu Rusyd (4), Ibnu Qudamah (5), an-Nawawi (6) dan Ibnul Juzzi (7).

1 قال ابنُ المنذر: (أجمَعوا على أنَّ صلاة الجمعة رَكعتان) ((الإجماع)) (ص: 40)


وفيات المؤلفين من المحدثين - هام جدا لمن يعمل بالتخريج (ص: 2)

ابن المنذر309

Ibnul Mundzir berkata; Mereka sepakat bahwa salat Jumat 2 rakaat, lihat kitab al-Ijma' hal.40.

Ibnul Mundzir yang wafat pada tahun 309 Hijriyah.


Komentarku: Mengapa baru dikatakan pada tahun 300 ratusan Hijriyah setelah Nabi wafat?

Mengapa tidak ada para Sahabat yang menyatakan Ijmak dalam hal ini?

Dikatakan oleh para ulama tentang Ijmak, karena tidak menjumpai dalil yang sahih tentang salat Jumat 2 rakaat, demikian dikatakan oleh tokoh ulama Saudi Syaikh al-Utsaimin.

Bila ada dalil yang cocok yang sahih, maka Ijmak tidak boleh difungsikan atau tidak boleh dilegalkan atau tidak boleh dipakai.

Kita harus mendahulukan dalil yang harus lebih dulu yang mengikuti Ayat dan Sunnah Rasul daripada Ijmak 1000 ulama, sebab rujukan kita adalah hanya 2 yaitu al-Quran dan al-Hadis Nabi.

Bila kita memakai Ijmak dan membuang Ayat atau Hadis Nabi, maka kita akan dikendalikan oleh setan sebagaimana firman Allah sbb:

وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

"Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah(al-Quran), Kami adakan baginya setan(yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya".

(QS.Zukhruf 36)


Oleh karena itulah kita dahulukan dalil yang sahih dan singkirkan Ijmak bila bertentangan dengan dalil.

Apalagi 1 atau 2 ulama yang berkata; Kita harus bersungguh-sungguh dalam memegangi dalil, jangan sampai kita terpengaruh dengan banyaknya ulama yang bertentangan dengan Ayat.

Allah berfirman:

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Kemudian Kami jadikan kamu berada diatas suatu Syariat(peraturan) dari urusan(Agama) itu, maka ikutilah Syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui".

(QS.Al-Jatsiyah 18)


قال ابنُ حزم: (أجمَعوا على أنَّ الجمعة إذا جُمِّعت على شروطها رَكعتانِ، يجهر فيهما) ((مراتب الإجماع)) (ص: 33).

وفيات المؤلفين من المحدثين - هام جدا لمن يعمل بالتخريج (ص: 2)

ابن حزم الأندلسي456

Ibnu Hazm berkata; Mereka sepakat bahwa Jumat bila dijalankan sesuai dengan syaratnya maka cukup 2 rakaat, bacaannya dikeraskan, lihat kitab Maratibul Ijma' hal.33.

Ibnu Hazm meninggal pada tahun 456 Hijriyah.


قال الكاسانيُّ: (وأمَّا بيان مقدارها، فمقدارها ركعتان؛ عرَفْنَا ذلك بفِعل رسول الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم 

وأصحابِه رضي الله عنهم مِن بعده، وعليه إجماعُ الأمَّة) ((بدائع الصنائع)) (1/269).

Al-Kasani berkata; Adapun keterangan ukuran salat Jumat 2 rakaat, kami mengetahui hal itu dari perbuatan Rasul dan Sahabatnya setelah Rasulullah meninggal dan itulah Ijmak umat, lihat kitab Badaius-Shanai hal.269 /1


قال ابنُ رشد: (اتَّفق المسلمون على أنها خُطبة، ورَكعتان بعد الخطبة) ((بداية المجتهد)) (1/160).

Ibnu Rusyd berkata; Kaum muslimin telah sepakat bahwa salat Jumat 2 rakaat dengan khotbah sebelumnya, lihat kitab Bidayatul Mujtahid 160/1.


قال ابنُ قُدامَة: (صلاة الجمعة ركعتان عقيبَ الخطبة، يقرأ في كل ركعة (الحمد لله) وسورة، ويجهر بالقراءة فيهما. لا خِلافَ في ذلك كلِّه) ((المغني)) (2/230).

Ibnu Qudamah menyatakan: Salat Jumat 2 rakaat setelah khotbah dan dibacakan tiap rakaat surat al-Fatihah dan surat dengan bacaan yang sedang, tidak ada perselisihan dalam hal ini secara keseluruhan, lihat kitab al-Mughni 230/2


قال النوويُّ: (أمَّا الأحكام؛ فأجمعتِ الأمَّة على أنَّ الجمعة ركعتان، وعلى أنَّه يُسنُّ الجهرُ فيهما) ((المجموع)) (4/530).

وفيات المؤلفين من المحدثين - هام جدا لمن يعمل بالتخريج (ص: 2) النووي676

Imam an-Nawawi yang wafat tahun 670 Hijriyah menyatakan: Umat ijmak bahwa salat Jumat adalah 2 rakaat dan disunatkan membaca dengan keras dalam 2 rakaat tersebut, lihat kitab al-Majmu' 4/530.

Komentarku: Keterangan tahun wafat para Imam itu saya kutip dari kitab Wafiatul Muallifin minal Muhadditsin.


قال ابنُ جُزي: (للجمعة ركنان: الصلاة، والخطبة؛ فأمَّا الصلاة فركعتان جهرًا، إجماعًا) ((القوانين الفقهية)) (ص: 56).

Ibnul Juzzi menyatakan: Jumat 2 rukun yaitu salat dan khotbah. Salatnya 2 rakaat dengan bacaan jahar menurut ijmak, lihat kitab al-Qawanin Fiqhiyah hal.56


Ibnu Hazm berkata;

المحلى [مشكول و بالحواشي] - (ج 7 / ص 345)

وَرَحِمَ اللَّهُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ فَلَقَدْ صَدَقَ إذْ يَقُولُ: مَنْ يَدَّعِي الإِجْمَاعَ فَقَدْ كَذَبَ، مَا يُدْرِيهِ لَعَلَّ النَّاسَ اخْتَلَفُوا  لَكِنْ لِيَقُلْ: لا أَعْلَمُ خِلافًا، هَذِهِ أَخْبَارُ الْمَرِيسِيِّ، وَالأَصَمِّ.

Semoga Allah memberi rahmat kepada Imam Ahmad bin Hanbal; Sungguh benar beliau ketika berkata; Barangsiapa yang mengaku Ijmak, maka sungguh dia berdusta.

Apakah dia tahu, barangkali manusia beda pendapat? Tapi katakan saja; Aku tidak tahu khilaf dalam masalah ini.………. Ini  adalah berita-berita al-Marisi dan al-Asham (yakni kabar Burung).


Ibnu Taimiyah berkata;

أقول وكم من إجماعٍ نقلوه وهو أبطل من الباطل. ولنا أن نذكر مقولة الإمام أحمد: «من ادعى الإجماع فهو كاذب

Saya katakan, banyak Ijmak yang mereka kutip ternyata paling keliru.

Kita ingat perkataan Imam Ahmad; Barangsiapa yang menyatakan Ijmak adalah pendusta.

----------------------------------------وقال ابن القيّم :

« وكذلك الشافعي أيضا نصّ في رسالته الجديدة على أنّ ما لا يعلم فيه خلاف لا يقال له إجماع ، ولفظه لا يعلم فيه خلاف ، فليس إجماعا 

Ibnul Qayyim berkata; Begitu juga Imam Syafii menulis nash dalam risalahnya yang baru, bahwa masalah yang  tidak diketahui terdapat khilaf(perselisihan) padanya tidak boleh dikatakan Ijmak.

Kalimatnya sbb:

"لا يعلم فيه خلاف ، فليس إجماعا"

"Tiada khilaf dalam suatu masalah, bukan menunjukkan  Ijmak".


Mendahulukan dalil dari pendapat, dari Imam as-Syafii ia menyatakan sbb:

إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي.

"Bila ada hadis sahih, maka lemparkan pendapatku ke tembok dan bila kamu lihat hadis sahih telah berada di jalan, maka itulah pendapatku".


Kembalilah kepada al-Quran dan Hadis Nabi saja tanpa Ijmak ulama dan Qiyas sebagaimana para Sahabat Nabi dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dengan baik