Sumber : http://blogseotest.blogspot.com/2012/01/cara-memasang-artikel-terkait-bergambar.html#ixzz2HNYeE9JU

Pages

Blogroll

Jumat, 04 Januari 2013

Face to Face, Sarkub vs Salafi




Sangat disayangkan ternyata ustadz Wahabi Salafi  itu tidak bisa baca kitab kuning atau kitab gundul (kitab bahasa arab tanpa harakat tanda baca, red). Dia mengajarkan ilmu agama kepada kelompoknya hanya asal-asalan cuma berbekal buku-buku agama dan terjemahan Al-Qur’an – Hadits saja. Capek deeeech…!
Hal tersebut terungkap dalam sebuah pertemuan antara Petinggi Sarkub: KH. Thobary Syadzily M.Kub dengan Ustad Wahabi Salafi di rumah kediaman salah seorang anggota kelompoknya.
Ustadz Wahabi Salafi dan kelompoknya tidak mengakui dan menolak tuduhan jika mereka dikatakan telah memvonis bid’ah dan musyrik terhadap amaliah masyarakat di sekitar kediamannya.
Kemudian, ustadz Wahabi Salafi itu minta tolong kepada beliau, selaku Komandan Densus 99 Sarkub tersebut, agar dia dilindungi dari kemarahan dan ancaman masyarakat sekitar yang merasa disakiti olehnya atas tuduhan bid’ah dan musyrik tersebut. Sungguh aneh, “Kok kenapa harus minta tolong kepada saya? Bukankah itu perbuatan musyrik?”, ujar KH. Thobary Syadzily M.Kub (harusnya minta tolong hanya kepada Allah SWT semata, red)
Ketika berhadapan dengan  Guru Besar Universitas Menyan Indonesia tersebut, mereka pada kelimpungan mati kutu dan tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa diam seribu bahasa, tidak ada komentar, bantahan maupun sanggahan, ketika KH. Thobary Syadzily M.Kub berikan argumen:  “bahwa setiap amalan yang dilakukan ulama ada dalil-dalilnya dan saya punya bukti-buktinya berupa kitab-kitab karangan ulama-ulama klasik / ulama-ulama salaf “. (bukan ulama salafi abal-abal alias ulama wahabi lhooo).
Semoga Ustadz Romdhon dan para pengikutnya mau belajar memperdalam ilmu agama secara benar sesuai dengan ajaran para ulama salafus sholeh. Amiiiien.
Komentarku ( Mahrus ali): 

 Berita ini harus difilter, tidak bisa dipercaya seluruhnya, juga tidak bisa didustakan. Sebagian benar dan sebagian lain dusta. Sebab sarkub bagi saya kurang jujur dalam menyampaikan berita sebagaimana apa yang saya alami bukan hayalan atau meng ada- ada.

Setahu saya di lapangan bukan di kamar, kebanyakan orang yang bisa  baca kitab gundul itu ahli bid`ah dan syirik bukan ahlis sunnah dan tauhid. Dan kebanyakan orang yang hanya mengandalkan terjemahan lalu baca  buku hadis dan tafsir al Quran itu malah lurus akidahnya bukan serong, cocok dengan al quran dan hadis dan tidak menyelisihinya. Ini realita  zaman sekarang juga masa lalu. Ikuti saja ayat ini:
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلاَّ الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ(27)
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".[1]



[1] Hud 27

36 komentar:

  1. wah ustad itu kira2 siapa ustad salafinya an di daerah mana? Biar bisa diteliti, soalnya rata2 ana ngaji salafy pada bawa kitab asli(arab gundul) , soalnya jg bnyak yng bisa mbaca,malahan ustad2 salafi yang ana ketahui semua hampir menyuruh para ikhwan untuk belajar bahasa arab , setahu saya kitab kuning itu hurufnya arab, tapi mbacanya bahasa jawa, istri ana dlu jg mantan ngaji kitab kuning,, allahua'lam,

    BalasHapus
  2. Sy jg bc artikel sarkub lainya mngenai dibolehknya brkreasi dlm sholawat dan sunnahnya tahlilan. Sy jd bingung krn argumentasinya dsertai dalil2 dr AQ dAn hadits, smntra sy msh awam dlm hal tafsir dn ilmu hadits. klo hujjah yg mrk smpaikn benar, mk sprtinya nda ada mslh dg ritual2 mrk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bingung, gampang sekali solusinya. Mana yang cocok dengan al Quran , itulah kebenaran.

      Hapus
    2. ya,tapi Al-Qur'an sendiri yang dasarnya petunjuk, justru bisa menyesatkan. bukan karena Al-Qur'an itu menyesatkan, tapi pemahamanya keliru.
      Kalo asal merasa paling benar mah saya gak harus jadi orang Wahabbi, karena saya udah pernah merasakan jadi orang wahabi.

      Semua bid'ah adalah sesat itu benar, tapi Bid'ah gimana dulu ?
      contohnya gini deh : ada warga negalpor ke pak RT "Pak RT,tadi jam 2 siang semua orang sekampung nyariin Pak RT".

      Apa iya satu kampung? begitu pun Bid'ah,maksud Nabi Muhammad SAW itu "Kullu" / "Semua dapat juga diartikan sebagian/ rata2nya.
      Bid'ah pun ada yang wajib selain dalam ibadah fardhu: "Ilmu Hadist,Perbukan Al-Qur'an,pake speaker untuk berdakwah, ya Nabi gak pernah ngajarin, itulah yang sesat bukan Al-Qur'annya tapi pemahamanya barangkali. Maaf saya hanya mengingatkan saja.

      Hapus
    3. Bagaimana dengan hadis:
      Barang siapa yang membikin perkara baru dalam urusan kami, maka tertolak.

      Apa masih ada bid`ah yang diterima?

      Hapus
    4. Terawih 20 rekaat bid'ah gak mbah ? nek bid'ah , berarti sayidina umar pelopor bid'ah, terus tiket surganya ilang mergo terawih 20 rekaat ambek jamaah? Ho'o ora mbah ? Tulung dijawab mbah penting iki, Jawaban gak usah nggo dalil, cukup tulis : ya sayyidina Umar pelopor bid'ah. Atao : tidak, Sayyidina umar tidak pelopor bid'ah. Thanks Bro. Aku yo pengin sholat nganggo sandal. Nek neng mesjid biasane raentok solat nganggo sandal. Fotone diakei mbah tak nggo ndalili kancaku, nek solat ki entok nggo sandal.

      Hapus
    5. trus memberi titik dan harokat pada tulisan al Qur'an itu gimana hukumnya? bukan kah Nabi tidak pernah mencontohkan? tidak memerintahkan?

      Hapus
    6. @Rofi Fakhrureza: Anda tdk mengerti definisi bid'ah itu apa. Bid'ah adalah perkara2 baru dalam agama. Kalo pake speaker untuk berdakwah jelas bukan bid'ah karena itu perkara baru dalam hal teknologi, bukan agama.

      @Agus Setiawan: Rasulullah pernah bersabda dalam haditsnya yg shahih "ikutilah sunnahku & sunnah Khulafaur Rasyidin". Pemberian titik dan harokat itu merupakan inisiatif para sahabat utk menghindari terjadinya salah baca, jd tdk termasuk bid'ah jika mengacu pd hadits tsb.

      Wallahu 'alam...

      Hapus
    7. terus zakat pake beras/uang itu dilakukan rosululloh apa tidak.kalo tidak berarti kita semua ahli bid`ah,karena zakat tidak pakai kurma

      Hapus
    8. terus zakat pake beras/uang itu sunnah rosul apa tidak?kaio sunnah rosul mana dalilnya,kalo tidak berarti kita ini ahli bid`ah.ok

      Hapus
    9. Sekali lagi bid;ah itu hanya urusan ibadah, beras atau uang atau speaker itu bukan perkara ibadah

      Hapus
    10. Bid'ah itu hanya perkara ibadah. Beras, uang, kurma atau speaker itu bukan perkara ibadah. Jangan berpikiran sempit

      Hapus
    11. Bid'ah itu hanya menyangkut perkara ibadah atau agama. Beras, uang, dan kurma bukan perkara ibadah.

      Hapus
    12. Bid'ah itu hanya menyangkut perkara ibadah ( ibadah maghdoh). Beras, uang, kurma, jagung itu bukan perkara ibadah

      Hapus
    13. MUGO2 PODHO SLAMET AKHERATE WIS,.....SNAJAN NDEK DUNYO EKER-EKERAN SIK.....AMIN

      Hapus
  3. Bedah Buku Membongkar Mantan Kiai NU Menggugat Penafsiran amaliah yang dilakukan oleh kelompok dalam sebuah agama wajib ditanggapi secara arif. Tanggapan, atau pernyataan yang cenderung memberikan vonis negatif terhadapnya bukan hanya akan mencederai sesama muslim, tetapi justru menimbulkan kebencian dan permusuhan.
    Demikian terungkap di dalam acara bedah buku dengan topik Membongkar Kebohongan Buku "Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik" di gedung Widyaloka Universitas Brawijaya (UB), Selasa (16/12). Acara ini dilaksanakan atas kerja sama grup diskusi Aswaja (Ahlussunah wal Jamaah) dan Forsa Fakultas Hukum UB. Buku berjudul Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik yang dikarang oleh H Mahrus Ali memang telah menimbulkan kontroversi. Sejak diterbitkan, buku itu telah memancing perseteruan terutama bagi kalangan nahdliyin (sebutan untuk warga NU). Hingga akhirnya kiai NU, KH Abdullah Syamsul Arifin, Wakil Katib Syuriah PWNU Jatim, mengarang buku berjudul Membongkar Kebohongan Buku "Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat dan Dzikir Syirik". Seperti judulnya, buku ini memang menjadi sarana untuk meng-counter atas buku kontroversial tersebut. "Jika bacaannya cuma satu sumber, saya khawatir kalau yang membaca tidak paham akan ikut saja. Saya juga khawatir kalau upaya mengkafirkan kelompok tertentu begitu mudah dilakukan", ungkap Abdullah. "Sayang sekali setiap kali diundang untuk debat, H Mahrus Ali tidak pernah mau datang dengan alasan keamanan. Padahal yang saya upayakan itu harokah fikriyah, bukan badaniyah", tuturnya.
    Menurut Abdullah, dari hasil kajian buku yang dianggap justru menyesatkan tersebut, terdapat banyak sekali kejanggalan bahkan kebohongan dan fitnah. Di antara kebohongan-kebohongan tersebut, yang juga dicantumkan dalam buku sanggahannya adalah: inkonsistensi terhadap metodologi yang ditetapkannya sendiri; kesalahan dalam penempatan dalil tidak pada tempatnya; membuat ideologi baru yang kontraproduktif; kekeliruan menilai hadits; kebohongan dalam mengutip pendapat ulama; ketidaktahuan/kebohongan tentang penyusunan sholawat; kebohongan tentang do'a Rasulullah dan shahabat; kebohongan tentang bid'ah; dan kebohongan syakhsiyah (personal).
    Sementara itu, KH Marzuki Musytamar, Ketua PCNU Malang Raya yang juga hadir sebagai pemateri menghimbau kepada semua orang, ketika ilmu yang dimiliki seseorang belum cukup jangan mudah memvonis kafir atau tidaknya seseorang. "Karena seorang yang memberikan vonis kafir kepada seseorang, sementara yang dituduh sebenarnya tidak, maka yang menuduh tadi justru menjadi kafir", ujar pngasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa yang dikatakan oleh Abdullah Syamsul Arifin adalah kedustaan bukan kejujuran, menyesatkan bukan mengajak kebenaran. Boleh dibaca dalam buku jawabannya " Sesat tanpa sadar ". terbitan la tasyuk press

      Hapus
  4. Saya setuju Kyai tidak perlu hadir dengan alasan apapun. Jika seseorang atau kelompok merasa keberatan/dirugikan dengan suatu tulisan, maka jawablah/balaslah dengan tulisan juga.Mungkin bisa saya analogikan dengan "Jika kamu diberi penghormatan...maka balaslah dengan yang serupa...". (QS:4;86).

    BalasHapus
  5. p kyai marzuki menerbitkan buku baru panduan untuk densus 26. tanggapan p kyai apa? aq isine yoora eruh rek

    BalasHapus
  6. jika saya,jujur sangat tidak percaya dengan penjelasan diatas, karena kakak saya yg dipesantren aja sudah biasa belajar kitab2 itu, apalagi gurunya..

    BalasHapus
  7. kedustaan telah menjadi senjata. selama saya mengaji di majlis yang oleh sebagain pihak disebut wahabi semua ustadnya bisa dan paham bahasa arab. dalam mengajar beliau-beliau selalu pakai pakai kitab kuning ( arab gundul )bukan terjemahan. mohon hati - hati kepada semuanya kalau berbicara karena semua itu akan dihisab oleh Allah Yang Maha Perkasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. @agung sutrisno:mereka yg menuduh wahhaby hanya asal bunyi=asal bunyi...dia pasti ga mau klo diajak membuktikan dg ikut ta'lim dlm majelis ahlussunnah yg mereka sebut wahhaby.

