Sabtu, 22 Maret 2008 -
oleh: rubie
Dalam rangka merayakan
maulid Nabi besar Muhammad SAW, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama
(PCINU) Mesir menggelar acara diba’an dan Do’a bersama. Acara yang
diselenggarakan pada Jum’at (21/03) di sekretariat PCINU Mesir itu dihadiri
oleh seluruh jajaran pengurus PCI NU
Mesir dan anggota baru. Udara Kairo yang mulai memanas tak mengurangi niat
warga untuk menghadiri acara, sehingga kondisi sekretariat yang tidak begitu
luas dan sangat sederhana itu penuh sesak.
Sekitar pukul 16.30 CLT
acara dimulai dan diawali dengan sambutan Ketua Tanfidziyah PCINU Mesir,
Muhlashon Jalaluddin, Lc. Dalam kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa, acara
ini diselenggarakan sebagai salah satu wasilah atau usaha bagi kita untuk lebih
meningkatkan rasa cinta dan terima kasih kita kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW atas segala perjuangan yang telah beliau lakukan untuk kita,
“Dengan melaksanakan diba’an ini, kita semakin menghayati akan kelahiran nabi Muhammad
dan perjuangan-perjuangan yang telah beliau lakukan”, tuturnya.
Usai sambutan, acara
dilanjutkan dengan diba’an yang dipimpin oleh group Hadrah an-Nahdlah yang
berada di bawah naungan Lembaga Seni dan Budaya Nahdlatul Ulama (LSBNU). Sesaat
suasana menjadi hening. Namun sejurus kemudian ruangan bergemuruh dan menggema
setelah Hadrah an-Nahdlah memimpin
seluruh hadirin untuk melantunkan sya’ir-sya’ir diba’an.
Menutup sekaligus
melengkapi agenda petang hari itu, Ust. Jamaluddin Achmad Kholiq, MA,
Wakil Rois Syuriah PCINU Mesir, memimpin do’a bersama. Seluruh hadirin
tertunduk khusyu’ menyimak lantunan do’a sekaligus mengamininya. Momentum agung
itu nampaknya mampu menghadirkan suasana syahdu tersendiri di sela-sela acara.
Usai pembacaan do’a, acara dilanjutkan dengan sholat Maghrib berjama’ah, dan
ditutup dengan menyantap hidangan sederhana. (rubie)[1]
Komentar penulis buku:
Begitulah diba`an telah
menjalar ke mana – mana, dan budaya
suatu komunitas akan terbawa – ke negri manapun mereka tinggal . Ia telah
mendarah daging dan rasanya sulit untuk di tebang sampai ke akar- akarnya . Pada hal dalam diba` banyak kesyirikan,
kepalsuan, dan hadis – hadis palsu . Saya dulu juga begitu, ketika saya dalam komunitas mereka dan saya juga mengaku benar dan tidak mau di salahkan
dan saya juga akan mengatakan kepada orang yang menyalahkan kamu extrim,
berpikiran picik, dangkal dan mengartikan
hadis secara leterlek . Saya ingat omongan musuh – musuh Nabi Nuh sbb:
فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلاَّ بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ
اتَّبَعَكَ إِلاَّ الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى
لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ(27)
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin
yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai)
seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang
mengikuti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas
percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun
atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta".[2]
Dalam artikel itu di katakan:
Seluruh hadirin tertunduk
khusyu’ menyimak lantunan do’a sekaligus mengamininya
Komentar penulis buku:
Tentang husyu meskipun
orang kristen ketika mengamini doa dari sang pendeta juga merasa husyu` dan
kadang bisa menangis . Saya lihat
sendiri di Mekkah, mayoritas orang – orang syi`ah kalau berdoa juga husyu` dan menangis . Pada hal mereka
ahli b id`ah dan syirik sekali, karena mereka suka minta – minta kepada
ahli kubur . Dan tiada kuburan di dunia
yang paling banyak pengunjungnya dari
pada kuburan syi`ah . Merekalah para
pecinta kubur yang hidup di era tehnologie canggih ini . Biasanya ahli hadis dan salafy tidak termasuk
pecinta kuburan sebagaimana orang –
orang syi`ah .
Doa dalam diba` itu
mengandung kesyirikan dan banyak kekeliruannya lalu di amini, ber arti simpati
dan condong kepada kesyirikan, bisa jadi
ikut syirik. Karena itu tidak boleh mendatangi ritus mereka. Allah berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ
بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ
تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ
عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya;
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah keadaannya itu melewati batas.[3]
Hasan berkata:
لاَ
تُجَالِسُوا أَصْحَابَ الْأَهْوَاءِ ، وَ لاَ تُجَادِلُوْهُمْ وَ لاَ تَسْمَعُوا مِنْهُمْ .
Jangan duduk bersama orang – orang yang suka mengikuti nafsunya, jangan
debat dengan mereka dan jangan mendengar perkataan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik