Anda menyatakan :
. Rasulullah mengajarkan sholat secara terperinci kepada para shahabat, dibandingkan terhadap diri kita. Jika benar rasulullah mengajarkan dengan memberikan syarat "harus di atas tanah" maka tentu tidak akan ada shahabat yang berani untuk menyelisihinya.
Akan tetapi ternyata ada hadits panjang dari Ka'ab bin Malik radhiyalloohu 'anhu yang mana ketika beliau ditahdzir dan dihajr (diboikot) oleh rasulullah dan para shahabat karena tidak ikut perang tanpa udzur, beliau bahkan tidak boleh ikut sholat jamaah di masjid, maka beliaupun sholat di loteng rumah beliau. (Hr. Bukhari Muslim).
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sangat keliru bukan agak benar.
Bila anda katakan bahwa Ka`ab bin Malik dilarang mengikuti jamaah.
Ber arti beliau selama 50 malam tidak diperbolehkan berjamaah dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Mana hadis yang menyatakan spt itu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam atau anda membikin kebohongan atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tdk melarang berjamaah , lalu kamu katakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarangnya . Ini bahaya sekali. Lihat hadis sbb:
إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Sesungguhnya berbuat bohong kepadaku tidak sebagaimana kebohongan kepada seseorang . Barang siapa berbuat kedustaan kepadaku dengan sengaja bertempatlah di tempat duduknya di neraka ( masuk nerakalah ) [1]
Data yg ada dlm sahih Bukhari sbb:
المختصر النصيح في تهذيب الكتاب الجامع الصحيح (4/ 214)
وَأَمَّا أَنَا فَكُنْتُ أَشَبَّ الْقَوْمِ وَأَجْلَدَهُمْ، فَكُنْتُ أَخْرُجُ فَأَشْهَدُ الصَّلَاةَ مَعَ الْمُسْلِمِينَ وَأَطُوفُ فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يُكَلِّمُنِي أَحَدٌ، وَآتِي رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (فَأُسَلِّمُ عَلَيْهِ) (1)
, وَهُوَ فِي مَجْلِسِهِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَأَقُولُ فِي نَفْسِي: هَلْ حَرَّكَ شَفَتَيْهِ بِرَدِّ السَّلَامِ عَلَيَّ أَمْ لَا، ثُمَّ أُصَلِّي قَرِيبًا مِنْهُ فَأُسَارِقُهُ النَّظَرَ، فَإِذَا أَقْبَلْتُ عَلَى صَلَاتِي أَقْبَلَ إِلَيَّ، وَإِذَا الْتَفَتُّ نَحْوَهُ أَعْرَضَ عَنِّي،
Adapun sy, maka paling muda dan paling kuat. Aku keluar, aku menghadiri shalat bersama kaum muslimin , aku berkeliling di pasar – pasar, tiada orang yg mengajak bicara padaku. Aku datang kpd Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku membaca salam padanya sedang beliau di tempat duduknya setela shalat . Aku berkata dalam hatiku : Apakah beliau menggerakkan dua bibirnya untuk menjawab salamku atau tidak.
Lantas aku menjalankan shalat dekat beliau, aku mencuri pandangan .
Bila aku melakukan shalat , beliau memandang aku . Bila aku mnoleh padanya , beliau berpaling. HR Bukhari.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam sahih bukhari di jelaskan bahwa Ka`ab bin Malik melakukan shalat berjamaah. Tpi anda dengan perkiraan belaka, berani menyatakan bahwa saat itu Ka`ab bin Malik dilarang menjalankan shalat berjamaah adalah bertentangan dengan data itu.
Bisakah dibenarkan perkataanmu tanpa dalil itu bahkan bertentangan dengan dalil. Jadi keterangan anda itu hrs di salahkan.
Bila dalil itu di anggap tdk akurat, maka bisa ditanyakan sbb:
Apakah mungkin Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang mereka untuk menjalankan shalat berjamaah . Pada hal shalat jamaah itu diperintahkan oleh Allah dalam ayat:
وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا حِذْرَكُمْ إِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan seraka`at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum ber salat , lalu ber salat lah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.[2]
Sekalipun situasi gawat di fron peperangan, jama`ah masih diperintahkan, apalagi dalam situasi aman sentosa. Di ayat lain ,Allah berfirman :
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku. [3]
Tiada sahabat yang ketinggalan jama`ah kecuali orang munafik sebagaimana atsar :
Ibnu Mas `ud ra berkata :
لَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلَاةِ إِلَّا مُنَافِقٌ قَدْ عُلِمَ نِفَاقُهُ أَوْ مَرِيضٌ إِنْ كَانَ الْمَرِيضُ لَيَمْشِي بَيْنَ رَجُلَيْنِ حَتَّى يَأْتِيَ الصَّلَاةَ
Sungguh kami melihat kenyataan di kalangan kami ( para sahabat )selalu mengikuti salat Jamaah ,tiada yang ketinggalan kecuali orang munafik yang terkenal kemunafikannya atau orang sakit . Sungguh ada orang sakit lalu pergi ke salat jamaah dengan bersandar di antara dua orang lelaki . Beliau berkata : “ Sesungguh Rasulullah S.A.W. telah mengajarkan ajaran – ajaran petunjuk . Diantaranya adalah berjamaah di masjid yang mengumandangkan azan . [4]
Anda menyatakan
maka beliaupun sholat di loteng rumah beliau. (Hr. Bukhari Muslim
Komentarku ( Mahrus ali ):
Mari kita kaji sanad hadis tsb:
Dari sisi sanad nya sbb:
السنن الكبرى للبيهقي (2/ 517)
3 - أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، أنبأ أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَاقَ، أنبأ عُبَيْدُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ، ثنا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، ثنا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ كَعْبٍ، وَكَانَ قَائِدَ كَعْبٍ مِنْ بَنِيهِ حِينَ عَمِيَ
مسند أبي داود الطيالسي (2/ 291)
- حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ، حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ أَبِي الْأَخْضَرِ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ
- المعجم الكبير للطبراني (19/ 46)
- 91 - حَدَّثَنَا أَبُو شُعَيْبٍ عَبْدُ اللهِ بْنُ الْحَسَنِ الْحَرَّانِيُّ، ثنا أَبُو جَعْفَرٍ النُّفَيْلِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ قَالَ: فَذَكَرَ الزُّهْرِيُّ مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ كَعْبٍ الْأَنْصَارِيِّ ثُمَّ السُّلَمِيِّ، أَنَّ أَبَاهُ عَبْدَ اللهِ بْنَ كَعْبٍ
- صحيح البخاري -ت عبد الباقي (10/ 505)
- - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ
- Komentarku ( Mahrus ali ):
- Hadis tentang keterangan bahwa Ka`ab bin Malik menjalankan shalat di loteng itu dari satu orang yaitu Ibnu Syihab al Zuhri . Dia tingkat 4 setelah pertengahan tabiin . Wafat pd tahun 125 H.
