Jakarta – Beberapa kali segelintir
oknum DMI bertindak sendiri dalam menjalankan programnya, tanpa arahan dan
koordinaasi Ketua Umum DMI. Oknum DMI yang “bermain” di badan-badan otonom dan
kerap membantu penyebaran propaganda Syiah tersebut harus ditindak tegas,
sehingga tidak menodai perjuangan organsiasi.
Seperti
diketahui, DMI yang berasaskan Islam itu harus steril dari paham Syiah dan
sempalan-sempalan keagamaan lainnya. Mengingat DMI punya tanggungjawab besar
dalam membina akidah dan moral umat. Masjid yang seharusnya menjadi basis DMI,
seyogianya membentengi umat dari paham-paham aliran keagamaan yang menyesatkan.
Seperti
diberitakan sebelumnya, oknum di kepengurusan Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) pernah mendeklarasikan Muhsin
(Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia)
yang berlangsung di Masjid Akbar, Kemayoran, Jakarta, Jum’at (20 Mei 2011) lalu.
Ketua Majelis
Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia
(Muhsin) Daud Poliraja saat menjadi narasumber Seminar Internasional Syiah di
Jakarta (11/2) pernah menyebut Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH.
Tarmidzi Taher belum insaf saat ia diklarifikasi soal dibentuknya Muhsin.
“Saya
diminta klarifikasi oleh Pimpinan Pusat DMI. Saya sudah jelaskan, tapi ternyata
masih ada yang belum insaf atau belum puas. Saya ditanya lagi, hai Daud,
sebetulnya apa sih madzhabmu? Sunni atau Syiah? Lalu saya jawab, madzhab saya
adalah madzhab akhlakul karimah. Begitu saya jawab seperti itu, Pimpinan Pusat
DMI tidak bisa menjawab. Bukankah Nabi Saw diutus dengan akhlakul karimah.
Dengan akhlakul karimah, banyak masalah bisa diselesaikan,” kata Daud
membangkang.
Bahkan tabloid
Jum’at, sebuah media internal milik DMI pernah disusupi propaganda Syiah. Wakil
Pemimpin Redaksi Tabloid Jum’at H. Ramlan Marjoned yang juga
aktif di DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Pusat mendapat protes oleh
kalangan aktivis Islam, sehubungan dengan isi Tabloid Jum’at yang
mendukung Syi’ah.
Sekjen DMI Nasir
Zubaidi yang juga anggota MUI , mengaku sudah menyurati Pemred dan Wakil Pemred
Tabloid Jumat secara resmi agar tidak menjadikan Syiah sebagai corong di
tabloid milik DMI. Bahkan Ketua Umum DMI KH. Tarmidzi Tahir tegas menyatakan penolakannya
terhadap Syiah.
Ketua Umum DMI KH.
Tarmidzi Tahir kepada Voa-Islam menegaskan, secara akidah, Sunni tidak bisa
didekatkan dengan Syiah. Karena sejak awal, lahirnya syiah itu untuk melawan
Sunni. Namun secara politis, bisa saja ada jalinan persahabatan antara Syiah
dan Sunni.
“Yang jelas,
saya tidak merestui kegiatan deklarasi tersebut. Dan saya juga tidak ikut dan
menghadiri acara itu. Bagi saya, orang boleh saja bicara ilmiah untuk membahas
paham syiah dan sunni. Tapi upaya untuk menyatukannya rumit. Konflik
Sunni-Syiah itu sudah ratusan tahun. Deklarasi kemarin adalah gagasan Jalaludin
Rakhmat, bukan DMI. Kang Jalal berupaya untuk mendekatkan Syiah dengan
Sunni Indonesia.”
Diakui Tarmizi,
sejak Muhsin dideklarasi atas nama Ijabi dan PP DMI, banyak telepon berdering
yang ia terima untuk mengkonfirmasi dan menanyakan langsung tentang kebenaran
informasi tersebut. Bahka ada yang protes, kenapa DMI mendukung
keberadaan Syiah di Indonesia.
Menurut Tarmizi,
syiah itu paham yang sangat keras. Jika melihat performance-nya yang
hitam-hitam, itu simbol dari sebuah dendam. Di Iran, Islam Sunni sulit untuk
membangun masjid di sana. Itu kenyataan yang tak bisa dipungkiri. “Biarlah
keduanya berkembang di dunia. Dalam rangka perdamaian, tak perlu menutup jalan
diplomasi dengan menggunakan pendekatan politis, bukan akidah,” jelasnya.
Tarmizi tidak
mempersoalkan jika Sunni-Syiah dibahas dengan pendekatan ilmiah, tapi sulit
jika dipaksakan dengan menggunakan pendekatan akidah. “Yang membuat acara
deklarasi itu kan anak muda, Daud namanya. Sejak awal, DMI tidak merestui
kegiatan tersebut. Jika ada yang mengatasnamakan DMI, jelas itu menyalahi
aturan organisasi. Karena itu bisa saja diberi sanksi administrasi. Bahka, bisa
saya keluarkan orang itu dari keanggotaan,” tandas Tarmizi yang
membantah, jika ada anggotanya yang berpaham Syiah.
Seharusnya DMI
lebih konsen terhadap persoalan kemasjidan, bukan mencampuradukkan dengan
politik praktis, apalagi sampai bekerjasama dengan kelompok Syiah. [desastian]
Sabtu, 28 Apr 2012 (VoA-Islam)
Media
Milik Dewan Masjid Indonesia Disusupi Syiah?
JAKARTA
(VoA-Islam) Wakil Pemimpin
Redaksi Tabloid Jum’at H. Ramlan Marjoned yang juga aktif di
DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Pusat mendapat protes oleh kalangan
aktivis Islam, sehubungan dengan isi Tabloid Jum’at – media
internal mingguan DMI (Dewan Masjid Indonesia) — yang mendukung Syi’ah.
Ramlan Marjoned
sempat menegur anak buahnya, RS selaku Redaksi Pelaksana (Redpel) tabloid yang
menulis judul pada laporan utamanya yang berjudul “MUI Pusat: Syiah Tidak
Sesat.” Yang jelas, bukan kali ini saja tabloid Jum’at kecolongan artikel pro
Syiah yang ditulis oleh RS. Tulisan terkait Syiah dan ulama-ulama Syiah kerap
disajikan tablid tersebut dalam beberapa edisi sebelumnya. [desastian] Selasa,
07 Feb 2012 (VoA-Islam)
(nahimunkar.com)