      Hapus
  8. Yang masih bingung, kala di ajak amalan apa saja, tanyakan kepada mereka: "Apakah amalan ini (diajakkan itu) pernah diamalkan Rosululloah SAW atau pernah diamalkan Para Sahabat?"
    begitu saja, meskipun 1000 kitab KUNING didatangkan, 1000 ayat di hujjahkan, 1000 hadist di ucapkan, kl Rosululloh SAW atau para Sahabat tdk pernah melakukan, ya gk usah ikut. Daripada di akhirat nanti jadi perkara. Ya kalau itu diterima Alloh SWT, kl tdk diterima, karena Nabi SAW saja dan para Sahabat gak mencontohkan, gimana nasib kita nanti, TOBAT sdh tdk mungkin. Wa Allohu A'lam

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya mau tanya membaca surah yaasiin rosululloh dan sahabat baca tidak,tahlil:LAAILAHAILLAALLOHrosul dan sahabat baca tidak,dan kalimah kalimah toyyibah lainnya di dlm tahlilan?kalo mereka membacanya letak bid`ahnya dimana?dalilnya mana?

      Hapus
    2. Bid`ahnya itu ritual tahlil diadakan setelah kematian 1,2,3,4,5 hari.............. dan ini bukan budaya Islam tapi hindu atau kuffar.

      Hapus
  9. jangan lari kebenaran wahai kaum wahabi...

    BalasHapus
  10. pak kiyai saya mau nanya kalo kita memahami alqur`an dan hadist hanya dari artinya/terjemahannya saja tanpa ilmu ini/itu berarti semua orang Arab itu alim semua kan mereka lebih tahu artinya dibanding kita sebab itu bhs mereka,apa begitutlng di jawab

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untuk Dinda Icha
      Boleh saja anda memahami al Quran atau hadis dengan buku terjemahan yang benar. Al Quran dan hadis itu mudah sekali dipahami. Mereka yang pandai Nahwu, baca kitab arab, nyatakan jadi ahli bid`ah dan syirik.

      Hapus
  11. dr nahdiyyin,yg ngasih komen sesuai tema,itu gk kerjaan.lht dr cra dia ngsh jwbn dh kelihatan goblognya.ampun dah tobat tobat.

    BalasHapus
  12. @jaya kartun ; terus yg pinternya gimana bos ..... kenapa disuruh tobat??

    BalasHapus
  13. pembuat tanda baca dalam Al qur an adalah Abdul Aswad Ad-dawly pada zaman Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan, dan beliau bukan termasuk khulafaur rasyidin jadi tidak bisa dimasukan kedalam hadist nabi
    " Berpeganglah dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk, gigitlah dengan gerahammu, dan hati - hatilah kamu terhadap perkara yang baru karena sesungguhnya setiap bid'ah itu adalah sesat." Hadits Shahih Riwayat Ahmad, At-Tirmidzy,

    BalasHapus
  14. sarkub busuk....cemen... ngajak berdebat segala... kenapa ngga sekalian aja ustad salafinya diajak debat pakai bahasa arab....ngga usah pakai bahasa indonesia ....yakin para sarkub pada plonga plongo...

    BalasHapus
  15. @salafitnah:ana setuju dengan pendapat antum, mereka pasti menuduh wahhaby jika sudah mentok pada dalil suatu amaliah yg mereka kerjakan. Tapi dasar aqidah taqlid...susah diberikan penjelasan kalau bukan oleh usyadz mereka...jdi dasar ibadah mereka bukan ittiba' kepada Rosululloh saw tetapi kepada ustadznya atau madzhabnya (walaupun penerapan madzhabnya juga masih direkayasa lagi supaya "lebih baik" dr sisi pandangan mereka). Wallohu a'lam.

    BalasHapus
  16. @Mas Agung Sutrisno; mengapa mereka ga mau ikut ta'lim ahlussunah...karena malu mengetahui kelemahan ibadahnya setelah disampaikan dalilnya. Mereka juga ga mau pengajian salafy karena pengajian salafy gak ada canda, gurauan yg lebay, nyanyian kasidahan, sehingga kata mereka pengajiannya sepi amat, gak meriah dan kurang menujukkan syi'ar agama, kata mereka. Ini pengalaman nyata saya mendengarkan keluhan mereka.

    BalasHapus

Silahkan memberi komentar dengan baik