-
-
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi sampai seratusan tahun hijriyah hadis tentang Kaab bin Malik menjalankan shalat di loteng itu masih di anggap gharib, nyeleneh, ganjil, tidak populer. Kebanyakan sahabat sampai mati tidak mengerti hadis itu. Begitu juga tabiin.
Bila ia terkenal sekarang dan dahulu ia adalah hadis munkar dan nyeleneh, lalu di buat pegangan untuk memperbolehkan shalat diloteng. Maka ia adalah pegangan yg rapuh, bukan kuat.
Kalau dia menjalankan shalat diloteng, dia tdk berjamaah subuh dan sangat rugilah.
Guru Ibnu Syihab bernama Abd Rahman bin Abdillah punya murid tiga belas, tp mengapa yg mengerti hadis yg panjang sekali atau kisah yg sengat panjang itu hanya seorang diri – yaitu Ibnu Syihab . Lihat murid yg selevel dgnya sbb:
قال المزى فى "تهذيب الكمال" روى عنه:
1. إسحاق بن عبد الله بن أبى فروة
2. إسحاق بن يسار ، والد محمد بن إسحاق
3. أبو أمامة أسعد بن سهل بن حنيف ( د ق ) ، و هو أكبر منه
4. سعد بن إبراهيم بن عبد الرحمن بن عوف ( م تم س )
5. صالح بن رستم أبو عامر الخزاز
6. عبد الله بن عبد الرحمن بن كعب بن مالك ( ابنه )
7. العلاء بن عبد الرحمن بن يعقوب
8. كثير بن زيد الأسلمى ( بخ )
9. كعب بن عبد الرحمن بن كعب بن مالك ( ابنه )
10. محمد بن مسلم بن شهاب الزهرى ( خ د ت س ق )
11. هشام بن عروة
12. يعقوب بن أبى سلمة الماجشون .
Imam Abu Hanifah menyatakan sinyal kelemahan hadis adalah perawi secara sendirian meriwayatkan hadis bukan sahabat yg lain .
3ـ ألا يكون فيما تعم به البلوى العلمية أو العملية، أي أن المحدث يتفرد بحديث في حين سائر الصحابة لا يعلمون مع أنه من الأمور العلمية العامة
3. Agar tidak termasuk musibah ilmiyah atau amaliyah yg umum – yaitu seorang perawi hadis menyampaikan hadis secara sendirian. Pada hal sahabat yg lain tidak mengetahui. Dan ia termasuk masalah ilmiyah yg umum.
http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=152431
http://www.dd-sunnah.net/forum/showthread.php?t=152431
Abdul hay al luknowi berkata:
فكثيراً ما يطلقون النكارة على مجرَّد التَّفرُّد،
Sering kali mereka menyatakan hadis munkar disebabkan tafarrud saja . ( satu perawi yang meriwayatkan bukan dua atau tiga ).
د . ماهر ياسين الفحل
ملاحظة1: قال الشيخ الطريفي: إذا قال الإمام أحمد (حديث منكر) أي موضوع، وإذا قال (منكر) بدون لفظة (حديث) فالمراد به ((الغرابة)) أو ((المخالفة)).
ملاحظة2: قال الحافظ في قول الإمام (منكر الحديث) هذه اللفظة يطلقها أحمد على من يُغْرِبُ (أي يتفرد وإن لم يخالف) على أقرانه بالحديث.
DR Mahir Yasin al Fuhl menyatakan :
Perhatian :
Syaikh Al Tharifi berkata: Bila Imam Ahmad berkata: Hadis munkar – maksudnya palsu. Bila berkata Munkar tanpa kalimat hadis, maksudnya Gharib ( nyeleneh ) atau Mukhalafah - menyalahi
Perhatian ke dua .
Al Hafidh berkata tentang perkataan Imam Ahmad : Hadis munkar > Kalimat ini di katakan oleh Imam Ahmad untuk perawi yg menyampaikan hadis yg gharib / nyeleneh - dia sendiri yg meriwayatkan sekalipun tidak menyalahi kpd teman semasanya dlm meriwayatkan hadis.
Sumber:
المصدر : محاضرات في علوم الحديث د. ماهر ياسين الفحل
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberi komentar dengan baik