Hidayatullah.com-- Islam
selama ini selalu dipojokan dengan stigma negatif dengan tudingan
sebagai agama yang radikal, dan agama yang mengajarkan teroris ujar
Menteri Agama H Suryadharma Ali.
Pernyataan ini disampaikan Suryadharma Ali dalam sambutannya pada acara silaturahmi dengan pimpinan Ponpes Minhaajurrosyidin, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (08/03/2013).
Hadir pada acara itu, Dewan Penasihat Ponpes Minhaajurrosyidin, Ketua Umum Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Abdullah Syam, Kepala Kantor Wilayah Kemenag DKI Jakarta Akhmad Murtadho, serta para ulama lainnya.
Suryadharma mengakui memang ada yang memahami agama secara radikal, dan itu tidak saja terjadi di Islam tapi juga pada penganut agama lainnya yang memahami ajaran agamanya secara radikal.
Bahkan, menurut Suryadharma, pemahaman radikal sesungguhnya bukan hanya terhadap pemahaman agama, tapi juga oleh mereka yang menjunjung demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Kalau dulu akarnya radikalisme adalah hanya pada ajaran agama, tapi sekarang meluas kepada mereka yang menjunjung tinggi paham demokrasi, dan pikiran-pikiran HAM juga berbuat radikal. Namun, masalah ini yang tidak pernah diungkap,” paparnya dikutip laman Kemenag.
Dikatakan Suryadharma, mereka yang menganut paham demokrasi tapi juga radikal karena kerjanya saat unjuk rasa dengan bakar ban, menutup jalan raya sehingga menimbulkan kemacetan yang luar biasa panjang, termasuk merusak kantor gubernur, bupati dan kantor pemerintahan lainnya.
“Mereka itu termasuk penganut paham demokrasi radikal. Jadi ada HAM radikal juga ada demokrasi radikal. Jadi kenapa Islam saja yang dituding sebagai agama yang mengajarkan radikal,” papar Suryadharma yang juga ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dikatakannya, HAM itu memperhatikan unsur agama, kepentingan suatu bangsa dan budaya yang berkembang. “Jadi kalau kita mengambil pemikiran (HAM) dari barat begitu saja, tanpa menjaringnya pasti tidak cocok,” papar Suryadharma.*
Rep: Panji Islam
Red: Cholis Akbar
Pernyataan ini disampaikan Suryadharma Ali dalam sambutannya pada acara silaturahmi dengan pimpinan Ponpes Minhaajurrosyidin, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (08/03/2013).
Hadir pada acara itu, Dewan Penasihat Ponpes Minhaajurrosyidin, Ketua Umum Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Abdullah Syam, Kepala Kantor Wilayah Kemenag DKI Jakarta Akhmad Murtadho, serta para ulama lainnya.
Suryadharma mengakui memang ada yang memahami agama secara radikal, dan itu tidak saja terjadi di Islam tapi juga pada penganut agama lainnya yang memahami ajaran agamanya secara radikal.
Bahkan, menurut Suryadharma, pemahaman radikal sesungguhnya bukan hanya terhadap pemahaman agama, tapi juga oleh mereka yang menjunjung demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Kalau dulu akarnya radikalisme adalah hanya pada ajaran agama, tapi sekarang meluas kepada mereka yang menjunjung tinggi paham demokrasi, dan pikiran-pikiran HAM juga berbuat radikal. Namun, masalah ini yang tidak pernah diungkap,” paparnya dikutip laman Kemenag.
Dikatakan Suryadharma, mereka yang menganut paham demokrasi tapi juga radikal karena kerjanya saat unjuk rasa dengan bakar ban, menutup jalan raya sehingga menimbulkan kemacetan yang luar biasa panjang, termasuk merusak kantor gubernur, bupati dan kantor pemerintahan lainnya.
“Mereka itu termasuk penganut paham demokrasi radikal. Jadi ada HAM radikal juga ada demokrasi radikal. Jadi kenapa Islam saja yang dituding sebagai agama yang mengajarkan radikal,” papar Suryadharma yang juga ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Dikatakannya, HAM itu memperhatikan unsur agama, kepentingan suatu bangsa dan budaya yang berkembang. “Jadi kalau kita mengambil pemikiran (HAM) dari barat begitu saja, tanpa menjaringnya pasti tidak cocok,” papar Suryadharma.*
Rep: Panji Islam
Red: Cholis Akbar
Komentarku ( Mahrus
ali):
Sejak dulu bukan sekarang
saja, konfrontasi antara kebenaran dan kebatilan berjalan, tidak akan berhenti. Kapan dan
dimanapun. Pihak – pihak pembela kebenaran terus ingin menegakkan kebenarannya,
begitu juga pihak – pihak penegak kebatilan takkan mau mengalah, maunya mereka
ingin mengubur kebenaran hingga yang tampak diatas bumi hanyalah kemungkaran
dan kedurhakaan, bukan kebaikan dan ketaatan. Pihak akar rumputpun begitu,
gemar menghadiri acara kemungkaran dan ada yang benci dan enggan menghadirinya,
lalu bikin acara kebenaran sendiri untuk tetap exis dan tak mau kalah, inginnya
menumpas kebatilan. Ingat saja firman Allah:
إِنْ يَمْسَسْكُمْ
قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا
بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ
شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ(140)
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat
luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang
yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur
sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik