Dulu, kiai salaf di pondok pesantren selalu
identik dengan kitab kuning yang lusuh. Kini, identitas itu tak lagi berlaku
bagi Gus Mus. Perkembangan teknologi membuat Gus Mus - pangilan akrabnya -
membaca kitab-kitab kuning tak lagi dengan membawa kitab kuning, tetapi ia
memanfaatkan fasilitas komputer tabled buatan Apple. "Kita sangat terbantu
dengan teknologi modern ini," ujar Gus Mus
Pria kelahiran Rembang tahun 1944 itu
juga menjelajahi dunia maya untuk mengetahui perkembangan zaman dan teknologi.
Ia membuat akun jejaring sosial, seperti facebook, twitter hingga blog dengan
alamat: http://gusmus.net/.
Gus Mus mengaku sudah berkali-kali
memamerkan iPad miliknya. Salah satunya ketika mengisi ceramah pengajian di
Sumenep, Madura. Dia menunjukkan video Michael Jackson yang
"menyanyikan" lagu Madura.
Ternyata, para kiai tersebut tidak
tertarik. Para kiai juga protes karena
dianggapnya akan menimbulkan ketergantungan dengan teknologi.. Lalu, Gus Mus
memperlihatkan hasil download kitab-kitab kuning dari berbagai perpustakaan di
penjuru dunia. "Buka kitabnya gak usah pake tulunjuk jari dengan pelicin
ludah, tapi cukup dijawil," kata suami Siti Fatimah itu.
Sejak itu, para kiai mulai tertarik
iPad. Tapi, mereka mengeluh kenapa hurufnya kok kecil. Gus Mus langsung
menyahut: "Jawil saja dengan dua jari telunjuk dan ibu jari, hurufnya akan
langsung membesar". Para kiai langsung
terperangah. Sambil guyonan mereka langsung menanyakan harganya.
Menurut Gus Mus, keberadan teknologi
terserah pada penggunanya. Ia mencontohkan adanya twitter dan facebook sangat
bermanfaat untuk silaturahmi dan belajar dari kicauan orang-orang. "Mudah
mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber," kata pengasuh Pondok
Pesantren Raudlatuth Thalibin Rembang tersebut.
Kini, dengan iPad, Gus Mus selain tak
repot membawa segepok kitab kuning, tetapi dia cukup mendownload kitab-kitab
kuning. Keuntungan lain, dia juga bias belajar di mana saja. "Pas jalan
macet kita bisa membaca kitab atau baca Al-Qur'an," katanya. Kini, di mana
ada Gus Mus pasti ada iPad yang ditentengnya. (tempointeraktif)
Komentarku ( Mahrus ali):
Dalam
masalah elektronik atau tehnologi ini
bukan masalah sariat, bukan masalah
bid`ah atau sunnah, bukan masalah sesat atau benar, jalan lurus atau bengkong. Tapi
kita gunakan tehnologi untuk kepentingan agama kita, bukan mengikuti hawa
nafsu, kita gunakan alat untuk kebahagiaan akhirat bukan mencelakan kita
disana, semisal tehnologi untuk kedurhakaan pada Allah dan setia pada setan.
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ
اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ
كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Qashas 77
Dengan menggunakan tekbologi modern juga kita bisa mengakses khadits-khadits yg shohih, dari yg dho'if dan maudhu yg dapat menimbulkan efek buruk bagi ummat Islam yg mencintai Al-Quran dan Sunnah menurut pemahaman shahabat, tabi'in dan tabi'uttabi'in.
BalasHapusRalat kata tehbologi, seharusnya teknologi
BalasHapus