صَلَوَاتٌ لِحُصُوْلِ الْمَرَامْ
Shalawat lihushulil
maram
Shalawat agar tercapai
tujuan
Para santri dan
santriwati terbiasa dan bahkan orang awam pun tak tertinggal dengan alunan
syair
اَلَّلهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلىَ مُحَمَّدْ وَحَصِّلْ
بِهِ فِى اْلمَرَامْ
Ya Allah! berilah
rahmat dan salam kepada Muhammad. Dan dengannya jadikanlah tujuan kami
tercapai.
Komentarku ( Mahrus
ali ): Tercapainya tujuan itu dengan keutamaan dari Allah SWT. bukan karena
Muhammad atau kedudukannya. Ada suatu hadits sebagai berikut:
Zaid bin Khalid al-Juhani
a berkata, “Suatu malam hujan turun, paginya
Rasullullah menjalankan shalat Subuh di Hudaibiyah. Rasullullah
bersabda, ‘Allah SWT. berfirman :
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي
مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ
وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ
بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ *
Diantara hambaku pagi ini ada yang mukmin, ada pula yang
kafir. Orang yang berkata “Kami diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah
berarti mukmin kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Orang yang berkata
‘Kami diberi hujan karena bintang ini
dan itu, dia kafir kepada-Ku dan beriman
kepada bintang. Dalam suatu riwayat disebutkan
bahwa shalat Subuh tersebut di Hudaibiyah.”[1]
Jadi tidak
diperkenankan menyatakan hujan turun dengan bintang, doa terkabul dengan
Muhammad dan lain sebagainya, tapi katakan karena karunia dan rahmat Allah.
Dalam ayat lain,
Allah SWT. berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
ءَامَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا
وَلَكِنَّ اللَّهَ
يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang
mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah
dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih
(dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”[2]
سَلاَمٌ عَلىَ مَنْ أَتىَ
ذَا اْلَمَقَامْ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ
وَجِدِّ احْتِرَامْ
Kesejahteraan
untuk orang yang datang ke maqom ini dengan hati bersih dan memuliakan yang
sungguh
فَطُوْبَى لِمَنْ
بِالْكِتَابِ اْلكَرِيْم تَعَلَّمَ
طُوْلَ الْحَيَاةِ وَدَامْ
Bahagialah bagi
orang yang mempelajari al-Quran yang mulia selama hidupnya.
وَعَلَّمَهُ النَّاسَ
مُدَّةَ حِيْن وَفِي كُلِّ يَوْمٍ
تَلاَ بِالدَّوَامْ
Lalu di suatu
saat diajarkan kepada manusia dan mau membacanya dengan kontinyu tiap hari.
وَأَمَّلَ مَعْنَاهُ حَيْثُ
اهْتَدَى فَيَعْمَلُ مَا اقْتَضَى كُلَّ
اهْتِمَامْ
Dia mau meresapi artinya dan mendapat petunjuk dari
padanya. Dan mau mengerjakannya
dengan sungguh dan penuh perhatian.
كَذاَك َإِلَى مَوْتِهِ لَا
يَزَالْ إِلَى قَبْرِهِ حَجَّ خَلْقٌ
كِرَامْ
Sedemikian ini, dia
lakukan sampai tutup usia, akhirnya banyak orang–orang mulia pergi ke kuburannya.
وَفِى الْحَشْرِ يُدْعَى
بِغَيْرِ حِسَابْ فَيَدْخُلُ جَنَّةَ
رَبِّ اْلاَنَامْ
Di Mahsyar kelak,
dia akan dipanggil tanpa hisab untuk
masuk ke surga.
وَفِيْهاَ الرِّضَا مَعَهُ
حُوْرٌ عِيْن يَطُوْفُ عَلَيْهِ أَحَبُّ
اْلغُلَامْ
Di dalamnya, dia mendapatkan kerelaan dari Allah, dan
bidadari. Pemuda yang paling dicintai akan mengelilinginya
sebagai pelayan.
فَيَا رَبِّ نَوِّرْ بِهِ
قَلْبَنَا وَزَيِّنْ وَبَيِّضْ لَنَا فِى
الْخِيَامْ
Wahai Tuhanku!
Berilah cahaya hati kami dengan al-Quran, hiasilah, dan putihkan kami di kemah.
Komentarku ( Mahrus
ali ): Bisa juga diartikan dengan “Muhammad berilah cahaya hati kami dan
hiasilah kami di kemah”. Doa dengan cara
yang seperti ini saya tidak menjumpai dalilnya, para sahabat dan Rasulullah
tidak mengajarkannya dan tidak
mengerjakan. Ibnu Taimiyah berkata:
وَأَمَّا الرَّجُلُ إِذَا أَصَابَتْهُ
نَائِبَةٌ أَوْ خَافَ شَيْئًا فَاسْتَغَاثَ بِشَيْخِهِ، يَطْلُبُ تَثْبِيْتَ قَلْبِهِ
مِنْ ذَلِكَ الْوَاقِعِ، فَهَذَا مِنَ الشِّرْكِ، وَهُوَ مِنْ جِنْسِ دِيْنِ النَّصَارَى؛
فَإِنَّ اللّه هُوَ الَّذِى يُصِيْبُ بِالرَّحْمَةِ وَيَكْشِفُ الضُّرَّ،
Adapun seorang
lelaki bila tertimpa penderitaan atau takut sesuatu, lalu berdoa dengan bertawasul dengan gurunya untuk
minta kemantapan hati atas kasus yang dialami. Ini termasuk syirik. Hal ini
mirip dengan ajaran agama Nasrani. Sesungguhnya hanya Allahlah yang akan
memberikan musibah dengan rahmat-Nya dan
melenyapkan bahaya.[3]
بِنُوْرِهِ أَتْمِمْ لَناَ
نُوْرَنَا وَسَهِّلْ بِهِ أَمْرَناَ مَا
يُضَامْ
Dengan cahaya al-Quran,
sempurnakanlah cahaya kami, permudahlah urusan kami yang membikin derita.
Komentarku ( Mahrus ali ): Ada orang yang mengartikan:
Dengan cahaya Muhammad , sempurnakanlah cahaya kami, permudahlah urusan kami yang membikin
derita. Syair seperti itu mirip dengan syair Imam Bushiri sebagai berikut:
مَاسَامَنَي
الدَّهْرُ ضَيْماًوَاسْتَجَرْتُ بِهِ
إِلاَّ وَنِلْتُ جِوَاراً مِنْهُ لَمْ يُضَمِ
Setiap zaman menganiaya
aku lalu aku minta perlindungan dengan
Nabi Muhammad, aku pun dapat
keselamatan dan perlindungan.
Keterangan: Kesyirikan di sini minta perlindungan kepada Nabi
Muhammad ketika tertimpa musibah.
وَوَسِّعْ لَناَ رِزْقنًا
طَيِّبًا حَلاَلاً وَبَارِكْهُ غَيْرَ
انْقِسَامْ
Perluaslah rezeki
kami yang baik dan halal, berilah berkah tanpa di bagi – bagi.
وَبَلِّغْ جَمِيْعَ
مَقَاصِدِنَا وَيَسِّرْ لَناَ حَجَّ
بَيْتِ الْحَرَامْ
Seluruh cita –
cita kami bikinlah tercapai, permudahlah kami untuk menunaikan haji ke baitul
haram.
وَهَوِّنْ بِهِ سَكَرَاتِ
الْمَمَاتْ أَمِتْنَا بِخَيْرٍ وَحُسْنِ
الْخِتَامْ
Permudahkan
sakarat maut kami karena Muhammad, matikan kami
denga n baik dan husnul khatimah.
Komentarku ( Mahrus
ali ): kasidah terakhir ini termasuk tawasul kepada Rasulullah yang sudah meninggal dunia, dan ini barang
baru, yakni bid’ah, tidak boleh dilakukan
dilakukan, karena ada hadits:
وَِايَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ
الاُ مُوْرِفَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Berhati-hatilah terhadap ajaran baru ( yang
tidak berdasarkan hadits dan al-Quran). Sesungguhnya seluruh ajaran baru itu bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”[4]
Sang penyair
berkata:
وَحَمْدًا وَشُكْرًا عَلىَ
كُلِّ حَالْ صَلاَةً وَسَلاَمًا
بِأَزْكَى السَّلاَمْ
Aku selalu memuji
dan bersyukur setiap keadaan, begitu juga shalawat dan salam yang terbaik.
وَقَدْ نَظَّمَ الْبيَيْتَ
عَبْدُ الِالَهْ عُمَرُ ابْتِغَاءَ
الرِّضَا بِالتَّمَامْ
Kasidah–kasidah
tersebut disusun oleh hamba Allah, Umar, untuk mencari ridha-Nya dengan
sempurna.[5]
[2] Surat al-Nur:21.
[3] Majmu` Fatawa,
bab ketiga dari bab Tawasul.
[4] Sunan Abi Dawud dalam bab Al-Sunnah, nomor 4607. Sunan
al-Tirmidzi dalam bab Ilmu, no. 2678. Hadits sahih. Imam Ahmad
meriwayatkannya dalam kitab Musnad (4/126–127). Ibnu Majah dalam kitab
Al-Muqaddimah nomor 42. Bab. : Mengikuti perilaku khulafaur rasyidin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik