Lanjutan Ke 7 Tentang Kajian Salat Jumat 4 rakaat.
Ini Komentar Saya Tentang Ijmak Ulama sbb:
Saya ingat perkataan sebagian ulama sbb:
أقول وكم من إجماعٍ نقلوه وهو أبطل من الباطل. ولنا أن نذكر مقولة الإمام أحمد: «من ادعى الإجماع فهو كاذب
Saya katakan; Banyak Ijmak yang mereka kutip ternyata paling keliru.
Kita ingat perkataan Imam Ahmad; Barangsiapa yang menyatakan Ijmak adalah pendusta.
Ibnu Hazm berkata;
المحلى [مشكول و بالحواشي] - (ج 7 / ص 345)
وَرَحِمَ اللَّهُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ فَلَقَدْ صَدَقَ إذْ يَقُولُ: مَنْ يَدَّعِي الإِجْمَاعَ فَقَدْ كَذَبَ، مَا يُدْرِيهِ لَعَلَّ النَّاسَ اخْتَلَفُوا لَكِنْ لِيَقُلْ: لا أَعْلَمُ خِلافًا، هَذِهِ أَخْبَارُ الْمَرِيسِيِّ، وَالأَصَمِّ.
Semoga Allah memberi rahmat kepada Imam Ahmad bin Hanbal.
Sungguh benar beliau ketika berkata; Barangsiapa yang mengaku Ijmak, maka sungguh ia berdusta, apakah ia tahu, barangkali manusia berbeda pendapat.
Tapi katakan saja; Aku tidak tahu perselisihan dalam masalah ini.………."
Ini adalah berita–berita Almarisi dan Alasham(yakni kabar Burung).
Metode Teori Ijmak Ulama itu Bagaimana?
Belum jelas, apakah para ulama berkumpul di suatu forum/tempat, lalu mereka sepakat dan dikatakan Ijmak ulama?
Bagaimana dengan pendapat ulama yang di penjara hingga tidak bisa ikut dan tidak diundang?
Bagaimana dikatakan Ijmak, bila itu Ijmak palsu?
Apakah seperti muktamar NU, lalu keputusannya dikatakan Ijmak?
Apakah seperti muktamar Muhammadiyah yg kadang keputusannya berbeda dengan muktamar NU lalu dikatakan Ijmak ulama?
Sangat keliru.
Apakah muktamar PERSIS, Salafi, LDII, al-Irsyad, DDII, HTI, IM keputusannya juga dikatakan Ijmak?
Apakah kumpulan dalam Rabithah Islami lalu diputuskan sesuatu kemudian dikatakan Ijmak?
Bagaimana dengan ulama yg ditahan oleh rezim penguasa yg sudah pasti dilarang ikut?
Atau hanya dengan melihat di kitab saja bagaimana komentar pengarangnya lalu sama dengan pengarang lain yg jumlahnya masih bisa dihitung jari, lalu dikatakan Ijmak?
Bagaimana pendapat ulama yg tidak ahli menulis kitab yg tidak tertulis dan belum diakomodasi?
Ajaran Islam sudah berjalan dari dulu(dari era Nabi dan para Sahabat serta Tabiin) sampai sekarang, terus masalah apa yg akan diputuskan dengan Landasan Syariatnya adalah Ijmak ulama, bukan dalil?
Tunjukkanlah apa saja masalah urusan Agama tsb?
Akan saya nanti dengan sabar sampai kapanpun.
Rasulullah sudah wafat dan ajaran Islam telah sempurna, lalu untuk apa ada utusan lewat Ijmak ulama untuk menambahi ajaran Rasulullah atau menguranginya?
Saya khawatir Islam ini akan terkontaminasi dengan budaya Kristen yg ada istilah Kesepakatan Uskup, Kesepakatan Paus dll.
Padahal Kesepakatan tsb untuk menyelisihi Ajaran dari Nabi Isa.
Saya ingat ayat-Nya sbb:
ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ اْلأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
"Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah".
(QS.At-Tobat 34)
Di ayat lain Allah berfirman:
وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Dan sesungguhnya sebagian diantara mereka menyembunyikan Kebenaran, padahal mereka mengetahuinya".
(QS.Al-Baqarah 146)
Saya Khawatir Orang Akan Berkata Seperti sbb:
Salat wajib di sajadah atau di tingkat II boleh atas ijmak ulama, lalu meninggalkan realita Tuntunan Rasulullah yg tidak pernah salat wajib di tikar.
Ayam dan telor halal dengan Ijmak ulama, padahal realitanya Rasulullah dan Ahlulbait serta para Sahabat selama hidup tidak mengkonsumsi ayam dan telor.
Orang haid haram berpuasa dengan Ijmak ulama, padahal landasannya hadis yg kacau-balau maknanya.
Berqurban dengan sapi(bukan kambing) boleh dengan Ijmak ulama, padahal tiada Tuntunan Nabi.
Tahlilan atas kematian boleh dengan Ijmak ulama.
Ziarah kubur dan tawasulannya boleh dengan Ijmak ulama.
Wahabi abad ke 18 sesat dengan Ijmak ulama.
Ada yg menambah Landasan Syariah Islam yaitu Ijmak Sukuti, Ijmak Qauli, Ijmak Kitabi(secara tertulis).
Sudah tentu nantinya akan timbul pula Ikhtilaf Sukuti, (ada khilafnya tapi ulama diam saja) ada lagi Iktilaf Qauli dan Ikhtilaf Kitabi.
Kita kembali saja kepada Landasan pokok Syariah yaitu sbb:
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
"Katakanlah: Unjukkanlah bukti(dalil) Kebenaranmu jika kamu memang orang-orang yang benar".
(QS.Namel 64)
Di ayat lain Allah menyatakan:
أَمْ لَكُمْ سُلْطَانٌ مُبِينٌ(156)فَأْتُوا بِكِتَابِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
"Atau apakah kamu mempunyai bukti(dalil) yang nyata?
Maka bawalah Kitabmu jika kamu memang orang-orang yang benar".
(QS.As-Shoffat)
Al-Irniqi berkata;
وَاعْلَمْ اَنَّ اُصُوْلَ الدِّيْنِ اِثْناَنِ لاَ ثَاِلثَ لَهُمَا اْلكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَمَا ذَكَرُوهُ مِنْ اَنَّ اْلاَدِلَّةَ اَرْبَعَةٌ الْقُرْآنُ وَالْحَدِيْثُ وَاْلاِجْمَاعُ وَاْلقِيَاسُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ اَثَارَةٌ مِنْ عِلْمٍ
Ketahuilah, bahwa sungguh fondasi Agama ada 2, tiada ketiganya yaitu Kitabullah dan al-Sunnah.
Apa yang mereka sebutkan bahwa dalil ada 4 yaitu al-Quran, Hadis, Ijmak dan Qiyas, maka tidak memiliki landasan ilmu.
Syaikh Dr. M. Luqman as-Salafy berkata;
أن هذا الدين مبني على أساسين لا ثالث لهما . وهما القرآن والسنة
(http://www.alifta.net/Fatawa/fatawaDetails.aspx?BookID=2&View=Page&PageNo=1&PageID=3458)
Intinya: Agama ini berdiri atas 2 Landasan dan tiada ketiganya yaitu al-Quran dan al-Sunnah.
وقال المرُّوذي : ( قال أحمد : كيف يجوز للرجل أن يقول : أجمعوا ؟! إذا سمعتهم يقولون : أجمعوا فاتهمهم ، لو قال : إني لم أعلم لهم مخالفاً جاز )
3 – وقال أبو طالب : قال أحمد : ( هذا كذب ما علمه أن الناس مجمعون ؟! ولكن يقول : لا أعلم فيه اختلافاً فهو أحسن من قوله : إجماع الناس )
4 – وقال أبو الحارث: ( قال أحمد :لا ينبغي لأحدٍ أن يدعي الإجماع لعل الناس اختلفوا )
ذكر هذه الروايات أبو يعلى في العدة وابن تيمية في المسودة
Intinya: Itulah perkataan Imam Ahmad agar kita tidak mudah mengatakan Ijmak.
Realitanya manusia masih khilaf(berselisih).
Saya suka dengan perkataan dalam web ini sbb:
الشوكاني لا يخالف في المسائل المشهورة المتفق عليها التي ثبتت بنصوص صحيحة صريحة، وإنما خلافه في حجية الإجماع كدليل شرعي، والمسائل التي دليلها الإجماع، فالحجة عنده مستند الإجماع لا الإجماع نفسه
(http://majles.alukah.net/t78918/)
"Ijmak sebagai dalil hukum saya tidak setuju, saya anti padanya, saya anggap keliru, tetapi bila landasannya dalil terhadap suatu masalah, lalu ulama sepakat cocok dengan pemahaman itu, maka saya salut padanya.
Bila Ijmak sendiri sebagai Hujjah hukum, maka saya katakan no all time".