Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Mustofa Bisri menyatakan, salah satu sikap dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang patut diteladani bangsa Indonesia adalah kesederhanaan. Kepribadian inilah yang menguatkan Gus Dur secara total melayani masyarakat tanpa menuntut pamrih apapun.
Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menyampaikannya dalam peringatan seribu hari wafatnya Gus Dur di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (27/6) malam. Ia didampingi, antara lain, oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, Prof Dr Quraish Shihab, Mahfud MD, dan puluhan pejabat, kiai dan habaib dari berbagai daerah.
“Di seribu harinya Gus Dur ini saya ajak sampean semua yang mengaku cinta sama Gus Dur, ayo kita lawan gaya hidup hidup berlebih-lebihan di Tanah Air ini dengan gaya hidup sederhana,” pintanya.
Menurutnya, kecintaan kepada dunia telah menyeret banyak orang pada tindak kesalahan, seperti korupsi dan tamak kekuasaan. Sepintas mereka terlihat kaya dan mulia tapi sejatinya mereka sangatlah fakir dan miskin. Padahal, kekayaan Gus Dur justru lahir dari kezuhudannya.
“Gus dur itu kaya sekali. Nggak punya dompet tapi kaya sekali. Karena apa? Karena nggak butuh,” terangnya.
Dijelaskan, kesederhanaan Gus Dur tak sekadar menyangkut materi, tapi juga dalam sikap keberagamaan. Kedalamannya menguasai ilmu-ilmu agama malah membuatnya selalu tenang dan jernih dalam mengambil setiap langkah.
“Jangan berlebih-lebihan, termasuk dalam beragama. Saya ulangi, termasuk dalam beragama!” pesan Pengasuh Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, Jawa Tengah ini.
Sejumlah kelompok agama dinilai terlalu reaksioner dalam menyikapi sejumlah persoalan. “Film nggak cocok kaget, ada Lady Gaga kaget. Berlebih-lebihan itu bikin manusia tak bisa berpikir adil,” tandasnya.
Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Mustofa Bisri menyatakan, salah satu sikap dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang patut diteladani bangsa Indonesia adalah kesederhanaan. Kepribadian inilah yang menguatkan Gus Dur secara total melayani masyarakat tanpa menuntut pamrih apapun.
Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menyampaikannya dalam peringatan seribu hari wafatnya Gus Dur di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (27/6) malam. Ia didampingi, antara lain, oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, Prof Dr Quraish Shihab, Mahfud MD, dan puluhan pejabat, kiai dan habaib dari berbagai daerah.
“Di seribu harinya Gus Dur ini saya ajak sampean semua yang mengaku cinta sama Gus Dur, ayo kita lawan gaya hidup hidup berlebih-lebihan di Tanah Air ini dengan gaya hidup sederhana,” pintanya.
Menurutnya, kecintaan kepada dunia telah menyeret banyak orang pada tindak kesalahan, seperti korupsi dan tamak kekuasaan. Sepintas mereka terlihat kaya dan mulia tapi sejatinya mereka sangatlah fakir dan miskin. Padahal, kekayaan Gus Dur justru lahir dari kezuhudannya.
“Gus dur itu kaya sekali. Nggak punya dompet tapi kaya sekali. Karena apa? Karena nggak butuh,” terangnya.
Dijelaskan, kesederhanaan Gus Dur tak sekadar menyangkut materi, tapi juga dalam sikap keberagamaan. Kedalamannya menguasai ilmu-ilmu agama malah membuatnya selalu tenang dan jernih dalam mengambil setiap langkah.
“Jangan berlebih-lebihan, termasuk dalam beragama. Saya ulangi, termasuk dalam beragama!” pesan Pengasuh Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, Jawa Tengah ini.
Sejumlah kelompok agama dinilai terlalu reaksioner dalam menyikapi sejumlah persoalan. “Film nggak cocok kaget, ada Lady Gaga kaget. Berlebih-lebihan itu bikin manusia tak bisa berpikir adil,” tandasnya.
Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis : Mahbib Khoiron
Komentar(2 komentar)
Jumat, 28/09/2012 21:18
Nama: n. jamil
Gus Dur dan Gus Mus
saya setuju dgn mas ajang .. antara dua gus ini banyak kemiripan .. sama2 keturunan darah biru yang kental.. yang satu budayawan yang lain sastrawan.. penguasaan ilmu agama sama2 mumpuni.. apalagi kesederhanaannya... saya pernah mau menjemput gus mus di suatu airport ketika beliau baru datang dari luar negeri.. gak ketahuan keluarnya tau2 sdh ada di luar.. ternyata beliau bercelana jin dgn topi cowboy-nya .. para penjemputnya kecele semua ..
