Acar
Acar adalah makanan penyedap yang di buat dari buah – buahan,
sayuran yang di asamkan dengan cuka. Biasanya acar di buat lalap makanan atau campuran mie goreng dll. Kami tidak
menjumpai data sejarah dari masarakat arab dahulu dari era sahabat, tabi`in atau generasi
sesudahnya yang menggunakan acar untuk makanan mereka.
Setelah kita mengetahui
cuka dari khamar dan keharamannya jelas dengan hadis :
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنِ الْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا فَقَالَ
لاَ *
Dari Anas, sesungguhnya Nabi S.A.W.
di tanya tentang khamar yang di gunakan untuk bikin cuka “. Beliau
bersabda : “ Tidak boleh “. [1]
قَالَ أَبو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ *
Abu isa ( Imam
Tirmizi ) berkata Itu hadis hasan sahih.
[2]
Maka kita harus menghindari setiap makanan yang
didalamnya terdapat acar karena Rasulullah
S.A.W. bersabda :
يَا كَعْبَ بْنَ عُجْرَةَ
إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى
بِهِ
Wahai Kaab bin Ujrah !. Daging yang
tumbuh dari barang haram, nerakalah yang lebih berhak kepadanya. [3]
Dan kita di
perintah untuk makan makanan yang halal sebagaimana ayat :
يَاأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا
صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan
yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[4]
Kami tidak menjumpai data hadis dimana
para sahabat menggunakan cuka atau acar dalam makanan mereka. Orang barat
senang dengan cuka atau acar untuk melezatkan makanan. Paling selamat, makanlah apa yang di makan
oleh para rasul dan sahabat. Sebab uswah kita dalam hal makanan atau lainnya
adalah utusan Allah sebagaimana ayat:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ
أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا
تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللهُ يَجْتَبِي
إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama
apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:
Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada
agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya
orang yang kembali (kepada-Nya).[5]
Jadi sariat kita ini
juga sama dengan sariat para Rasul, Allah berfirman :
مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا
أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلاَ بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ
وَمَا أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ مُبِينٌ
Katakanlah: "Aku
bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul ( atau aku tidak akan
membikin ajaran yang baru yang berbeda dengan ajaran para Rasul yang lampau )
dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan
aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan".[6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik