Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Selasa, 29 Januari 2013

Kedustaan kisah untuk dukung maulid



Ada seorang syeikh yg hidup di madinah beberapa ratus tahun lalu. Syeikh tersebut setiap tahun selalu menyampaikan syair2 pujian di hadapan maqam Rasulullah SAW.
Pada suatu ketika, itu syeikh diundang bertamu ke rumah seorang terpandang di madinah untuk sekedar jamuan makan (yang merupakan tradisi di negeri-negeri Arab bila ada oarng asing diundang ke rumah untuk dijamu). Si syeikh tersebut memenuhi undangan itu, namun sesampainya di rumah orang yang mengundang itu, sang pemilik rumah menyatakan maksud sebenarnya bahwa ia tidak suka ada orang baca syair puji-pujian tentang Rasulullah. Maka pemilik rumah itu pun memotong lidah si syeikh itu. Syeikh itu kemudian pulang dengan membawa 2 rasa pedih dan sakit. Kesakitan pertama, ia kehilangan lidahnya. Kesakitan kedua dan lebih perih, ia tidak bisa bersyair memuji Rasulullah lagi
Maka ketika di tahun berikutnya, di saat biasanya si syeikh bersyair memuji Rasulullah, ia hanya bisa bersedih dan datang mengadu kepada Rasulullah di maqam beliau. Ia berkata, “jika engkau wahai Rasulullah, selama ini tidak ridho (tidak suka) dengan perbuatanku (bersyair memuji Rasulullah), maka biarlah lidahku seperti ini. Namun jika engkau menyukainya, maka aku minta agar lidahku kembali lagi.” (kurang lebih seperti itu kata-katanya).
Setelah itu, ia tertidur. Dalam tidurnya, syeikh itu bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Beliau mengatakan bahwa beliau menyukai syair2 pujian yang ditujukan syeikh itu kepada beliau. Dengan cara bagaimana, walhasil lidah si syeikh setelah bangun sudah utuh kembali.
Tidak berselang lama, syeikh tadi di undang oleh seseorang ke rumahnya. Ketika sampai di rumah tersebut, dia ingat kalau rumah tersebut adalah rumah dari orang yang memotong lidahnya tahun lalu. Maka syeikh tadi bertemu dengan orang yang mengundangnya, dan menceritakan kejadian yang ia alami tahun sebelumnya di rumah itu. Orang yang mengundang berkata bahwa ia adalah anak dari orang yang memotong lidah syeikh itu dan ia sengaja meminta syeikh itu untuk melantunkan syair pujian kepada Rasulullah langsug di rumahnya. Lalu, anak dari orang yang memotong lidah syeikh itu membawa si syeikh ke sebuah kandang besar berisi kera yang juga besar. Orang itu menceritakan bahwa setelah ayahnya memotong lidah si syeikh, lalu ayahnya berubah menjadi seekor kera yang besar. Orang itu pun meminta kepada si syeikh untuk memaafkan perbuatan ayahnya dan memohon didoakan. Syeikh itu kemudian mendoakan, kemudian kera itu pun akhirnya meninggal.
Dari kejadian nyata di Madinah beberapa ratus tahun lalu itu kita dapat pelajaran bahwa syair-syair pujian (yg sekarang dikenal qasidah) bukanlah sesuatu yg dilarang, atau bahkan,bid’ah, syirik. Malah merupakan sunnah, dimana ketika di zaman Rasulullah, ada seorang sahabat bernama Hasan bin Tsabit yg suka melantunkan syair memuji Rasulullah. Namun Rasul SAW bukan melarangnya bahkan justru mendoakannya “Yaa Allah, tolonglah Hasan bin Tsabit dgn Ruhul Quddus (malaikat Jibril as)”.
Sumber http://www.facebook.com/notes/drahman-ahmad/kisah-seorang-syeikh-yang-suka-bersyair-memuji-rasulullah-saw/245892078821
Komentarku ( Mahrus ali): 
Maulid adalah bid`ah, bukan sunnah. Orang yang melakukannya adalah ahli bid`ah.bukan ahlis sunnah. Para rasul dan sahabatnya tidak menjalankannya. Hanya para pastur dan kristen yang melakukan perayaan kelahiran Isa as.Begitu juga orang – orang yang anti tuntunan senang kebid`ahan , tidak ikut tuntunan Rasul dan sahabatnya.
Tiada dalil yang mendukung maulid, ada dalil kedustaan yang di pakai. Lihat saja kisah diatas. Seluruhnya bohong, bukan sungguhan, fiftif bukan realita, meng ada- ada bukan seadanya. Kisah itu belum saya dengar, juga belum saya baca di kitab –kitab arab mulai kecil sampai tua. Siapa nama orang yang memotong lidah itu? Apakah pemerintah diam saja? Ataukah kerabat orang yang lidahnya dipotong tidak marah? Apakah ada orang yang menjadi kera di Medinah? Ingat saja ayat ini:
وَأَلْقَوْا إِلَى اللَّهِ يَوْمَئِذٍ السَّلَمَ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ(87)
Dan mereka menyatakan ketundukannya kepada Allah pada hari itu dan hilanglah dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. Nahel.
Di katakan dalam artikel tsb sbb:
ada seorang sahabat bernama Hasan bin Tsabit yg suka melantunkan syair memuji Rasulullah. Namun Rasul SAW bukan melarangnya bahkan justru mendoakannya “Yaa Allah, tolonglah Hasan bin Tsabit dgn Ruhul Quddus (malaikat Jibril as)”.
Komentarku ( Mahrus ali): 
Ini juga kedustaan bukan kejujuran, bukan begitu tapi penyair itu menjawab penghinaan orang Quraisy yang kafir. Lalu  Rasulullah SAW berdoa seperti itu, bukan memuji pada Rasulullah SAW. lihat 4361 sunan Abu dawud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar dengan baik