Gus Dur dan Gus Mus
saya setuju dgn mas ajang .. antara dua gus ini banyak kemiripan .. sama2 keturunan darah biru yang kental.. yang satu budayawan yang lain sastrawan.. penguasaan ilmu agama sama2 mumpuni.. apalagi kesederhanaannya... saya pernah mau menjemput gus mus di suatu airport ketika beliau baru datang dari luar negeri.. gak ketahuan keluarnya tau2 sdh ada di luar.. ternyata beliau bercelana jin dgn topi cowboy-nya .. para penjemputnya kecele semua ..
Jumat, 28/09/2012 11:19
Nama: ajang
Tauladan kita...
Pengganti Gus Dur adalah Gus Mus...dengan gaya dan karakter yang berbeda tapi KEBERANIAN & PEMIKIRANNYA menyampaikan kritik gak kalah dengan Gus Dur...
Tauladan kita...
Pengganti Gus Dur adalah Gus Mus...dengan gaya dan karakter yang berbeda tapi KEBERANIAN & PEMIKIRANNYA menyampaikan kritik gak kalah dengan Gus Dur...
Komentarku ( Mahrus ali):
Memang ada yang berlebihan
dalam amar ma`ruf dan nahi munkar dan ada yang berlebihan dalam menyuruh
kemunkaran dan mencegah kebajikan. Juga ada yang berlebihan dalam diam terhadap
kemunkaran. Seperti kebanyakan kiyai
ahli bid`ah.
Saya ingat juga dulu gusdur
pernah bilang: Saya ini konglomerat”. Kalung
istrinya juga panjang sekali, rumah dan mobilnya mewah. Saya tidak mempersoalkan hal itu, tapi bacalah di
artikel yang lalu. Tentang hakikat Gus dur.
:
saya baru klihat blog anda. kelihatanya anda mengerti sekali tentang agma islam. sedangakan para kyai NU itu semua bodoh. padahal mereka juga ulama. banyak yang hafal qur'an dan ribuan hadits. sekedar tanya saja. apakah anda ini seorang hafidz? apakah tanpa terjemah anda sudah bisa memahami al quran sendiri? pra ulama NU yang anda sebut membuat amalan bid'ah itu orang2 yang hafal quran dan ribuan hadits. logika saya pasti mereka tahu akibat dari apa yang mereka ajarkan. prof buya hamka adalah tokoh besar muhammadiyah. wakru muda ia anti tahlilan. tapi setelah tua di ikut tahlilan. lalu ditanya oleh murid2nya,knap dulu anda membidahkan tahlil tapi sekarang anda malah ikt tahlil ? buya hamka menjawab waktu dulu kitab yang aku baca baru sedangkan sekarang setelah tua kitab yang saya baca sudah banyak. jadi cobalah perbanyak lagi ngajinya. masalah yang anda katakan semua bid'ah adalah dolalah.Mushaf alquran yang sekarang juga Bid'ah karena tidak ada mushaf zman nabi. tidak pula nabi memerintahkan untuk membuat muhsaf. apakah anda punya mushaf ? kalau anda punya mushaf ya anda tidak konsisten.
BalasHapussaya baru tau klo anda juga seorang sejarawan, dari mana anda tau buya hamka ikut tahlilan?apakah melalui kabar dari mulut ke mulut atau anda cm mengarang saja?cobalah jgn mengada ada dlm berargumentasi...fanatisme cenderung anda menjadi orang yg tak bs berfikir obyektif
HapusBagaimana dgn Aryani, Gus?
BalasHapuswaooww
BalasHapusTerus maju
BalasHapusastagfirullah...
BalasHapuspak kiai, sebaiknya menelurkan pemikirannya via tulisan murni saja, jangan via komen. soalnya, meski niat pa kiai baik, kok ke saya nyampe nya rasa sinis gitu,,,apa saya yang terlalu perasa ya...hehe..kurang baik lah mengoment gus dur sebegitunya. apalagi beliau sudah wafat
utk pak mahrus_Gus Dur ulama hebat alim, sampean saja yang gk tau maksud Gus Dur....
BalasHapus>kapan2 kalau buat artikel yg bermanfaatlah.