Jombang, NU Online
Meski sering diidentikkan dengan kesenian kaum abangan, Tari Ngremo juga ditekuni kalangan pesantren di Kabupaten Jombang.
Santri dari Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang menampilkan tarian ini saat pembukaan Pasar Rakyat yang digelar PBNU dan PCNU Jombang di kecamatan Ploso Jombang, Sabtu (9/2).
Tidak berbeda dengan penari Ngremo yang biasa mengiringi kesenian Ludruk, penari yang merupakan santri perempuan ini dengan atribut tari khas jawa Timur tepatnya Jombang ini lemah gemulai menggerakkan tangan dan sekali kali menggertakkan kaki. Hanya satu yang membedakan yakni, karena santriwati mereka tetap menggunakan jilbab sebagai penutup aurat.
“Mereka memang diajar menari di pondok (sekolah lingkungan pondok), dan mereka sudah pernah juara tingkat Jawa Timur,”ujar Gus Salman pengasuh Pesantren Babus Salam yang ikut mendampingi santrinya dengan bangga.
Tari ngremo merupakan tarian khas Jawa Timur dan telah menjadi salah satu budaya bangsa Indonesia. Tari ini berasal dari kesenian ludruk. Tarian ini berasal dari Desa Ceweng kecamatan Diwek, tidak jauh dari tanah kelahiran KH Abdurrahman Wahid Alias Gus Dur. Di Diwek juga terdapat Pesantren KH Hasyim Asyari yang juga pendiri NU.
Tari Ngremo menurut sejarah diciptakan oleh warga yang berprofesi sebagai pengamen tari di kala itu, memang banyak profesi tersebut di Jombang, kini Tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang digunakan sebagai pengantar pertunjukan kesenian Ludruk.
Namun, pada perkembangannya tarian ini sering ditarikan secara terpisah sebagai sambutan atas tamu kenegaraan, ditarikan dalam upacara-upacara kenegaraan, maupun dalam festival kesenian daerah. Tarian ini sebenarnya menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran dalam medan laga.
Hadir dalam pembukaan pasar rakyat diantaranya Ketua Tim Umat Power H Bambang P. Soemardjo, serta wakil bupati Jombang Widjono Soparno, dan sekdakab Munif Kusnan.
“Terimakasih kepada PBNU, Jombang menjadi tempat digelarnya pasar rakyat. Kita minta setiap tahun pasar rakyat seperti ini bisa digelar di Jombang,”ujar Wabup saat membuka kegiatan yang dilanjutkan dengan pemukulan bedug sebanyak sembilan kali.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Sumber: http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,2-id,42413-lang,id-c,daerah-t,Santri+Babus+Salam+Tampilkan+Tari+Ngremo-.phpx
Komentarku ( Mahrus ali)
Setahu
saya tari ngremo itu identik dengan kemaksiatan, kedurhakaan bukan ketaatan
atau setia kepada ajaran Allah.Ini menggembirakan setan setan manusia dan
membencikan Allah. Ini harus diberantas bukan dilestarikan, apalagi yang
menampilkannya santri sebagai simbol pelajar Islam bukan pelajar umum. Ini
sinyal kemunduran Islam dan kemajuan kekufuran
dan ini tanda kurang pedulinya umat kepada ajaran Allah karena perhatian
mereka sudah terfokus untuk mengeruk harta kekayaan duniawi, lupa dengan pahala
akherat. Ingat saja dengan ayat:
إِنَّ الَّذِينَ
يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ ﴿١٩﴾
019. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat
keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang
pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak
mengetahui. Nor 19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik