Ustadz Dr. Firanda
Andirja Abidin, Lc. , MA menulis:
Lalu beliau
( Imam Bukhari ) berkata :
وَصَلَّى أَبُو مُوسَى
فِي دَارِ البَرِيدِ وَالسِّرْقِينِ، وَالبَرِّيَّةُ إِلَى جَنْبِهِ، فَقَالَ: «هَاهُنَا
وَثَمَّ سَوَاءٌ»
“Abu Musa (al-‘Asyari)
pernah sholat di rumah al-Bariid (yaitu rumah tempat singgah pengantar surat-surat)
dan di As-Sirqiin (yaitu kotoran hewan secara umum), ketika itu tanah lapang
ada di samping beliau, lalu beliau mengatakan, “Sholat di sini dan di sana (tanah lapang) sama
saja”.
https://konsultasisyariah.com/30383-polemik-seputar-hukum-kencing-kucing-najis.html
Komentarku (
Mahrus ali ) :
Atsar itu
sbg landasan kotoran heean suci menurut Ust Firanda.
Problemnya
di sini kalimat wassirqin, bila di baca wassirqiini , mk terjemahan Ustadz Firanda itu tepat.
Bila di
baca wassirqiinu, mk terjemahan tsb salah .
Terjemahan
yg benar adalah sbb:
“Abu Musa (al-‘Asyari)
pernah sholat di rumah al-Bariid (yaitu rumah tempat singgah pengantar surat-surat) sedang
As-Sirqiin (yaitu kotoran hewan secara umum) dan tanah lapang ada di samping beliau, lalu
beliau mengatakan, “Sholat di sini dan di sana
(tanah lapang) sama saja”.
Jadi Abu
Musa al asyari itu melakukan salat di Darul barid – rumah utusan atau pengantar
surat . Sedang
kotoran hewan dan tanah lapang di samping rumah itu . Jd Abu Musa al asy ari
melakukan salat bukan di tempat kotoran tapi di rumah tempat singgah utusan
khalifah atau sesama amir dll.
شرح السنة للبغوي (2/ 413)
وَلَوْ صَلَّى فِي
مَكَانٍ وَبِقُرْبِهِ نَجَاسَةٌ، فَجَائِزٌ إِذَا كَانَ مَوْضِعُ صَلاتِهِ
طَاهِرًا، صَلَّى أَبُو مُوسَى فِي دَارِ الْبَرِيدِ وَالسِّرْقَيْنُ
وَالْبَرِّيَّةُ إِلَى جَنْبِهِ، فَقَالَ: هَهُنَا وَثَمَّ سَوَاءٌ.
Intinya Imam Baghawi di sini membaca wassirqiinu . Jadi Abu Musa tdk salat di
kotoran tp di rumah tempat singgah utusan
yg di sampingnya ada tempat kotoran.
Makanya
Imam Baghawi menyatakan: Bila orang melakukan salat di tempat dan didekatnya
ada najis, mk boleh asal tempat salatnya suci.
Bila
mengikuti pengertian Ust Firanda, mk Abu Musa melakukan salat di tempat kotoran.lalu
siapa yg mau melakukan sujud di kotoran hewan. Orang sekarang sj tdk ada yg mau
. Dan dlm hal ini orang sekarang dan dulu sama tdk maunya.
Pendapat
Ust Firanda itu berbeda dg hadis kemarin yg menyatakan : Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam melemparkan sandalnya
ketika salat karena ada kotorannya.
ذكره البُخَارِيّ فِي
تَارِيخه عَن أبي نعيم
وَرَوَاهُ ابْن أبي
شيبَة فِي المُصَنّف عَن وَكِيع عَن الْأَعْمَش نَحوه
وَقَالَ أَيْضًا
حَدَّثنا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنِ الأَعْمَشُ عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحَارِثِ
عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنَّا مَعَ أَبِي مُوسَى بِعَيْنِ التَّمْرِ فِي دَار
الْبَرِيد ز 34 ب فَأَذِنَ وَأَقَامَ فَقُلْنَا لَهُ لَوْ خَرَجْتَ إِلَى
الْبَرِيَّةِ فَقَالَ ذَاكَ وَذَا سَوَاءٌ))
Intinya
menurut riwayat Bukhari dlm kitab tarikhnya ada keterangan sbb:
Al harits
berkata: Kami bersama Abu Musa di ainut tamr di rumah singgah utusan , lalu di
kumandangkan adzan , lalu di bacakan qamat , dan kami berkata: Seandainya anda
keluar ke tanah lapang …………….
Abu Musa
menjawab : Di sini atau di tanah lapang sama sj .
Komentarku (
Mahrus ali ) :
Tidak ada
keterangan tempat kotoran. …………. Jadi kalimat tempat kotoran itu masih di
perselisihkan keberadaannya dlm atsar tsb.
Anehnya
atsar sahabat spt itu dibuat landasan oleh Ust Firanda bahwa kotoran hewan suci.
Pd hal modalnya salah phm.
Bila benar ,
itu sekedar perbuatan satu sahabat. Dan ribuan sahabat yg lain tdk melakukannya.
Realitanya , Para
sahabat setelah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam wafat tdk ada yg melakukan spt itu.
Di tinjau
dr sg sanad , atsar itu hanya dari al a`masy Perawi Irak. Dan tidk ada tabiin
yg tahu atsar tsb kcl dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik