25 Cewek Penjaga Warung ‘Pangku’ Ditertibkan
GRESIK I SURYA
Online
- Satpol PP Kabupaten Gresik menjaring 25 cewek-cewek penjaga 16 warung
‘Pangku’ di Jl Raya KH Syafi’i, Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Kabupaten
Gresik, Jumat (20/4/2012). Razia itu juga mengikusertakan Pengurus Desa, Camat
Manyar, Polsek dan Koramil setempat.
Pekerja warung pangku itu diamankan pihak Kecamatan dan Kepolisian untuk dilakukan pendataan identitas, karena banyak yang tidak memiliki kartu identias penduduk musiman (Kipem), padahal kebanyakan para penjaga warung tersebut berasal dari luar Gresik. Mereka menganggu masyarakat lantaran mengenakan pakaian ketat dengan rok mini, dengan suara sound system yang keras.
Selain itu, para pengelola warung ‘Pangku’ tersebut tidak memiliki izin kafe, karena izin yang dikeluarkan pihak pengurus Desa adalah izin warung kopi dan perdagangan kecil (Toko Prancangan), tetapi kenyataannya beralih fungsi menjadi seperti kafe. Lantaran warung ‘Pangku’ tersebut, menyediakan sound system, berserta televisi yang dilengkapi VCD, dengan menyediakan soft drink, kopi dan makanan instan.
“Kami sampai malu sama warga yang sering lewat warung ‘Pangku’, karena mendengar sound system yang keras seperti tempat pasar jualan kaset, padahal sudah sering diperingatkan tidak boleh memutar musik keras-keras,” kata Ainul Maarif (56), Ketua Badan Permusyawaratan Desa, saat inspeksi mendadak warung ‘Pangku’ tersebut.
Akibat dari tidak bisa diarahkan, sehingga permintaan warga akan menutup warung ‘Pangku’ tersebut. Pihak desa memberi batas hingga akhir 2012 warung 'pangku' itu harus tutup.
“Sampai akhir tahun 2012, warung ‘Pangku’ tersebut akan ditutup, bahkan lebih cepat lebih baik,” tegas Kepala Desa Sukomulyo, Abdul Halim, saat menjelaskan keapada penjaga warung.
Pekerja warung pangku itu diamankan pihak Kecamatan dan Kepolisian untuk dilakukan pendataan identitas, karena banyak yang tidak memiliki kartu identias penduduk musiman (Kipem), padahal kebanyakan para penjaga warung tersebut berasal dari luar Gresik. Mereka menganggu masyarakat lantaran mengenakan pakaian ketat dengan rok mini, dengan suara sound system yang keras.
Selain itu, para pengelola warung ‘Pangku’ tersebut tidak memiliki izin kafe, karena izin yang dikeluarkan pihak pengurus Desa adalah izin warung kopi dan perdagangan kecil (Toko Prancangan), tetapi kenyataannya beralih fungsi menjadi seperti kafe. Lantaran warung ‘Pangku’ tersebut, menyediakan sound system, berserta televisi yang dilengkapi VCD, dengan menyediakan soft drink, kopi dan makanan instan.
“Kami sampai malu sama warga yang sering lewat warung ‘Pangku’, karena mendengar sound system yang keras seperti tempat pasar jualan kaset, padahal sudah sering diperingatkan tidak boleh memutar musik keras-keras,” kata Ainul Maarif (56), Ketua Badan Permusyawaratan Desa, saat inspeksi mendadak warung ‘Pangku’ tersebut.
Akibat dari tidak bisa diarahkan, sehingga permintaan warga akan menutup warung ‘Pangku’ tersebut. Pihak desa memberi batas hingga akhir 2012 warung 'pangku' itu harus tutup.
“Sampai akhir tahun 2012, warung ‘Pangku’ tersebut akan ditutup, bahkan lebih cepat lebih baik,” tegas Kepala Desa Sukomulyo, Abdul Halim, saat menjelaskan keapada penjaga warung.
Akses Surabaya.Tribunnews.com
lewat perangkat mobile anda melalui alamat surabaya.tribunnews.com/m/
Ada info lagi:
Jika di Surabaya menjamur kafe-kafe yang menyediakan
purel, di Sidoarjo lain lagi. Di daerah berjuluk kota Santri ini banyak berdiri Warkop Pangku.
Dinamakan demikian, lantaran warung kopi itu menggunakan tenaga beberapa gadis
muda sebagai pramusaji layaknya waitress di kafe. Menariknya, gadis muda itu
bisa diperlakukan seperti purel. Lho kok?
Usia gadis-gadis di warkop itu antara 18-25 tahun. Umumnya mereka berasal dari luar Sidoarjo. Dengan gayanya yang genit, cewek-cewek itu mau dijawil (dicolek), dicium, hingga dipangku (duduk di atas paha) berlama-lama oleh pengunjung. “Karena itu, warkopnya dinamakan Warkop Pangku,” jelas Irwan, pemuda asal Sukodono.
Warkop jenis ini jumlahnya banyak dan tersebar hampir di seluruh kawasan kecamatan. Seperti di Kecamatan Sidoarjo kota, Wonoayu, Krian, Taman, Sukodono serta sejumlah kawasan kecamatan lain. Untuk menemukan warkop jenis ini cukup mudah. Layaknya sebuah kafe, warkop ini memiliki sebuah ruangan sebagai tempat kasir maupun dapur untuk memasak kopi maupun mi instan. Sedangkan pengunjung ditempatkan di bilik-bilik yang didirikan berjajar. Jumlahnya bisa sampai belasan bilik.
Irwan sendiri mengaku sebagai pelanggan setia sebuah Warkop Pangku di Desa Ngaresrejo, Sukodono. Padahal, rumahnya berjarak sekitar 10 kilometer dari lokasi tersebut. Tentu, yang menarik baginya bukanlah rasa kopi yang dijual. Melainkan keberadaan cewek-ceweknya yang bisa dijawil hingga dipangku.
Aroma wangi dari tubuh dan rambut cewek-cewek itu saat dipangku, tentu memiliki sensasi tersendiri. Apalagi tak jarang, bila situasinya memungkinkan, si cewek biasanya juga mau bagian dalam tubuhnya diobok-obok oleh pengunjung. Istilah Suroboyoan-nya dirempon. “Tapi kalau melakukan itu harus di tempat yang agak gelap dan tidak diketahui juragannya. Kalau sampai ketahuan, mereka akan dimarahi,” tuturnya.
Lantaran bisa diperlakukan seperti itu, tentu bukan hal sulit untuk mengajak cewek Warkop Pangku berhubungan badan. Meski begitu, modus cewek Warkop Pangku cukup berbeda dengan cewek cabutan. Sebab umumnya, mereka berangkat dari latar belakang ekonomi yang pas-pasan. Sehingga untuk sampai ke sesi itu, imbalan tetap jadi tujuan utama. Kecuali, jika yang mengajak adalah pacarnya sendiri.
“Tapi ada juga cewek warkop yang tidak mau diajak begituan. Hanya mau dipangku dan diraba-raba,” ungkap Irwan. Karena itulah, pemuda yang akrab disapa Sempleh itu mengatakan Warkop Pangku bisa dibilang prostitusi terselubung. Meski, imbalan yang
diberikan pengunjung tak ada yang masuk ke kantong pemilik warkop.
Sebab untuk dibooking, biasanya harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tak boleh tahu juragannya. Berapa kocek yang keluar untuk membooking cewek Warkop Pangku? “Ada beberapa teman yang pernah membooking. Katanya cewek-cewek itu minta dibayar Rp 200 ribu kalau diajak keluar. Waktunya mulai warungnya tutup, sampai habis subuh,”
jelasnya.
Usia gadis-gadis di warkop itu antara 18-25 tahun. Umumnya mereka berasal dari luar Sidoarjo. Dengan gayanya yang genit, cewek-cewek itu mau dijawil (dicolek), dicium, hingga dipangku (duduk di atas paha) berlama-lama oleh pengunjung. “Karena itu, warkopnya dinamakan Warkop Pangku,” jelas Irwan, pemuda asal Sukodono.
Warkop jenis ini jumlahnya banyak dan tersebar hampir di seluruh kawasan kecamatan. Seperti di Kecamatan Sidoarjo kota, Wonoayu, Krian, Taman, Sukodono serta sejumlah kawasan kecamatan lain. Untuk menemukan warkop jenis ini cukup mudah. Layaknya sebuah kafe, warkop ini memiliki sebuah ruangan sebagai tempat kasir maupun dapur untuk memasak kopi maupun mi instan. Sedangkan pengunjung ditempatkan di bilik-bilik yang didirikan berjajar. Jumlahnya bisa sampai belasan bilik.
Irwan sendiri mengaku sebagai pelanggan setia sebuah Warkop Pangku di Desa Ngaresrejo, Sukodono. Padahal, rumahnya berjarak sekitar 10 kilometer dari lokasi tersebut. Tentu, yang menarik baginya bukanlah rasa kopi yang dijual. Melainkan keberadaan cewek-ceweknya yang bisa dijawil hingga dipangku.
Aroma wangi dari tubuh dan rambut cewek-cewek itu saat dipangku, tentu memiliki sensasi tersendiri. Apalagi tak jarang, bila situasinya memungkinkan, si cewek biasanya juga mau bagian dalam tubuhnya diobok-obok oleh pengunjung. Istilah Suroboyoan-nya dirempon. “Tapi kalau melakukan itu harus di tempat yang agak gelap dan tidak diketahui juragannya. Kalau sampai ketahuan, mereka akan dimarahi,” tuturnya.
Lantaran bisa diperlakukan seperti itu, tentu bukan hal sulit untuk mengajak cewek Warkop Pangku berhubungan badan. Meski begitu, modus cewek Warkop Pangku cukup berbeda dengan cewek cabutan. Sebab umumnya, mereka berangkat dari latar belakang ekonomi yang pas-pasan. Sehingga untuk sampai ke sesi itu, imbalan tetap jadi tujuan utama. Kecuali, jika yang mengajak adalah pacarnya sendiri.
“Tapi ada juga cewek warkop yang tidak mau diajak begituan. Hanya mau dipangku dan diraba-raba,” ungkap Irwan. Karena itulah, pemuda yang akrab disapa Sempleh itu mengatakan Warkop Pangku bisa dibilang prostitusi terselubung. Meski, imbalan yang
diberikan pengunjung tak ada yang masuk ke kantong pemilik warkop.
Sebab untuk dibooking, biasanya harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tak boleh tahu juragannya. Berapa kocek yang keluar untuk membooking cewek Warkop Pangku? “Ada beberapa teman yang pernah membooking. Katanya cewek-cewek itu minta dibayar Rp 200 ribu kalau diajak keluar. Waktunya mulai warungnya tutup, sampai habis subuh,”
jelasnya.
Lantaran waktunya sangat terbatas, nyaris tak ada yang
membawa cewek-cewek itu ke hotel atau losmen. Biasanya, mereka diajak ke tempat
sepi seperti areal persawahan atau rumah pembooking maupun temannya yang bisa
digunakan bermasyuk ria. Sehingga tak jarang, meski yang membooking hanya satu
orang, sang cewek harus mau melayani
beberapa lelaki. “Saya pernah diajak main ramai-ramai begitu tapi saya tidak mau,” ungkap Sempleh, yang mengaku hingga detik ini masih perawan. (ded/bersambung)
beberapa lelaki. “Saya pernah diajak main ramai-ramai begitu tapi saya tidak mau,” ungkap Sempleh, yang mengaku hingga detik ini masih perawan. (ded/bersambung)
Sumber: http://www.surabayapagi.com
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi sudah saatnya, warung
seperti di hilangkan, sebab warung – warung seperti itu yang mendatangkan
bencana besar, ditenggelamkan, dihujani batu, di kirimi angin putting beliung
dll. Lihat ayat al Quran dalam hal ini:
وَقَارُونَ
وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مُوسَى بِالْبَيِّنَاتِ
فَاسْتَكْبَرُوا فِي اْلأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ(39)فَكُللاًّ أَخَذْنَا
بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ
أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ اْلأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ
أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ
Dan (juga) Karun, Fir`aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang
nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka
orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). Maka masing-masing (mereka itu)
Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan
kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras
yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan
di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak
menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
39-40 ankabut
Baca lagi
disini:
15 Jan
2012
12 Apr
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik