Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Selasa, 11 Juni 2013

UTUK APA NU DIDIRIKAN???

UTUK APA NU DIDIRIKAN??? Kalau anda...
Nukitab Salafiwahabi 11 Juni 13:10
UTUK APA NU DIDIRIKAN???
Kalau anda menyampaikan jawaban atas pertanyaan diatas dengan mengutip jawaban dari ASWAJA (salafi, md, persis, al irsyad, HTI, DDII, PAN, PKS, dll yang oleh AsWaJa ALA NU dikatakan WAHABI, MAKA SUDAH PASTI NU (ASWAJA ALA NU) akan menolak mentah2.
maka carilah referensi yang keluar dari tokoh idola NU sendiri (ASWAJA ALA NU) Yang sudah pasti membuat mereka bungkam.
Berikut saya kutipkan perkataan
SEORANG TOKOH IDOLA ASWAJA ALA NU.
1. seorang Profesor Doktor yang kepintarannya oleh AsWaJa ALA NU dikatakan tiada tandingan (sekalipun di sandingkan dengan prof, Dr. Amin Rais)
2. Dianggap maksum Oleh banyak orang AsWaJa ALA NU
3. Dianggap WALIYULLAH

Beliau tidak lain adalah Prof, Dr. KH. ABDURRAHMAN WAHID yang lebih ngetop dengan sebutan GUS DUR

Karena itu SETELAH ASWAJA ALA NU MEMBACA KUTIPAN PERKATAAN BELIAU dengan jantan berani menambahkan kata ALA NU setelah Akronim AsWaJa

“Ahli Sunnah Wal Jama’ah Ala NU “

BERIKUT KUTIPANNYA…..
BACA BAIK-BAIK

NU dan Peranan Kesejarahannya.
“Kebanyakan penulis sejarah kita sering kurang adil dalam menilai NU.
Umumnya (yang sekarang dikatakan wahabi. Red) mereka menganggap organisasi ini (NU) hanya sebagai reaksi belaka terhadap sesuatu yang lain. Ia (NU) lahir untuk ‘menghadapi’ organisasi yang mencanangkan pembaharuan, seperti Muhammadiyah.
Mengherankan juga, sebuah organisasi lahir hanya sebagai reaksi adanya organisasi lain belaka. Seolah-olah tidak punya peranannya sendiri, tidak punya keabsahannya sendiri (ini istilah yang salah kaprah. Keabsahan datang dari kata Arab afshahiyah artinya kefasihan menyebut suatu kata. Padahal maksudnya shihhiyyah, kesahan dan ketetapan dalam arti, status dan maksud sesuatu).
NU bermula dari gelora semangat Kiai Abdul wahab Hasbullah untuk berorganisasi. Di Mekah, tahun 1913, ia sudah menjadi sekretaris Sarekat Islam cabang Makah (Ketua Kiai Asnawi Kudus). Pulang ke Jawa, hanya beberapa tahun di kampung kelahirannya, Tambak Beras di Jombang. Lalu ke Surabaya, tempat kakeknya di Kertopaten. Sehari-hari nongkrong di tempat perkumpulannya para tokoh pergerakan di Surabaya. Cokroaminoto dan Kiai Mas Mansur adalah teman berkumpulnya. Wajarlah kalau ia ketularan ‘demam organisasi’ dari kawan-kawannya itu. Ketika ia harus memperjuangkan mempertahankan praktek fahamnya dalam beribadah haji di Mekah dari penghapusan oleh penguasa baru di Tanah Suci, wajar sekali kalau ia lalu melakukan tugas itu dengan cara mengorganisasi kekuatan golongannya sendiri.
Bahwa NU lahir bukan karena untuk menghadapi organisasi lain jelas terlihat dari pendekatannya kepada para penguasa Saudi Arabia waktu itu. Mereka adalah dari kelompok pembaharuan, namun NU didirikan justru untuk berunding dengan mereka tentang masalah di atas. Berhubungan baik-baik, dengan mengakui hak hidup mereka sebagai sesama muslimin. Kalau lahir sebagai reaksi terhadap pembaharuan, tentunya bersikap konfrontatif terhadap pemerintah Saudi Arabia. Dari lahirnya hingga saat ini (1984) ternyata NU tidak pernah bersikap begitu.
Memang NU diisi oleh para Kiai. Dan bukan Kiai yang sering berdebat dengan pihak lain. Terlibat dalam dialog yang terkadang pahit dengan kaum pembaharu. Dan itu akan tetap ada, tetapi NU sebagai organisasi tidaklah lahir dan hidup hanya untuk bertentangan dan berdebat.
NU ada karena sesuatu yang lain, yaitu mewujudkan tradisinya sendiri, mencapai cita-citanya sendiri. Ia ditaqdirkan ‘bernasib’ harus memperjuangkan faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah menurut versinya sendiri.
Berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah menurut versi sendiri itu tidak berarti harus bertentangan dengan orang lain. Memang jelas berbeda dari versi-versi orang lain, tetapi tidak harus bertentangan. Kalau meminjam istilah yang dipopulerkan Kruschov, itu dedengkot Komunis, ‘hidup berdampingan secara damai’. Kalau Komunis dan Kapitalis bisa begitu, apalagi sesama Muslimin.
Tugas kesejarahan ini sangat penting untuk diingat. Ia menentukan watak sesuatu organisasi seperti NU, yang kebetulan punya warga begitu banyak. Ada dimensi politiknya, dimensi sosial budayanya, dimensi pendidikannya, dan begitu seterusnya. Tugas memperjuangkan faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga begitu. Tidak dapat dipersempit hanya pada satu bidang garapan saja. Atau dengan satu pola perjuangan saja. Pola perjuangan di satu bidang juga tidak dapat dibatasi hanya pada satu agenda belaka. Juga hanya dengan ‘kawan seperjuangan’ yang satu saja.
Karenanya, patut dipertanyakan mengapa NU selama ini hanya menekankan perjuangan politik belaka. Itupun hanya melalui pola perjuangan politik institusional, yang sering disebut politik praktis (padahal ia tidak praktis, karena sering menimbulkan kesulitan). Itupun hanya dengan kawan seperjuangan yang satu saja, yaitu PPP (Partai Persatuan Pembangunan, pen). Kalau NU besar, ia harus memakai jalur ganda dalam perjuangannya. Beragam lapangan perjuangannya, tekanan terpenting justru di bidang-bidang kekuatannya sendiri: pendidikan, dakwah, kesejahteraan masyarakat, komunikasi. Tidak lupa kerja-kerja sosial ekonomis, karena inilah kepentingan jumlah terbesar warga NU sebenarnya, karena kebanyakan mereka masih miskin dan terbelakang.
Secara nasional, NU juga punya tugas kesejarahan penting. Di satu pihak, ia harus melibatkan diri dalam upaya menegakkan sistem pemerintahan yang secara bertahap semakin membaik, menuju demokrasi penuh. Titik itu harus dicapai guna terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Kerja itu diletakkan dalam kerangka turut melaksanakan GBHN. Di pihak lain, fungsi tersebut harus didukung oleh peranan untuk lebih mematangkan integrasi nasional yang telah dicapai. Peranan ini berbentuk upaya mencapai titik penuh dalam sikap saling mengerti, saling menghormati, dan saling tenggang rasa dengan golongan lain. Berlainan keturunan etnisnya, bahasanya, agamanya, budayanya, faham politiknya dan seterusnya seharusnya tidak membawa pertentangan dalam kehidupan bangsa. Boleh berbeda, tetapi hidup berdampingan secara damai.
Hanya dengan sayarat tercapainya itu semua integrasi nasional kita dapat dipertahankan. Dan hanya mempertahankan integrasi nasional kita dapat mewujudkan cita-cita kemerdekaan sepenuhnya di kemudian hari.
NU lahir untuk mempertahankan suatu faham, namun sejak lahir ia telah bertradisi hidup bersama faham-faham lain, dan organisasi yang berbeda dari dirinya. Patutlah kalau ia berperanan besar dalam mepertahankan dan mematangkan integrasi nasional kita.
3.10. 1984.”
(Harian Pelita, Jakarta, Sabtu 6/10 1984, halaman I).

Jadi sekarang jelas “untuk Apa NU didirikan?”
Jelas juga sekarang “Kenapa NU berbeda?” dengan As Wa Ja yang lain seperti Muhamadiyah, Persis, Salafi, Al Irsyad, DDII, dll yang oleh As Wa Ja ALA NU di STEMPEL WAHABI.

Wallahu a’lamu bishawab

Koreksi kalau sala

2 komentar:

  1. ada 2 perbedaan Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum Dan Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab
    1.Da’wah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (Khawarij)
    2. Da’wah Syaikh Muhammad Abdul Wahhab (Ahlussunnah Wal Jama'ah)
    link :
    http://al-islam-indonesia.blogspot.com/2013/04/apakah-wahabi-sesat.html
    http://tholabulilmi99.blogspot.com/2011/03/pendiri-wahabi-adalah-abdul-wahab-bin.html
    http://mr-islam.blogspot.com/2012/11/apa-itu-wahabi.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau dakwah kedua duanya abdul wahab diatas dielaskan seperti apapun tetap saja tetap saja orang yang membenci dakwah salaf menganggap mereka itu orang yang sama

      Hapus

Silahkan memberi komentar dengan baik