Menurut hasil survei, Abdul Munim Abul Futuh berada di posisi pertama dengan 9 persen suara, diikuti oleh Ahmad Syafiq dengan 8 persen. Amr Moussa menerima 7 persen dari suara, sedangkan Muhammad Mursyi menerima 4 persen suara. Hamdin Sabbahi dan Khaled Ali, masing-masing menerima 2 persen.
Survei dilakukan melalui telepon pada tanggal 5 sampai 7 Mei lalu dari sampel yang representatif dari 2.264 warga berusia antara 18 dan 30 tahun dari seluruh negeri.
Survei IDSC juga mengungkapkan bahwa persentase pemilih ragu-ragu telah menurun dari 42 persen pada April menjadi 39 persen bulan ini. Delapan persen responden mengatakan mereka tidak akan memilih dalam pemilu, sedangkan 6 persen menolak untuk mengungkapkan siapa yang akan mereka pilih. Tujuh belas persen dari responden mengatakan mereka belum memutuskan apakah mereka akan memilih pada hari pemilihan umum.
Berdasarkan distribusi geografis, Abul Futuh menerima 11 persen suara dari responden perkotaan, diikuti oleh Moussa dengan 8 persen dan Syafiq dengan 7 persen. Sementara itu, Syafiq menerima 10 persen suara dari responden pedesaan, diikuti oleh Abul-Futuh dengan 8 persen dan Moussa dengan 6 persen.
Berdasarkan agama, responden Muslim memberi Abul-Futuh 10 persen suara, diikuti oleh Syafiq di 8 persen dan Moussa di 7 persen. Bagi peserta Kristen, Moussa memimpin jajak pendapat dengan 12 persen, diikuti oleh Sabbahi di 9 persen dan Syafiq pada 6 persen. (fq/alahram)
Sumber era muslim.
Komentarku
( Mahrus ali ):
Menegakkan Islam melalui demokrasi tidak diperkenankan
bukan diperintahkan. Ia kebatilan yang ditegakkan untuk menjatuhkan Islam pada
saat berikutnya. Ingatlah firmanNya:
وَلَا
تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ
تَعْلَمُونَ(42)
Dan janganlah kamu campur
adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak
itu, sedang kamu mengetahui.[1][1]
Baca
lagi di:
30 Apr 2012
Assalamu'alaikum. Maaf, sepengetahuan kami Salafy itu mereka yang berusaha memahami dan meyakini serta mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi Muhammad saw. Mereka juga berusaha mencontoh tiga generasi awal yang terbaik sesudah Rasululloh SAW.
BalasHapusDalam kajian kajian mereka maupun dalam buku-buku yang mereka terbitkan justru mereka tidak menggunakan demokrasi sebagai cara dakwahnya. Bahkan mereka mengharamkan Al Intikhabat.
Menjadi sebuah berita yang agak ganjil dan pelu diteliti dicek recek ulang jika ada Salafy unggul dalam pemilu, salafy mulai membuat partai.
Saya kira hampir dapat dipastikan itu bukan dan tidak dapat dinisbatkan kepada Salafy. Atau hanya pandangan sekilas dari pewarta kabar bahwa nampak seperti lahiriyah Salafy. Jika benar mengaku salafy, tentu tidak membuat partai dan ikut pemilu dengan sistem demokrasi. Mohon di klarifikasi.