Editor in Chief
Shoutussalam Islamic Media
Pada hari ini Syiah Rafidhah merupakan komponen sosial dan politik yang cukup dominan dalam pertempuran ideologi. Banyak umat Islam yang awam masih saja tertipu dengan golongan yang satu ini. Padahal syiah pada hari ini sama sekali bukanlah bagian dari umat Islam, bahkan tanpa melihat penghinaan mereka kepada para sahabat Rasulullah dan tanpa melihat penyimpangan mereka terhadap syariat.
Amal Musyrik Syiah
Para Imam di mata Syi’ah adalah orang-orang yang harus dimuliakan walaupun mereka telah meninggal. Mereka menghias kuburan imam-imam mereka semegah mungkin. Mereka datang ke kuburan para Imam untuk mencium-cium, bertamasuh atau mengusap-usap kuburan seraya memelas bahkan menangis, bersujud menghadap kubur, dan berdoa meminta sesuatu pada mayit (Bahrum Subagia, UIKA).
Perilaku Syiah yang identik dengan kemusyrikan ini dilakukan kepada banyak tokoh. Dari tempat yang mereka anggap sebagai makam cucu Rasulullah, salah satu dari Imam 12, makam tokoh muashir seperti Khomeini, hingga musuh para Shahabat; Abu Lu’luah al-Majusy. Republik Islam Iran sempat selama berpuluh-puluh tahun membiarkan berdirinya rumah ibadah yang berdiri bak istana, yang konon merupakan makam Abu Lu’luah al-Majusy.
Semua orang juga tahu bahwa mausoleum Musavi Khomeini, pendiri teori sekaligus imam pertama Wilayatul Faqih di zaman ini, penuh dengan manusia-manusia yang melakukan shalat dan tidak lupa, shalatnya menghadap kuburan tokoh ini. Bukan menghadap Ka’bah.
Allah telah berfirman dalam surat Yunus :
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat hal itu maka sesungguhnya kamu dengan demikian termasuk orang-orang yang dzolim (musyrik)” (QS. Yunus, 106).
Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya Al Muwatto’, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"اللهم لا تجعل قبري وثنا يعبد، اشتد غضب الله على قوم اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد"
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah. Allah sangat murka kepada orang-orang yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah”.
Sedangkan dengan alasan tawassul, syiah melegalisasi amalan-amalan syirik ini. Salah satunya adalah pernyataan berikut, Ayatullah Baqir Shadr: “Jika mereka melakukan itu (berziarah dan bertawasul) dengan pemahaman bahwa wali-wali Allah dapat merubah nasib mereka dan bisa berbuat “sesuatu” tanpa seizin Tuhan, maka, ya benar itu memang syirik. Namun umat Islam tidak berkeyakinan seperti itu. Mereka faham bahwa para wali Allah adalah perantara yang menyampaikan doa mereka (umat Islam) kepada Tuhan dan Allah pun berkat bantuan para wali besar kemungkinannya bersedia mengabulkan doa mereka. Oleh karena itu niat sedemikian dalam berziarah bukanlah syirik.” (Akhirnya kutemukan kebenaran, Doktor Tijani Samawi, halaman 92.)
Syirik Paten, Murni, Orisinil, 100 Persen !!
Sesungguhnya dalam fatwa para pembela tauhid dari kalangan Ulama Najdiyah telah jelas bahwasanya pelaku syirik qubur adalah kaum musyrikin tulen, baik ia mengaku islam atau tidak. Khususnya syiah, dengan mengabaikan segala kerusakan aqidah dan penyimpangan mereka terhadap syariah, maka mereka adalah musyrikin. Baik sebelum didakwahi ataupun setelah didakwahi ngeyel.
Allah berfirman bahwa orang-orang yang melakukan kesyirikan yang nyata-nyata dilarang dalam dalil adalah kaum kafirin, bahkan sebelum datang bayyinah kepada mereka :
"لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ"
Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik
(mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum
datang kepada mereka bukti yang nyata. (Al-Bayinah: 1)Syeikh Muhammad bin Abdil Wahab berkata : "Maka macam orang-orang musyrik ini dan yang serupa dengannya dari kalangan orang-orang yang beribadah kepada para wali dan orang-orang sholih, kami menghukumi bahwa mereka itu adalah orang-orang musyrik…" (Ad duraar as saniyyah 1/522), selesai.
Putra-putra Syeikh Muhammad bin Abdil Wahab dan Hamd bin Nashir ketika ditanya tentang orang yang beriman kepada Alloh dan Rasul tapi juga mereka berbuat syirik, mereka menjawab : "Jika dia melakukan kekafiran dan syirik dikarenakan jahl atau tidak ada yang memperingatinya, kami tidak menghukumi kafir sampai ditegakkan hujjah pada mereka. Akan tetapi kami juga tidak menganggap bahwa dia muslim -sampai perkataan beliau- dan tidak dikatakan kalau dia tidak kafir berarti muslim… "(Ad duraar 10/136).
Ibnu Taimiyyah menukil dari Ibnu Nashr al-Mawarzy : “Adapun kejahilan terhadap Allah adalah dalam setiap keadaannya merupakan kekafiran baik sebelum ada khabar maupun setelah datangnya khabar”( Majmu Al Fatawa 7/325).
Fakta Lapangan Para Pengudzur Syiah
Faktanya di lapangan ada sejumlah alim (atau tokoh yang dianggap seperti itu) masih belum mau mengkafirkan Syiah Rafidhah, bahkan mungkin relatif masih membuka keran wala’ kepada Syiah Rafidhah.
Menjadi wajar jika golongan “sunni” yang tidak mau mengkafirkan Syiah Rafidhah tersebut adalah sama-sama pelaku ubbadul qubur, atau yang biasa disebut sebagai Sufi dan Pelaku Tarekat. Wajar jika mereka yang masih terjerumus dalam kemusyrikan seperti ini berbelit-belit ketika ditanyai tentang status Syiah. Perilaku yang seperti ini tidak perlu dipertanyakan, karena memang dari segi amalan ubbadul qubur mereka selaras.
Seperti dirilis di web mereka, Front Pembela Islam mengkotak-kotakkan Syiah menjadi tiga. Yakni Syiah Ghulat, Syiah Rafidhah, dan Syiah Mu’tadilah. FPI dalam rilisan tersebut hanya mengkafirkan Syiah Ghulat dengan alasan menuhankan/menabikan Ali ibn Abi Thalib RA atau meyakini Al-Qur'an sudah di-TAHRIF (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya.( http://fpi.or.id/?p=detail&nid=98)
Sehingga wajar jika ada golongan dari kalangan Tarekat dan Sufi melihat dari sudut pandang berbeda dengan keyakinan manhaj salaf dan hal ini tidak perlu dipersoalkan berpanjang-panjang. Namun yang aneh adalah jika seseorang alim tidak mau mengkafirkan Syiah Rafidhah, atau masih mengklasifikasikan Syiah seperti pengklasifikasian di atas. Padahal ia dikenal (bahkan mengaku) anti dengan amalan ubbadul qubur.
Orang-orang yang semacam seperti ini, tidak layak bagi kaum muslimin untuk shalat dibelakangnya. Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata: “Siapa yang membela-bela mereka (para thaghut dan para pelaku syirik) atau mengingkari kepada yang mengkafirkannya atau dia mengklaim bahwa perbuatan mereka ini meskipun bathil, maka itu tidak mengeluarkan mereka kepada kekafiran, maka status minimal orang yang membela-bela ini adalah fasiq yang mana tulisan dan kesaksiannya tidak diterima dan tidak boleh shalat bermakmum di belakangnya”. (Ad Durar: 10/53)
Syaikh ‘Abdurrahman Ibnu Hasan rahimahullah berkata: “Oleh sebab itu orang tidak menjadi muwahhid kecuali dengan cara menafikan syirik, bara’ darinya, serta mengkafirkan orang yang melakukannya” (Syarh Ashli Dienil Islam)
Sehingga jika mengikuti pemahaman para ahli tauhid yang telah teruji keimanan mereka, mustahil menggelari para pengudzur Syiah Musyrikin ini sebagai al-mukarrom, al-allamah, atau gelar-gelar yang khusus diberikan kepada mereka yang sensitive terhadap kesyirikan. Padahal kejahatan Syiah Rafidhah Musyrikin adalah kuadrat, murakkab, dan tidak tertolerir lagi. Juga jangan salahkan umat Islam jika ada diantara mereka memusuhi alim-alim yang mengudzur kejahatan aqidah Syiah Rafidhah, karena tindakan mereka adalah sah dan mengikuti wejangan para ulama. Wallahu a’lam.[sksd]
Komentarku ( Mahrus
ali):
Tentang kesyirikan syi`ah sudah tidak unik lagi, tapi
sudah populer dan mereka juga anti tauhid. Syirik mereka terbanyak dikalangan
ahli bid`ah bukan ahlis sunnah yang penggerak tauhid dan pembasmi kesyirikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik