Pada tgl 29-06-2012 , jam 03:48:58 ada sms dari salah satu putra kiyai NU pengasuh pondok pesantren Garut sbb:
Bismillah, Ustadz adakah dalil yang shohih tentang kebolehan
menyambung bacaan al Qur'an dengan selain al Qur'an sebagaimana
di dalam hukum tajwid tentang penyambungan ta'awudz dengan
Bismillah (waslul jami')
Abu Zakiah
Abu Zakiah
Saya
sms:
Setahu saya itu sekedar pendapat tanpa dalil .maaf hampir lupa
Dia
sms lagi:
Berarti kesimpulanya boleh di sambung atau tidak antara ta'wudz
dengan bismillah / ayat al Qur'an, kalo tidak apakah termasuk bid'ah?
Mengingat hal ini telah masyhur dalam kitab tajwid dan tdk ada yg
mengoreksi, seakan2 hukum tajwid tdak termasuk hukum syari'at..
Yang tidak mengenal sunnah, bid'ah dll, kadang di sebutkan sunnah
tp tnp dalil. Allohu A'lam. Jazzakumulloh khoiron katsiro
Saya
sms:
Ya.bila ada dalil kita ikut dalil,lihat namel. 64
Komentarku
( Mahrus ali ):
Ayatnya
sbb:
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang
orang-orang yang benar".[1]
Jangan berkata tanpa
ilmu , nanti akan menyesatkan dan jangan
banyak bicara.
Imam Syafii berkata
dalam suatu syair :
قَالُوا
سَكَتَّ وَقَدْ خُوْصِمْتَ
قُلْتُ لَهُمْ إِنَّ اْلجَوَابَ لِبَابِ
الشَّرِّ مِقْتَاحٌ
الصُّمْتُ
عَنْ جَاهِلٍ أَوْ أَحْمَقَ شَرَفٌ
وَفِيْهِ أَيْضًا لِصَوْنِ اْلعِرْضِ إِصْلاَحٌ
أَمَا
تَرَى اْلأُسْدَ: تُخْشَى وَهِيَ صَامِتَةٌ
وَاْلكَلْبُ يَخْشَى لَعَمْرِي وَهُوَنَبَّاحٌ
Mereka berkata : Kamu
diam pada hal kamu di debat
Aku menjawab kepada
mereka ; sesungguhnya menjawabnya adalah
kunci pintu kejelekan
Diam terhadap
orang bodoh atau dungu adalah kemuliaan
Dan itu memperbaiki
untuk memelihara kehurmatan
Apakah kamu tidak
melihat singa – singa di takuti sekalipun diam
Demi hidupku ! anjing takut sekalipun menyalak
Ilmu tsjwid adalah ilmu karangan manusia , ya`ni kebanyakan tidak ada
keterangan dalilnya , dan kita ini di
haruskan mengatakan sesuatu tentang agama
harus berdalil , jangan berpendapat doang .
Imam Bukhori membikin bab :
بَاب مَا كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسْأَلُ مِمَّا لَمْ يُنْزَلْ عَلَيْهِ
الْوَحْيُ فَيَقُولُ لَا أَدْرِي أَوْ لَمْ يُجِبْ حَتَّى يُنْزَلَ عَلَيْهِ
الْوَحْيُ وَلَمْ يَقُلْ بِرَأْيٍ وَلَا بِقِيَاسٍ لِقَوْلِهِ تَعَالَى ( بِمَا
أَرَاكَ اللَّهُ )
Nabi SAW ditanya
tentang sesuatu yang tiada dalilnya dalam al Quran lalu beliau berkata :” Tidak tahu “ atau tidak menjawab hingga wahyu diturunkan .
Beliau tidak berpendapat atau menggunakan
qiyas karena Allah berfirman :
إِنَّا أَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ
وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
Sesungguhnya Kami
telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili
antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat,[2]
Dia
sms lagi:
Terima
kasih ustadz, jazzakumulloh khoiro katsiro,Abu Zakiah Adi Hikmat – Garut
Saya
sms:
Allohu
yujzik
Ohh... gt ya ... kalau ga bisa kita harus diam ....
BalasHapus